Interaksi Kerinduan Jarak Jauh

140 12 0
                                    

Kesibukan tak membuat rasa bersalah yang bersarang di hati tersingkirkan. Kamera tak henti-henti memotret, beruntung tak memotret keresahan tersembunyi. Dia memang menerima job atas berdasarkan keinginan, sekaligus tak ingin menyusahkan orang tuanya walau tak lagi menjadi idol rantau dengan identitas ganda.

Tetapi ntah mengapa perkataan sang Mama selalu berputar, menusuk-nusuk tiap sudut hati dan otak. Ah, salah satu perkataan sang Mama menamparnya di tengah lamunan rasa bersalah.

Peluh telah membasahi tiap inci kulit membuat Jamal secepat kilat beranjak mandi, sebelum melakukan panggilan video untuk beberapa orang penghuni Tanah air. Gemerlap malam kota Milan yang terpantul dari handphone, menjadi objek fokus Jamal saat ini selama menanti panggilan terhubung.

Resah tak kunjung tersambung membuat dia, melihat terakhir dilihat sang Mama, Papa, dan para saudaranya. Pemikiran buruk dan rasa bersalah kian pekat, sebelum akhirnya panggilan terhubung.

[Woy! Lo telfon sendiri tapi malah ngelamun!] celetuk Dimas menampar lamunan salah satu adiknya, agar tersadar kembali ke alam sadar.

Bukan dengan teriakkan lemah lembut dari sang Mama menegurnya, melainkan teriakkan si sulung tengah dinas di luar kota yang menegur. Jamal seketika tersenyum kecut dengan ekspetasinya.

Keningnya mengernyit kala menatap layar handphone. Panggilan dengan sang Mama telah diterima, hanya saja kamera dan mikrofon dimatikan.

"Si Abang kemana A?"

[Syuting jam malam kata father.]

Ntah mengapa penjelasan si sulung justru membuat Jamal tersenyum masam. Ingatan belum tumpul membuat kembali mencuat ke daratan. Kenangan dimana sang Papa selalu syuting demi ketiganya masih berputar di benak.

[Kalian bahas apa nih?] Yang dinanti-nanti akhirnya memunculkan suara, walau tak menampakkan rupa telah mereka rindukan.

[Oh iya Mama lupa kamera mati setelah diotak-atik Adek ntah buat apa.] Ungkapan sang Mama membuat si sulung dan putra kedua kompak memasang ekspresi sedih.

Rentetan kata dalam hati memanglah tak tersampaikan dari lisan sang Mama, melainkan sebatas tersingkir dengan kalimat penuh kecemasan ataupun dingin terucap.

[Mama muncul kok malah sunyi. Kalian gak nyariin Mama ya? Atau lagi sibuk?]

Kerinduan terkubur mulai tampak dengan jelas, dan dirasa oleh kedua putra melakukan panggilan suara. Rasa bersalah menyandang menyadari kesibukan pasca tak sebagai idol. Tetapi niat baik hendak memisiun orang tua memupuk langsung tinggi menjadi gigih.

"Ma."

[Mama.]

Papa Raffi mengintip dari arah pintu kamar tersenyum haru, menyimak kala sang istri mulai tak mempermasalahkan keputusan para putra mereka. Agaknya pembicaraan tiap hari selalu berlangsung panjang terbukti mujarab, membuahkan ketenangan para putra juga.

[Mas pemotretannya kapan selesai? Ditanyain Rafa nih.]

[Ditanya Rafa atau Mama nih yang panik tak percaya sama putra-putra kita?] tanya Papa Raffi menginterupsi dari pintu.

Tangan menggenggam handphone karena melakukan panggilan video dengan si tengah, seketika terabaikan sejenak demi bergabung dengan panggilan dilakukan oleh sang istri.

[Pa.]

[Halo, Pa!]

[Pa, Juan masih nunggu disambungkan sama Mother loh.]

Si tengah dan hal sering terjadi. Teguran bertubi-tubi Juan, akhirnya membuahkan hasil. Jamal tertawa receh karena sang adik terlewat panggillan dengan Mama Gigi.

[Aa, Mas, Abang kalian masih ingat rumahkan?]

Juan meringis ngeri curiga bercampur menjadi satu, takut-takut bajunya telah dikemas oleh sang Mama. [Be--beberapa menit lagi selesai, Ma.]

"Halah Ma, Juan bilang sebentar tapi seabad deh," sahut lelaki tamu Milan memanasi keadaan.

[Pa, Mas nakal.] Adu si tengah mengabaikan umur. Lima tahun baru menepati janji, ntah mengapa membuat ketiganya ingin menjadi anak-anak lagi. Tetapi niat memberi pensiun agar kedua orangtuanya tak lagi bekerja menjadi pupuk.

[Aa pulang tengah malam deh Ma, biar besok bisa makan masakan Mama lagi.]

[Juan beberapa menit lagi beneran kok, Ma.]

"Mas lusa sudah tiba di Andara, Ma."

Pandawa Lima Where stories live. Discover now