Dimas akhirnya memperkenalkan maira pada rizal, karena sudah cukup sering rizal minta di perkenalkan pada maira.

Acara syukuran wisuda di gelar di villa milik mami mita atas inisiatif rizal.
Mereka ingin menggelar syukuran secara bersama dengan mengundang teman-teman kampus mereka.

Seluruhnya yang hadir ada lima puluh mahasiswa, gabungan dari teman-teman rizal, rumi dan dimas.

Tangan maira juga tak pernah terlepas dari genggaman dimas selama persiapan acara syukuran.

"Dim bakar ayamnya pakai dua tangan dong, nggak akan maira di ambil orang", goda rumi yang melihat tangan dimas terpaku pada tangan maira.

"Yaudah nih kamu yang bakarin", ujar dimas sambil menyerahkan capitnya pada rumi.

"Tugasku ambilin minuman, kamu yang bakar ikan sama ayamnya, rizal masak nasi di dapur", ujar rumi.

Dimas hanya melirik rumi dan kembali sibuk dengan ayam-ayam yang ada di depannya.

"Sayang aku bantuin rizal di dapur ya", ujar maira.

"Nggak usah, rizal udah sama pacarnya, rame kok di dapur, kamu bantuin aku aja, jangan jauh-jauh dari aku", pinta dimas.

"Yaudah aku ambil piring dulu untuk taruh ayam bakarnya yang udah matang", pinta maira.

"Jangan lama-lama ya", pinta dimas.

Maira hanya menjawab dimas dengan anggukan, lalu berjalan masuk ke dalam villa.

Pukul delapan malam, mahasiswa yang mendapat undangan dari rumi, dimas dan rizal mulai berdatangan.

Tamu undangan memang hanya dari kalangan mahasiswa arsitek, teman-teman kos dimas, rumi dan rizal, juga teman-teman dari organisasi yang mereka ikuti.

Mendekati pukul sembilan malam, suasana semakin ramai, dan semakin banyak botol-botol kosong yang sebelumnya berisi bir dan soda.

Makanan yang tersaji di meja panjang sebelah kanan villa juga mulai terkikis.

Dimas yang lelah membakar ikan dan ayam serta makanan pendamping lain sejak pukul empat sore, duduk di sofa dengan maira dipangkuannya.

"Aku pulang bentar lagi ya, udah mau jam sepuluh", pinta maira.

"Nginep aja ya nanti aku telvon ibu", ujar dimas.

"Nggak bisa sayang, besok pagi aku kesini pagi deh", ujar maira.

"Nggak usah janji hal yang nggak bisa kamu tepati", bisik dimas di telinga maira.

"Yaudah besok kalau aku udah bangun aku langsung kesini", ujar maira sambil tersenyum.

Dimas kemudian mencium pipi maira dan mengeratkan pelukannya di pinggang maira.

"Dim aku pakai kamar mana", tanya rizal begitu dia duduk di dekat dimas dengan wajah yang terlihat lelah.

"Dekat balkon depan yang sebelah kiri, tadi tas kamu udah aku taruh situ, bilang rumi juga pakai kamar yang sebelah kamar kamu, nanti kalau anak-anak pada mau nginep sini kasih tau terserah mereka mau tidur dimana", ujar dimas panjang lebar.

"Kamu ikut nginep ra", tanya rizal.

"Enggak aku bentar lagi pulang", jawab maira sambil tersenyum.

"Nginep aja ra, nanti kalau dimas bawa masuk cewek lain ke kamar gimana", bujuk rizal.

"Kamu berani", tanya maira pada dimas.

"Enggak sayang, nanti cewek yang tidur sama aku namanya adit, tuh yang lagi main kartu sama rumi", ujar dimas sambil menunjuk sosok adit dengan kartu di dahinya.

"Yakin", tanya maira sambil menyipitkan mata.

"Kalau kamu nggak percaya kamu nginep aja", jawab dimas sambil menoyor kepala rizal.

"Zal pokoknya kalau dimas bawa cewek lain, kamu kasih tau aku ya, wajib", pinta maira.

"Siap laksanakan", tegas rizal.

Maira kemudian berdiri dari pangkuan dimas dan mengambil tasnya yang ada di kamar tempat ia dan dimas biasa menghabiskan waktu bersama.

"Mau kemana dim", tanya fabian, teman dimas dari organisasi mapala.

"Mau nganter istri pulang dulu", jawab dimas sambil tersenyum lebar.

Rombongan mahasiswa yang mendengar ucapan dimas langsung menyoraki dimas dan melemparkan candaan dari mulut mereka masing-masing.

Sementara maira hanya tersipu dan bergegas masuk ke dalam mobil milik papa seno yang dimas pinjam.

Pesta syukuran yang dimas gelar dengan rizal dan rumi, menjadi penutup hiruk pikuk suasana yang harus dimas tinggalkan di jogja.

Pujian atas pencapaian dimas sebagai mahasiswa, ditutup dengan keresahan di hati dimas karena harus berpisah jarak dari kekasihnya.

Menjalani hubungan jarak jauh sudah pernah dimas lalui, dan dimas gagal melewatinya.

Kini dimas harus berjuang untuk menjalani kembali hubungan jarak jauh, dengan masa depan yang belum pasti, meski hatinya sudah tertulis satu nama dan harapan yang pasti.

***

After SunsetWhere stories live. Discover now