Bab 1

632 79 0
                                    

Di usianya yang beranjak 10 tahun, [Name] lulus dan mendapatkan tim baru. Tim baru beranggotakan 3 orang.

"Semangat, [Name]! Kau pasti bisa!"

Ucapan penyemangat dari Rin membuat [Name] terkekeh. Rin adalah sosok ceria yang duduk di bangku yang sama dengannya.

"Terima kasih! Kau juga, Rin!"

"Tentu!"

[Name] berpindah tempat duduk. Gadis itu pindah ke sebelah tempat duduk dua teman tim barunya, Arata Inuzuka dan Eiji Aburame.

"Lalu, untuk tim terakhir. Obito Uchiha, Rin Nohara, dan Kakashi Hatake. Tim kalian tim tujuh dengan ketua tim Minato Namikaze!"

Kemudian, terdengar suara bahagia dari Obito. [Name] terkekeh. Remaja laki-laki itu sungguh terlihat menyukai Rin.

[Name] berujar, "selamat Obito-san!"

Obito terkekeh. "Terima kasih, [Name]-chan!"

[Name] mengangguk. Mereka diberi waktu esok hari untuk bertemu dengan ketua tim. Sehingga, [Name] dan kedua rekan tim memutuskan untuk pulang dan kembali dalam keadaan bugar esok hari.

[Name] beranjak dari tempat duduknya. Gadis itu menyapa Rin yang sepertinya akan pulang. "Selamat jalan, Rin!"

"Ey, ayo kita pulang bersama lagi kali ini! Aku ingin kau mengajariku merangkai bunga lagi seperti kemarin. Aku belum jago merangkai bunga sepertimu!"

[Name] terkekeh. Ia melirik Obito yang menekuk wajahnya. "Sepertinya ada yang akan sebal denganku, Rin."

Rin menggeleng. "Tidak! Tidak akan ada yang sebal denganmu hanya karena kau pulang bersama kami."

[Name] menganggukkan kepalanya. Di sela-sela pulang bersama, gadis itu melirik Kakashi yang berada di sebelahnya.

"Mengapa diam saja, Kakashi-san?"

Diam. Tidak ada jawaban.

"Kau sebal denganku?"

Hanya suara decakan yang terdengar.

[Name] terkekeh. Sudah beberapa waktu mereka seperti ini dan tidak ada kemajuan. Dengan iseng, [Name] memetik bunga yang kebetulan sedang mekar dan menyelipkannya ke telinga Kakashi.

[Name] melukiskan senyum matanya dan senyum bibirnya. "Aku harap musim semi akan datang padamu, Kakashi-san!"

Kakashi berdecak. Namun, ia tidak membuang bunga yang [Name] selipkan di telinganya. Remaja itu tahu dengan pasti bahwa [Name] lah yang menyelipkan bunga itu. Gerakan gadis itu terlalu kasar. Sangat mudah untuk musuh mengetahuinya.

Ketika Kakashi hendak membuka mulutnya, Rin menarik lengan gadis itu membuat Kakashi mengurungkan niatnya.

[Name] dan Rin terlihat sibuk dengan bunga dan kegiatan merangkainya. Kakashi berdecak. Kegiatan yang sangat tidak bermanfaat yang tidak akan pernah ia ingin lakukan. Namun, apakah selamanya itu benar, Kakashi?

Kakashi menutup matanya. Ia tidak beranjak. Sebenarnya, ia sangat malas berada di tengah kegiatan tidak berguna seperti ini. Namun, ia juga sangat malas jika nanti mendengarkan kemarahan Rin karena ia absen seperti yang pernah terjadi.

Obito yang melihat Kakashi menutup matanya hanya berdecak. Lalu, ikut bergabung dengan [Name] dan Rin yang sedang sibuk merangkai bunga.

[Name] terdiam sejenak begitu ia sampai di hadapan Kakashi. Gadis itu memakaikan mahkota bunga aster yang ia rancang ke kepala Kakashi.

Begitu ia pakaikan, Kakashi membuka manik matanya. Memperlihatkan manik kelam milik dirinya. Remaja itu menatap manik mata [Name].

"Kau memakaikanku apa?"

[Name] tersenyum. "Mahkota bunga. Ku harap jalanmu nanti akan selalu berbunga, Kakashi-san!"

Kakashi menatap manik mata [Name] dengan dalam sebelum akhirnya menghembuskan nafasnya kasar dan melepaskan cekalan tangannya.

Kakashi mengalihkan pandangannya. Remaja lelaki itu beralih ke arah buket bunga dan mahkota bunga lagi di sebelah gadis itu.

"Cukup ini saja!"

Lalu, Kakashi meninggalkan [Name] yang berada di kebun bunga. Menyusul Obito dan Rin yang sudah melangkahkan kaki menjauh dari mereka.

[Name] menelengkan kepalanya. Ia berusaha mencerna kalimat terakhir Kakashi. Lalu, ketika pandangannya jatuh ke sebelah kanan, ia terkekeh.

Sepertinya, Kakashi mengira ini untuknya. Namun, tidak. Walaupun Kakashi adalah orang berharganya juga, ini untuk orang berharganya yang lain.

[Name] memandang Kakashi yang berjalan menjauh darinya. Ia tersenyum senang mendapati bunga yang ia berikan tidak dibuang. Namun, senyumnya luntur kala bunga yang ia selipkan dan mahkota bunga yang ia pakaikan Kakashi buang sedetik kemudian. Lalu, jutsu api tergunakan.

[Name] tersenyum pedih. Sepertinya, ia perlu banyak upaya lagi supaya Kakashi menerima usahanya. Gadis itu menegarkan dirinya. Lalu, melangkahkan kakinya menuju area pemakaman. Sudah lama dirinya tidak menjenguk mereka.

Sebelum keluar area pemakaman, [Name] melangkahkan kakinya menuju sebuah gundukan. Gundukan yang digadang gadang sebagai pengkhianat. Ia memberikan sebuah mahkota di atas nisannya. Lalu, mendoakan sosok yang berada di bawah gundukan itu.

[Name] tersenyum. Ia memberikan penghormatan seraya berujar, "paman, aku pulang dahulu. Walaupun sudah salam pada mereka, aku titip salam ke ayah ibu, paman. Dan terima kasih telah menghadirkan sosok putra yang hebat, paman. Selamat tinggal!"

✧-'-✧

[Name] melangkahkan kakinya ke dalam kediaman. Kondisi kediamannya begitu gelap. Ia menduga bahwa kakaknya belum kembali karena sempat terpanggil oleh atasannya beberapa waktu yang lalu.

[Name] menyalakan lampu rumah. Lalu, mencuci tangan dan membuat makan malam di rumah. Begitu mendapati makan malam telah tersaji, gadis itu membungkusnya.

Ia beranjak keluar seusai membersihkan diri selagi kakaknya belum pulang. Gadis itu bergerak menuju kediaman Kakashi. Kebiasaan Kakashi yang jarang makan sangatlah mengkhawatirkan. Ia berusaha mencegahnya meskipun mungkin makanan ini berakhir sama dengan rangkaian bunga miliknya yang ia berikan kepadanya seperti biasanya.

[Name] mengetuk pintu rumah Kakashi. Membutuhkan beberapa menit hingga Kakashi membuka pintu rumahnya.

Begitu Kakashi muncul di hadapannya, [Name] menyodorkan beberapa wadah yang berisi makanan buatannya.

[Name] berujar, "Kakashi-san, aku membuatkanmu makanan. Tolong segera dimakan!"

Kakashi melirik makanan yang disodorkan oleh [Name]. Ia menghembuskan nafasnya lelah. Lalu menelengkan kepalanya ke arah kanan.

"Kau tidak lelah?"

[Name] tersenyum. Ia paham. Mungkin maksud dari Kakashi adalah selalu mengganggunya seperti ini. Sebelum ayah Kakashi meninggal, [Name] hanya mengganggu Kakashi di akademi. Setelah ayah Kakashi meninggal, [Name] berkali-kali mengantarkan makan malam untuknya.

"Jika ini untuk kesehatanmu, aku tidak lelah, Kakashi-san!"

Kakashi berdecak. Ia benci kerumitan seperti ini. Lalu, ia memutuskan menerimanya. Toh, nanti jika ia membuangnya, gadis itu tidak tahu bukan? Seperti yang ia lakukan biasanya.

"Selamat makan, Kakashi-san! Aku pulang dahulu!"

Begitu mendapati [Name] yang sudah melangkahkan kakinya menjauh dari kediamannya, Kakashi menutup pintu rumahnya.

Remaja lelaki itu melangkahkan kakinya dengan pasti ke satu arah. Arah di mana ia selalu melakukan ini setiap [Name] memberikan makanannya.

Kakashi membuka wadah yang berisi makanan tersebut. Seperti biasa, [Name] memasak dengan harum. Ia percaya bahwa masakan itu mampu menggoda siapapun yang menciumnya.

Namun, Kakashi tetap harus membuangnya. Kenangan buruk dari ayahnya mengingatkannya. Mengingatkannya untuk menjaga jarak dari setiap manusia yang mendekat kecuali urusan pekerjaan atau tim intinya.

Februari, 2024

[COMPLETED] Second Choice [Kakashi X Readers]Where stories live. Discover now