Chapter 164

3.1K 278 1
                                    

* * *

(Penelope's POV)

Aku akan bangun saat lebih dari cukup waktu bagi Putra Mahkota untuk sepenuhnya kembali ke Istana Kekaisaran.

Saat itu aku baru saja meninggalkan rumah kaca. Aku menemukan dua pria bertubuh panjang tergeletak di lantai di depan pintu, dan perawakan kecil memandangi mereka.

'Dia benar-benar membuatnya pingsan.'

Saat kejutan dari Putra Mahkota berlalu, ketidaknyamanan langsung datang. Itu karena rambut merah muda yang tiba-tiba mendongak dan menatapku.

Kedua bola matanya menyala merah, mungkin menangis karena kasihan para ksatria pengawal yang pingsan. Bahkan setelah menangis, karakter wanita itu memiliki wajah yang cantik.

"..."

Saat aku menatapnya sejenak dengan cemberut, lalu pindah untuk berjalan melewatinya.

"Tu-Tuan Putri!"

Yvonne terbangun dan berhenti di depanku. Saat jalanku diblokir, suara melengking keluar secara tidak sengaja.

"Ada apa?"

"Ha-Halo, Tuan Putri. Itu... saya melihat ksatria pengawal Tuan Putri berbaring ketika saya sedang berjalan-jalan."

"Terus?"

"Sa-Saya mencoba memanggil seseorang, ta-tapi saya khawatir Tuan Putri akan ditinggalkan sendirian...."

Seperti yang diharapkan dalam settingan game, karakter wanita itu terlihat sangat ramah dan baik hati. Dia ragu-ragu untuk mengungkapkan alasan mengapa dia berdiri di dekatku, namun saat tidak ada jawaban dariku, dia secara bertahap memiringkan kepalanya ke bawah.

"Sa-Saya minta maaf. Tapi saya tidak pernah seperti itu."

Bahunya berguncang, dia seperti bayi rusa yang menyedihkan yang berdiri di depan seekor kucing liar. Aku sakit kepala. Meskipun aku tidak melakukan apa-apa, aku sudah merasa seperti penjahat yang tidak ada duanya di dunia ini.

'Itu akan sangat bagus jika Derick atau Reynold muncul seperti ini.'

Demi keselamatanku, aku harus keluar dari sini sesegera mungkin. Aku buru-buru membuka mulutku.

"Jangan khawatir."

"Ya? I-Itu..."

"Mereka akan bangun sendiri ketika saatnya tiba. Kurasa kamu ada urusan bisnis dengan datang mengunjungi rumah kaca. Selamat tinggal."

"Eh....."

Saat aku akan melewatinya, dan meninggalkan Yvonne dengan terburu-buru. Tiba-tiba, bau darah menusuk ujung hidungku. Aku berhenti berjalan lebih jauh. Lalu aku menoleh ke arah Yvonne.

Beberapa noda darah terlihat jelas di kerah gaun putih itu. Saat aku melihat ke atas, potongan tipis pada rambut merah muda lembut menarik perhatianku.

"Kamu.....terluka?"

Aku bertanya dengan terbelalak. 

"Ah...I-Itu."

Yvon menutupi tengkuknya dengan satu tangan dan perlahan mundur dariku.

"Ti-Tidak apa-apa."

"Lihat."

Aku berjalan sedekat dia mundur dan dengan paksa melepaskan tangannya yang menutupi lehernya. Aku mengangkat rambut merah muda jeleknya, Yvonne menarik napas dalam-dalam.

Aku menatap ke arah lukanya dengan mata serius. Untungnya, lukanya dangkal. Itu hanya sedikit tergores dibandingkan saat aku di todongnya. Tapi aku sama sekali tidak lega dengan orang gila yang melakukan ini.

Kematian Adalah Akhir dari Sang Penjahat (END)Where stories live. Discover now