230

1K 106 23
                                    

Yvonne sedang melihat ke bawah ke menara di kejauhan tempat dia terjatuh, dan baru saja hendak berbalik.

HUUUUSS―!

Tiba-tiba, sesuatu yang besar jatuh di balik jendela dalam sekejap mata. Tapi yang aku lihat. Cahaya keemasan cemerlang yang berlalu dalam sekejap.

"Huuuuh!"

Aku berpegangan pada jendela lagi. Dan tubuh besar naga itu jatuh dari menara. Saat itu, hatiku tenggelam.

"Calisto―!"

Aku meregangkan tubuhku seolah-olah aku akan jatuh saat meneriakkan namanya, tapi kemudian aku tiba-tiba tersadar dan berlari menuju tangga.

"Tidak, tidak, kumohon!"

 Aku memohon kepada seseorang tanpa henti dengan panik menuruni menara. Saat aku akhirnya mencapai pintu masuk menara dan melompat keluar, malam yang mengerikan telah berlalu dan fajar kebiruan telah tiba di luar.

Aku memutar mataku yang gemetar tanpa tujuan. Tak lama kemudian, bongkahan emas besar terlihat tidak jauh dari menara.

Itu adalah Naga Emas.

"Yang Mulia!"

Aku bergegas ke sana. Tapi naga itu begitu besar hingga aku tidak tahu harus mulai dari mana.

'Bagaimana jika Callisto jatuh di bawah naga itu?'

Saat aku memikirkan hal itu, rasanya seluruh darah di tubuhku mengalir keluar melalui jari kakiku.

"Yang Mulua! Yang Mulia, bisakah anda mendengar saya? Yang Mulia―!"

Aku memukul sisik naga yang keras dan berteriak seperti orang gila. Saat itu.

"Aishh, sial! Ini berat sekali."

Sayap naga itu berkibar seiring dengan suara yang familiar. Aku berguling ke arahnya dan menarik ujung sayap naga itu.

"Yang Mulia! Ugh!"

Saat aku hendak menariknya dengan seluruh kekuatanku, Callisto bergegas keluar dari bawah sayap.

"Bagaimana kabarmu, Putri?"

Akhirnya, dia berdiri dan tersenyum dan menyapaku.

"Yang Mulia!"

Melihat wajah licik itu, aku melepaskan sayap naga yang kupegang dan berlari ke arahnya. Dan kemudian dia memeluk pinggangnya. HUG―!

"Ukh!"

"Saya terkejut!"

Callisto yang mengerang singkat dan terdorong mundur beberapa langkah karena seranganku yang langsung memeluknya seolah sampai dia remuk.

"....Apa kau berhasil?"

Dia menarik napas beberapa kali dengan wajah terkubur di sampingku, dan bertanya dengan berbisik. Aku menganggukkan kepalaku. Itu adalah hal yang membahagiakan, tapi entah kenapa aku tercekat.

"Saya membunuhnya, Yvonne. Saya menusuk hatinya dengan belati yang diberikan Yang Mulia kepada saya."

"Kerja bagus."

Callisto menepuk punggungku seolah ingin menghiburku yang terengah-engah dan tergagap.

"Aku sudah bilang. Kamu bisa."

"Apakah anda terluka di suatu tempat?"

Baru saat itulah aku mengangkat kepalaku dari dadanya dan segera menatapnya. Apakah karena benda yang ada di tanganku? Tiba-tiba, aku merasakan bau amis di ujung hidungku.

Mungkin karena suasana hatinya, wajah Callisto menjadi pucat. Tapi itu tidak beruntung. Dia menjawab dengan santai seperti biasanya.

"Selain sedikit rasa sakit karena terjatuh, aku baik-baik saja."

Kematian Adalah Akhir dari Sang Penjahat (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang