Bertemu Dengan Jamal

114 10 0
                                    

Hai guys. Maaf buat lupa hari update. And... Happy reading.

Lusa dan dustanya. Janji dan realitanya. Ekspetasi dan tamparan realita. Lelah dan ketenangan otak. Komunikasi dan kekecewaan.
Ntah mengapa hal-hal tersebut bak racikan ramuan diaduk penyihir tengah hutan.

Atau juga bisa bak mantra dengan hadapan bola trapesium ajaib. Hal tersebut terkesan bak rantai saling mengikat yang sukar dilepas persatu. Tetapi hal tersebut sejatinya adalah lawan kata, bukan suatu kesamaan bisa diikat. Hanya saja terikat dalam hidup.

Bangku besi berwarna putih menghiasi area luar kafe berada di pinggiran kota Chicago, menjadi tempat rehat menenangkan benak Jamal sejenak. Ditemani burung-burung yang mematuk butiran kecil roti, serta secangkir kopi di hadapannya. Topangan dagu Jamal lakukan tak henti-henti menatap lekat jalanan.

Dengan tangan menggenggam erat secangkir kopi yang diwadahi oleh gelas kertas, serta gadis kelahiran 1997 yang mengikuti langkah kaki jenjangnya. Dia baru saja tiba karena lama menunggu gadis mengikutinya berdandan.

"Apa kau telah di sini sejak lama?"

Jamal seketika mengalihkan fokusnya. Dia menoleh ke belakang, menatap lekat-lekat gadis berada di belakang lelaki kelahiran 1995. Tak ingin larut memfokuskan pandangan, ke objek sering disebut aurat. Jamal mengalihkan pandangan jadi menatap hangat, serta tersenyum hingga memunculkan lesung pipinya.

"Tidak baru saja sekitar 45 menit yang lalu aku menunggu kau, Jo."

Johnny Suh lelaki berkewarganegaraan dengan darah Korea Selatan, itu seketika terkekeh dengan penuturan Jamal terdengar telah kesal. Netranya menatap ke belakang bahwa alasan dirinya terlambat adalah sepupu ikut menemaninya. Hm... Sebenarnya bukan menemani melainkan sengaja dia minta ikut, agar Jamal mulai mencoba hubungan lebih nyaman setelah lepas sebagai idol.

"Ayo masuk dan kita berbincang di dalam, Jae--Ah maksudku Ja--Jamal?"

Suara tawa yang apabila kata fans tawa Jamal, mirip bak tawa bapak-bapak di tasyakuran. Membaur campur menjadi satu dengan udara Chicago. Ikut mengisi keramaian tapak kaki salah satu jalanan. Tawa terdengar lepas membuat pengguna jalan melintas mereka seketika mengawasi.

Jamal dibuat salah fokus kala gadis di belakang Johnny justru menunduk malu. Rasa penasaran menggelitik, dia pikir gadis penampilan se-sexy itu memiliki kepercayaan diri hingga luber-luber.

"Si**an kau ini Jamal Malik Ahmad!"

Bukannya mereda tawa Jamal justru kian bercampur dengan udara. Penghuni kafe semula asyik menikmati keadaan kafe, seketika teralihkan fokus dengan kedua lelaki jakung asyik bersenda gurau hingga membuka pintu kamar.

Topik pembahasan dari Merkurius hingga ke Pluto telah dibahas berjam-jam lamanya. "Aku masih tak menyangka bila nama diberikan fans ternyata nama asli kalian bertiga," ucap Johnny.

Tak hanya dia saja tak menyangka dengan identitas DJJ, bahkan para member NCT lain juga masih tak menyangka. Ringisan Jamal berikan. Jujur saja walaupun tahun demi tahun sejak pengumuman kenyataan terungkap, tetapi rasa bersalah masih bersarang di hati serta benak Dimas, Jamal, dan Juan.

Meminum kopi telah gelas ke berapa. Johnny kembali membasahi tenggorokan sebelum berbicara ke inti. Ah, dia hingga lupa niat rahasianya. Padahal Jamal hingga menghubunginya, dengan alasan tengah menanti gangguan pada kamera.

"Mal, apakah kau... Hm..."

"Apa Hyung? Katakan saja."

Johnny melirik sang sepupu lalu menatap lekat-lekat Jamal secara bergantian. "Cobalah berkenalan dengan sepupuku, apabila kalian memiliki gambaran jenjang lebih serius aku tak apa-apa," celetuk Johnny membuat sang sepupu membelalakkan mata terkejut.

Gadis dengan warna rambut blonde itu menatap horor sang sepupu seketika. Johnny mengayunkan bahu santai. Toh, ini juga merupakan niat dari sang Bibi juga. Jamal menatap ragu antara gadis dimaksud sang sahabat dan sang sahabat secara bergantian dengan raut membingungkan.

Pandawa Lima Donde viven las historias. Descúbrelo ahora