Percakapan Tengah Sarapan

209 9 0
                                    

Senyum haru nan bahagia tak henti-henti terlengkung, sejak jemari-jemarinya melakukan persiapan memasak sejak subuh. Bayangan kala ketiga putra sekian lama dirindukan, rengekan bersusulan kembali terbesit di benak. Mama Gigi menatap puas panjangnya meja makan, yang padat diisi oleh makanan kesukaan pandawa limanya.

Tak hanya makanan pembuka dan berat saja tersaji, melainkan aneka buah dan beberapa makanan manis hasil tangan sendiri juga menghiasi meja. Tubuhnya mungkin akan terasa lelah karena euforia memasakkan kesukaan ketiga bujangnya, tetapi melayani keluarganya dengan bayaran makan lahap membuat lelah terasa sirna.

Si paling sate begitulah sebutan kedua Oma dari Mama Papanya untuk Jungwoo, atau lelaki kini nyaman dengan nama Juan. Puluhan tusuk sate siap dilahap habis oleh sang penggemar. Chili prawns, tempura, belut panggang dengan bumbu citarasa bak di negeri sakura, dan sushi sering menjadi candu bagi Jaehyun atau Mas Jamal pun telah tersaji di depan mata. Roti berisi krim keju dan aneka olahan mangga pun telah siap untuk menyapa lambung Aa Dimas, atau alumni idol dengan nama Kim Doyoung.

Buah persik, salak, kismis, dan snack bermicin yang Mama Gigi rela jauh-jauh bulan melakukan PO pun telah ikut menyempil di meja. Sedangkan menu netral seperti nasi goreng, ayam teriyaki, gurami asam manis, dan cap cay juga menghiasi meja makan.

Juan menatap lekat-lekat melemparkan kepenuhan cintanya untuk sang Mama dari jauh. Dia telah terbangun sejak beberapa menit lalu, tetapi melihat senyum bangga sang mama sehabis menyajikan makanan membuat kenangan semasa sekolah terpatri di benak.

"Masakan Mama enak sekali sampai berhasil buat Mas Jamal bangun deh," celetuk lelaki pemilik lesung pipi, rambut acak-acakan, dan suara serak khas bangun tidur, tak lupa dengan wajah di duplikat Rafathar,

Mama Gigi terperanjat kala suara bariton salah pandawa limanya menyapa pagi. Menyusul Jaehyun terbangun, Doyoung memilih mengecup rindu pipi sang Mama. Lupa dengan kebiasaan semasa kecil, Jaehyun menyusul pipi kanan dimana tidak dikecup Doyoung.

"Loh ini kok Aa sama Mas saja? Bang Juan dimana?"

"Di sini, Ma," sahut Juan dari balik dinding penyimpanan makanan.

Yaps, dengan langkah mengendap-endap saat menjadi kedua bangun tidur, Juan langsung bersembunyi menyimak senyum sang Mama sedari tadi. Juan juga mengecup pipi kiri Mama Gigi seperti Dimas.

"Wow!"

Menyusul si bungsu terpana dengan tatanan meja makanan, Rafathar justru bergeming terlampau terkejut kepadatan isi meja.

"Ma, ini kita yang akan makan semua?" Pertanyaan polos Rafathar dibalas anggukan yakin oleh Mama Gigi.

"Tapi Ma, ini apa tidak kebanyakan?" Cemas Papa Raffi takut membuang-buang makanan.

"Kenapa, Pa? Kan ada Aa Dimas, Mas Jamal, dan Bang Juan yang antusias menghabiskan?"

Papa Raffi melirik target nama disebut sang istri. Dimas, Jamal, dan Juan tengah mengabadikan pun seketika menyimpan balik handphone.

"Hm... Ma, tapi Dimas mau ikut Papa belajar bisnis. Dimas berencana pegang usaha biar Papa pensiun."

"Jamal ingin membuat Mama pensiun menjadi model dan mengambil alih job Mama. Mama cukup di rumah menikmati pensiun, waktu berdua bersama Papa."

Mama Gigi, Papa Raffi, Dimas, dan Jamal beralih menatap si tengah yang hening tak kunjung menjelaskan niat.

"Juan ingin mengatakan Papa dan Mama di acara TV."

"Hore! Aja dan Aa Rafa juga ikut pensiun berarti kan, Ma?" Seruan polos Rafathar membuat ketiga kakaknya spontan menatap jahil.

"Kan yang Abang pensiun Mama Papa, berarti Rafa dan Rayyan masih harus syuting dong," goda Juan dengan nada berpura-pura serius.

"Tapi khusus Rayyan aja deh yang syuting soalnya Aa Rafa kan pengen fokus olahraga," tambah Jaehyun ikut menggoda si bungsu.

Rayyanza menatap Mama Gigi meminta penjelasan. "Mama," ucap Rayyanza setengah merengek.

Tawa receh seketika terdengar terutama dari Dimas, Jamal, dan Juan yang puas mendengar rengekan si bungsu.

"Tidak-tidak! Mama rasa kerja keras kalian sebagai idol selama ini sudah cukup, Nak. Apabila Mama Papa menikmati pensiun maka juga dengan ketiga bujang Mama juga hobi membuat khawatir."

Dimas mengusap tengkuk leher tak gatal, merasa bersalah kala mendengar penuturan Mama Gigi. Papa Raffi telah mulai menikmati sarapan seketika menghentikan kunyahan.

"Ma, biarkan keputusan Aa, Mas, dan Abang selagi positif ya."

"Tapi Pa--"

"Percaya pada mereka, Ma. Ya sudah kalau begitu Aa dan Abang berarti temui Papa nanti di rumah lama kita di sebelah ya buat omong-omong. Biar Papa ajarin kalian dulu nanti. Mas Jamal mau Papa ajarin sekalian atau panggilkan teman Papa lebih dalam ilmunya?"

"Hm, sekalian aja deh Pa."

Pandawa Lima Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt