2. Violinist Boy

76 4 0
                                    

Di sebuah rumah yang cukup besar namun tidak terlalu mewah, tampak seorang anak laki-laki berusia sekitar 15 tahun sedang bermain biola di kamarnya. Tangannya sangat lihai memainkan alat musik klasik tersebut dengan mata yang terpejam, mencoba tenggelam dalam alunan musik yang ia mainkan. Terlihat anak tersebut memakai seragam sekolah dengan nametag bertuliskan nama anak tersebut, Zhang Hugo.

Ya, dia bernama Zhang Hugo atau lebih akrab disapa Hugo. Dia berasal dari keluarga berkecukupan, tidak terlalu miskin dan tidak terlalu kaya juga. Hugo merupakan anak tunggal dalam keluarganya seperti halnya Haven dan juga masih memiliki keluarga yang lengkap yaitu ayah dan ibu. Ia mulai menyukai musik klasik terutama biola sejak kelas 4 sekolah dasar. Sehingga saat masuk sekolah menengah pertama, Hugo mulai belajar bermain biola dengan mengikuti les biola setiap pulang sekolah dan mengikuti ekstrakulikuler musik klasik di sekolah.

....:"Hugo. Ayo keluar. Waktunya sarapan"

Hugo langsung menghentikan permainan biolanya saat mendengar suara seorang wanita yang memanggilnya yang adalah ibunya.

Hugo :"Iya, eomma. Aku akan keluar sebentar lagi"

Hugo meletakkan kembali biolanya di dekat lemari pakaian. Ia mengambil tasnya di atas tempat tidur dan berjalan keluar kamar menuju ruang makan dimana kedua orangtuanya sudah menunggunya.

Setelah sampai di meja makan, Hugo duduk di sebelah ayahnya. Dan di depannya sudah tersaji 2 lembar roti selai coklat dan segelas susu. Hugo pun mulai menikmati sarapan bersama kedua orang tuanya.

Hugo Eomma :"Hugo. Hari ini, kau berangkat bersama Haven, kan?"

Hugo :"Tentu saja, eomma. Aku tidak mau dia kenapa-napa. Aku juga sudah nyaman berada di dekat Haven"

Hugo Appa :"Ya sudah, tidak apa-apa. appa dan eomma tidak akan menjauhkan kalian berdua. Tapi, kau harus selalu menjaga Haven jika sesuatu terjadi padanya. Kau kan sudah menganggap Haven seperti adikmu sendiri"

Hugo :"Iya, appa. Aku janji akan menjaga Haven jika sesuatu terjadi padanya"

Mereka berdua tersenyum melihat Hugo yang sepertinya sangat menyayangi Haven layaknya Haven adalah adiknya. Namun dalam hati mereka, mereka juga sedih karena Hugo terlahir tanpa kekuatan sihir.

Ya, sama seperti Haven, Hugo pun terlahir tanpa kekuatan sihir yang harusnya diturunkan dari orang tuanya. Awalnya Hugo juga sedih menerima kenyataan bahwa ia terlahir tanpa kekuatan sihir, tidak seperti teman-teman seumurannya yang lain. Tapi, ia mulai mencoba terbiasa dan menghilangkan kesedihannya dengan bermain biola.

***Beberapa jam kemudian***

Hugo sedang bermain biola di ruang musik sekolah. Saat ini sedang jam istirahat, waktu yang tepat untuk Hugo kembali bermain biola.

Sementara itu, Haven sedang berkeliling koridor sekolah yang sedikit sepi karena semua siswa-siswi sedang berada di kantin. Ia hendak mengajak Hugo untuk ikut ke kantin bersamanya. Sampai kemudian, ia mendengar suara alunan musik biola yang ia yakini itu adalah suara biola yang dimainkan oleh Hugo.

Haven mendekati sebuah pintu yang ada di sebelahnya. Saat ia membuka pintu perlahan, ia menyembulkan kepalanya di balik pintu. Dan dugaannya benar, suara alunan biola tersebut berasal dari Hugo yang sedang memainkan alat musik klasik tersebut.

Sementara itu, Hugo baru saja menyelesaikan permainan biolanya. Dan ia melihat seseorang sedang mengintip di balik pintu. Saat ia mempertajam penglihatannya, ternyata yang mengintipnya adalah sang sahabat, Sung Haven.

Hugo :"Masuklah, Haven. Tidak perlu takut"

Haven pun masuk ke dalam ruang musik tersebut dan menghampiri Hugo. Ia lalu duduk di kursi yang dekat dengan posisi Hugo duduk.

Haven :"Hugo hyung... Kau tidak pergi ke kantin?"

Hugo :"Tidak. Aku tidak merasa lapar. Aku juga tidak terlalu suka kebisingan di kantin... Kau sendiri, kenapa tadi mengintip ku?"

Haven :"Aku sebenarnya mencarimu tadi. Aku ingin mengajakmu pergi ke kantin bersama. Tapi tiba-tiba aku mendengar suara biola, ternyata itu berasal dari permainan biolamu"

Hugo dan Haven sudah berteman cukup lama, bahkan sejak mereka masih kecil, itu karena persahabatan kedua orang tua masing-masing yang sudah terjalin sejak sekolah menengah. Dan ikatan persahabatan itu menurun kepada anak mereka yaitu Hugo dan Haven ini. Dan karena sama-sama lahir tanpa kekuatan sihir, mereka bisa saling menguatkan dan yakin mereka akan memiliki kekuatan sihir suatu hari nanti.

Haven :"Apa kau juga merasakan hal yang sama denganku, hyung? Kita terlahir berbeda dengan yang lain, kita lahir tanpa kekuatan sihir dalam diri kita, rasanya sedikit asing seperti itu"

Hugo :"Aku juga merasakan hal itu, Haven. Terkadang aku iri melihat teman-teman seumuran ku bisa bermain dengan kekuatan sihir masing-masing, sedangkan aku hanya bisa melihat kebahagiaan mereka yang memiliki kekuatan sihir"

Haven :"Tapi, kita tidak boleh bersedih terus-terusan. Kita harus yakin bahwa suatu saat nanti, kita akan memiliki kekuatan sihir seperti teman-teman kita"

Hugo :"Kau benar. Kita tidak boleh bersedih terus, karena itu tidak ada gunanya. Kita harus yakin akan ada keajaiban yang datang menghampiri kita"

Haven tersenyum dan mengusap lembut kepala Hugo yang sudah ia anggap seperti kakak sendiri.


Sementara itu di istana, jinie sedang
membaca buku di perpustakaan yang berada di dalam ruangan pribadinya. Tadi malam, ia kembali bermimpi tentang sosok bayangan yang akan menjadi anggota ksatria selanjutnya. Dan sosok lain yang dimimpikan jinie adalah sosok yang ceritanya sedang dikisahkan saat ini.

Jinie :"Zhang Hugo... Dia juga tidak memiliki kekuatan sihir kalau tidak salah. Apa sebenarnya arti mimpi ini? Apakah ksatria yang akan ku pilih nanti adalah mereka yang tidak memiliki kekuatan sihir?"


To be continued...

Aku menggambarkan para anggota ZB1 di book ini sebagai anak laki-laki berusia sekitar 10 sampai 19 tahun. Jadi, bisa dibilang mereka masih remaja di book ini.

Jangan lupa untuk VOTE dan COMMENT book ini ya.

See you the next chapter.

The Rise of 9 Knights [ZB1] [END]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن