Bab 4

632 80 0
                                    

[Name] berhasil pergi tanpa diketahui oleh siapapun. Kali ini, gadis itu berniat pergi ke desa Iwa. Pergi ke desa Kiri adalah hal yang cukup membahayakan. Selain desa Suna, desa Kiri juga terkenal ketat.

[Name] berpergian hanya dengan bekal makanan dan pakaian. Ia menyamar sebagai pemusik jalanan. Untung saja, ia belajar beberapa alat musik sehingga ia bisa menggunakannya pada saat ini.

[Name] mencari uang dengan bermusik. Terkadang juga ia rela menjadi aktris cadangan atau aktris satu projek demi menambah keuangannya.

[Name] hanya memiliki uang sedikit. Hal itu memang tidak mengherankan mengingat di jalanan ia menghabiskan banyak biaya dan memang tidak meminta kiriman dari kakaknya.

Di sela karir keartisan, terkadang [Name] belajar cara menari. Tarian sangat laku di desa Suna. Ia berniat masuk ke dalamnya dalam rombongan tari.

[Name] bekerja keras hingga akhirnya berhasil memasuki desa Suna. Begitulah kisah [Name] yang kini menjadi nomaden dan bekerja secara serabutan karena tidak memiliki kediaman yang menetap.

[Name] semakin tidak peduli dengan urusan ninja. Gadis itu benar-benar berniat menghilang dari urusan ninja.  Ia menghilangkan eksistensinya dari dunia ninja dan hanya mengabarkan kediaman Yamanaka melalui kuchiyose anjing miliknya yang mampu menghilang dan hanya tampil pada orang yang ia tuju.

Bahkan ketika perang dunia terjadi, [Name] tetap diam. Ia hanya ikut serta dengan mayoritas penduduk. Ia tidak mau ikut serta melawan musuh. Ia hanya ingin hidup tenang dan nyaman menikmati indahnya alam.

Hingga [Name] menyadari satu hal. Keegoisannya membuat dirinya kehilangan satu anggota keluarga terpentingnya.

Keponakannya, Ino Yamanaka mengabarkan bahwa Inoichi sudah tiada menyusul ibu dari Ino. Hal tersebut mengakibatkan [Name] yang kini berada di desa Kumo kembali ke desa Konoha.

[Name] berjalan dengan tenang. Gadis itu menikmati alam seraya menghibur perasaan sedih dan duka mendalam di lubuk hatinya.

[Name] tersenyum kala menemui keponakannya yang sudah dewasa dengan sosok laki-laki bersurai hitam di sebelahnya.

"Bagaimana kabarmu, Ino Yamanaka?"

Suara lembut milik [Name] yang sudah beberapa tahun tidak Ino dengar membuat gadis itu terisak di depan [Name].

[Name] terdiam. Ia merangkul pundak Ino. Gadis itu membisikkan, "tidak apa, Ino. Ini bukan salahmu. Kita hadapi bersama, hm?"

Ino mengangguk. Gadis itu masih terisak dalam pelukan [Name]. Sosok laki-laki bersurai hitam itu menundukkan kepalanya. Memberikan salam kepada [Name] yang dibalas dengan senyuman [Name].

[Name] dan Ino menghabiskan duka dan menghibur antara satu sama lain. Beruntungnya, [Name] tidak bertemu dengan Kakashi. [Name] merasa sangat malas untuk bertemu dengan lelaki yang tak pernah memberikan usaha serupa dengannya.

[Name] memutuskan untuk kembali berjelajah ketika mendapati Ino sudah tenang dan dalam keadaan aman untuk ditinggalkan.

[Name] tersenyum tenang. Ia berujar, "bibi lanjutkan perjalanan bibi dahulu, Ino. Baik-baik di rumah. Mengerti?"

Ino mengangguk. Ia menatap manik mata bibinya. "Bibi, bagaimana jika bibi tinggal bersamaku saja?"

"Nanti kalau aku sudah siap, aku akan tinggal bersamamu. Jaga dirimu baik-baik, Ino!"

[Name] mengecup pucuk kepala Ino. Gadis itu pergi begitu saja meninggalkan Ino dan Guy yang mengintip di balik pepohonan.

Guy yang bersama Lee tidak sengaja lewat di kediaman Yamanaka malam malam yang berakhir mengintip perpisahan keluarga Yamanaka menatap kepergian [Name] dengan pedih.

Guy tahu bagaimana usaha [Name] untuk Kakashi dan Guy tahu bagaimana perasaan Kakashi meskipun saat ini Kakashi sedang terbuai dengan perasaan tidak ingin kalahnya dengan Itachi.

Kakashi sering berujar, "Guy, rasanya hatiku kosong."

Namun, lelaki itu tetap mengejar Izumi yang sudah jelas menolaknya berkali-kali dan bukan pemilik hatinya. Bagaimana cara memenuhinya jika kelakuannya masih sedemikian rupa?

Andaikan Guy yang merupakan tujuan [Name], Guy pasti akan meninggalkan Izumi. Dilihat dari mana saja perasaan Kakashi adalah perasaan tidak ingin kalah. Kakashi juga pasti tahu dan menginginkan perhatian serupa yang diberikan Izumi kepada Itachi dan Sasuke bahkan melupakan bagaimana perhatian [Name] kepada dirinya.

Di lain kesempatan, rasanya Guy ingin menyadarkan Kakashi sebelum kerenggangan Kakashi dan [Name] semakin melebar. Ia tidak ingin teman baiknya kehilangan sosok berharganya sekali lagi.

✧-'-✧

Usai pesta pernikahan Itachi dan Izumi, Guy mengajak Kakashi untuk minum bersama di sebuah tempat makan private. Guy membutuhkan privasi untuk berbicara hal demikian bersama Kakashi.

"Kakashi."

Guy mengarahkan pandangan tajamnya ke arah Kakashi. Kakashi menaikkan sebelah alisnya seolah bertanya alasan Guy memanggil dirinya.

Guy mendecakkan lidahnya. "Kau tidak penasaran dengan keberadaan [Name] Yamanaka?"

Nafas Kakashi lebih cepat. Degup jantungnya berdebar dengan tempo yang lebih banyak. Ia menelan ludahnya dengan kasar.

Kakashi sudah lama tidak mendengar kabar [Name]. Lebih dari sepuluh tahun dan keluarganya merahasiakannya. Entah apa penyebabnya, ia tidak tahu.

Guy terkekeh melihat reaksi Kakashi. "Dia baru saja berada di kediaman Yamanaka jika kau hendak bertanya."

Kakashi menegakkan tubuhnya. Ia hendak menjauh dari tempat itu. Ia ingin kejelasan. Seingatnya terakhir kali mereka berhubungan baik itu sekitar tragedi Uchiha. Selepasnya, ia kehilangan kesempatan untuk berbicara dengan [Name].

Ia ingin memperbaiki semuanya. Namun, hal itu ia urungkan kala mendengar pernyataan Guy, "dia sudah tidak ada di Konoha."

Seketika pundak Kakashi turun. Ia kembali ke tempat duduknya. Termenung di sana. Kapanpun topik [Name] Yamanaka dibahas, lelaki itu merasa ruang kosongnya kembali menyiratkan luka. Luka yang tidak Kakashi ketahui kapan timbulnya.

"Kakashi, aku ingin bertanya dengan sungguh-sungguh. Bagaimana perasaanmu terhadap [Name] Yamanaka?"

Kakashi terdiam. Ia tidak tahu apa perasaannya terhadap gadis itu. Setiap membuka kenangan ataupun membahasnya, hatinya terasa sakit.

Guy berdecak. "Kurasa memang benar kau jatuh hati kepada [Name] Yamanaka bukan Izumi Uchiha, Kakashi. Selama kau mengejar Izumi, bukankah hatimu masih terasa kosong?"

Benar! Selama Kakashi menatap Izumi, mengamati Izumi dari jauh, dan mengejar Izumi hatinya rasanya kosong. Ia memang sakit hati dengan kabar Izumi memiliki anak dengan Itachi. Namun, rasa sakit itu tidak lebih dengan rasa sakit yang ia miliki ketika topik [Name] Yamanaka dibahas atau kenangan bersama [Name] Yamanaka ia kembali gali.

Kakashi menatap manik mata Guy dengan dalam. "Lalu, perasaan apa yang aku miliki untuk Izumi jika itu bukan cinta?"

"Bukankah itu hanya karena kau tidak mau kalah dengan Itachi, juniormu? Kau iri karena dia memiliki kepercayaan dan rumah begitu nyata setelah apa yang ia lakukan."

Kakashi mengernyitkan dahinya kesal. "Aku tidak mungkin memiliki perasaan iri, Guy."

Guy tersenyum. "Pikirkan dahulu dan hilangkan perasaan itu dari hatimu. Lalu, kejarlah dia atau kau akan kehilangan dia untuk selamanya."

Ia menyesap sake di gelasnya. "Waktumu tidak banyak, Kakashi! Gadis itu sudah menunggu lama, tidak mengherankan dia meninggalkanmu selamanya."

Februari, 2024

[COMPLETED] Second Choice [Kakashi X Readers]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz