07. Perlakuan Ikbal

164 14 0
                                    

Perbaiki selagi bisa, jangan paksa berpisah selagi masih ada rasa.

-Viana Slyvia

******

Pagi-pagi sekali Viana dan Ikbal pergi kerumah sakit karena penyakit jantung Oma Tari kambuh, hingga membuat semua anggota keluarga cemas. Mau tak mau Viana harus ikut ke rumah sakit agar tak membuat Oma Tari banyak pikiran jika ia tak datang.

"Oma senang, kalian akur seperti ini. Jadi, kapan kalian mau kasih Oma cicit?" tanya Oma menatap Ikbal dan Viana penuh harap.

"Oma, mau secepatnya! Bisa kan, Ikbal? Viana?" tanya perempuan tua itu.

"Oma tenang aja, Ikbal janji secepatnya kita kasih cicit untuk Oma." Ucap Ikbal, ia merangkul Viana dengan erat. Tentu membuat Viana menjadi salah tingkah.

Senyuman terlukis di wajah keriput itu, wanita tua yang terbaring lemah dengan alat medis ditubuhnya itu seperti mendapatkan semangat hidup yang baru.

"Oma istrirahat, supaya cepat pulih dan bisa kumpul kembali. Nanti Viana masakin makanan kesukaan Oma."

******

Sepulang dari rumah sakit, Ikbal membawa Viana ke mansion nya. Dan Viana kini sedang duduk di sofa seraya membaca Novel, pikiran nya selalu mengingat perkataan Oma dan Ikbal tadi.

"Ck! Apa kata nya? Secepatnya kasih Oma cucu, itu berarti .... " Viana tak melanjutkan kata-kata nya.

"Lo, masih mikirin perkataan gue, di rumah sakit tadi?" ucap Ikbal membuat Viana menoleh.

Ikbal ikut duduk disamping Viana, ia menatap wajah cantik itu begitu lekat. Ntah kenapa, Ikbal merasa nyaman saat berada di dekat Viana. Menatap wajah perempuan itu membuat Ikbal damai.

"Ngak usah dipikirin! Tadi just kidding doang." Ucap Ikbal membuat Viana menganga.

"Jadi, kamu bohong sama Oma?" tanya Viana dan Ikbal mengangguk.

"Kenapa, kamu bohong? Kamu gak kasian sama Oma? Dia pasti nungguin janji kamu itu Ikbal," ucap Viana terdengar seperti mengomel.

"Oke, jadi lo udah siap hamil anak gue?" tanya Ikbal mengangkat sebelah alisnya. Ia menatap lekat wajah cantik Viana.

Viana terdiam, ia terlihat gelagapan. "A--aku mau kedapur dulu." Viana langsung pergi kedapur.

Ikbal hanya tersenyum tipis melihat Viana seperti itu. Ntah mengapa, ia merasa bahagia hari ini. Ia merasa hidup nya lebih berwarna dari hari-hari sebelum nya.

Viana berlari menuju dapur, sesampainya disana, perempuan itu tampak menetralkan detak jantungnya yang terasa tak karuan saat mendapat pertanyaan sensitif dari Ikbal. Meskipun Ikbal suaminya, Viana tetap merasa canggung untuk hal itu.

Viana memutuskan untuk membuat Cake coklat. Koki Sheza sudah menawarkan untuk membantu tapi Viana menolak. Dan lihatlah sekarang dia kesusahan karna rambutnya menghalangi wajah cantik nya.

Hingga sebuah tangan kekar mengejutkan nya.

"Rambut nya diikat, biar lo gak susah." Ikbal menggulung rambut Viana dan mencepol nya menggunakan sumpit kayu.

Tubuh Viana mendadak tegang saat hembusan nafas Ikbal menerpa lehernya. Desiran aneh menjalar di tubuhnya, ditambah detak jantung yang tak beraturan.

Viana berbalik. "Ikbal, kamu ... emmhh kenapa disini?" tanya Viana. Perempuan itu terlihat begitu gugup.

Ikbal tak menjawab, dia tersenyum tipis seraya mendekat kearah Viana secara perlahan. Mengikir jarak diantara keduanya, membuat Viana menutup mata nya.

'Ikbal mau apa?' batin Viana.

Istri Tuan Muda IkbalWhere stories live. Discover now