34. Ratu Tidur

36 10 1
                                    

"Bangunlah, sudah cukup kau membuat semua orang menyesal atas kesalahan mereka, jangan dendam lagi"

____________________________

Hallo-hallo, selamat datang dan selamat membaca.....
.
.
.
.
Satu tahun lalu

Malam ini seorang gadis memasuki sebuah mension megah dengan sebuah koper di tangan kanan nya, senyum di bibirnya pun tak pernah pudar, ia sangat bahagia akhirnya sang papa mau mengenalkan nya kekeluarga besarnya.

Tok tok tok

"Masuk" ia dan sang papa pun masuk ke ruangan itu, ruangan yang cukup luas, sepertinya itu ruang kerja.

"Mana cucu say_"

"Ini yang papa mau kan?!" Gadis itu di tarik secara paksa, hingga posisi nya sekarang tepat di depan lelaki yang umurnya mungkin sudah menginjak kepala enam.

Tentu saja gadis itu kaget, bagaimana mungkin papanya yang beberapa hari ini terlihat sangat lemah lembut akan menjadi sekasar ini. Apa mungkin ia gegabah mengira papanya telah berubah?

Plak

Ia di tampar, sang opah menampar papa nya. Gadis itu tidak bisa bekata-kata lagi melihat apa yang terjadi di depannya ini.

"Kapan kamu mau berubah Lexi?! Belasan tahun saya mencari keberadaan cucu saya, ternyata kamu sendiri yang menyembunyikannya!" Sentak opah nya, namun sang anak hanya diam.

Sang opah berjalan mendekati sang cucu, ia menghapus air mata gadis itu lalu memeluknya.

"Ica... ini opah nak, opah sangat menyayangi Ica, maafin opah" lirihnya. Gadis itu hanya diam, ia berusaha mencerna apa yang telah terjadi sebenarnya.

Opah melepas pelukannya "Lexi, dia anak kamu. DIA ANAK KAMU!"

"Saya tau papa, saya tau dia anak saya. Tapi dia pembunuh!"

Deg

"Pembunuh? Aku pembunuh?" Gumamnya dengan air mata terus mengalir.

"Kamu sudah keterlaluan! Papa tidak mau tau bagaimana pun caranya kamu harus menjaga dia!"

"Gak!"

"Lexi!_"

"Kenapa tidak papa saja yang merawatnya?"

"Kalau papa bisa, papa tidak akan menyuruh kamu?!"

"Saya tidak bisa tinggal bersama pembunuh!"

"Jaga ucapan kamu Lexi!"

"Saya tidak peduli!_"

"Kamu harus peduli! Dia anak kamu, anak kandung kamu!"

"Pa_"

"Lexi! Kamu harus ingat perjanjian"

"Kenapa papa selalu membawa nama perusahaan, ini urusan keluarga pa!"

"Karena kamu sangat keras kepala_!"

"STOP! Hentikan!" Gadis itu membentak membuat dua lelaki di depannya terdiam, "tidak perlu ribut, biar saya saja yang pulang" ujarnya lirih dengan air mata yang tidak terasa terus mengalir.

"Ica... kamu mau pulang kemana nak, disini adalah rumah kamu"

"Saya harus pulang, saya punya rumah sendiri" ujarnya sambil tak berhenti menangis.

"Nak, ayah dan bundamu sudah pergi, kamu mau pulang kemana?" Tanya sang opah sambil memegang bahu cucunya.

"Ayah sama bunda belum pergi, mereka masih ada, mereka sayang Ica" ia terus saja menangis lalu di peluk opahnya.

KAGGARA: I Want To Own The WorldWhere stories live. Discover now