2. Cegil

202 25 0
                                    

"Yuhuu, Om Jayden I love you full!" teriak Viola dengan posisi merayap di atas pembatas tembok yang lumayan tinggi

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

"Yuhuu, Om Jayden I love you full!" teriak Viola dengan posisi merayap di atas pembatas tembok yang lumayan tinggi. Dengan pakaian ala indianya, ia menggoda pria tampan yang baru saja keluar dari dalam mobil dengan jerlingan nakal dan juga lidah ular yang sudah menjadi ciri khasnya dalam menggoda.

Jayden, pria itu mengusap wajahnya kasar. Ia baru saja pulang kerja dan di sambut oleh sosok astral seperti gadis itu.

Dengan senyum lebarnya Viola turun dari atas pembatas tembok kemudian berlari kencang ke arah Jayden, jangan lupakan syal yang berada di lehernya yang ia rentangkan menggunakan kedua tangannya.

Baru saja ia ingin memeluk pria itu, kepalanya sudah di tahan oleh tangan Jayden. Alhasil ia hanya bisa memeluk angin.

"Huwaaa Ayang Jay enggak mau di peyuk?" lirih Viola dengan nada yang terdengar kecewa. Gadis itu menatap Jayden dengan mata yang tidak berhenti berkedip.

Sedangkan Jayden memutar bola matanya malas, tidak ingin mendengar drama lebih lanjut ia lebih memilih masuk ke dalam rumah.

Tidak ingin di tinggal sendirian, Viola dengan cepat menyusul Jayden dengan cara berlari kecil. "Aduh calon pacar jangan tinggalin Ayang Vio sendiri dong!" teriaknya heboh.

Jayden menghembuskan nafas kasar kemudian berbalik menghadap ke Viola. "Pulang! Saya mau istirahat!" tekan Jayden dan menatap Viola dengan tajam.

Viola mencebikkan bibirnya kesal. "Ayang tega ngusir Vio, hah, Vio tidak menyangka akan jadi seperti ini," jawab Viola dengan sangat dramatis, bahkan kini ia sudah menempelkan kepalanya di pintu dan memukul pintu itu pelan.

"Tega kamu Mas," lanjut Viola dengan memegang dadanya dramatis, jangan lupakan ekspresi sedih yang berlebihan yang ia tampilkan di wajahnya yang sedikit berisi.

"Saya telepon Avan, ya." Ancam Jayden.

"Iya, iya, pulang," ketus Viola dan berdiri dengan normal kembali. "Tapi pelukan dulu sekali," tambahnya lagi dengan merentangkan kedua tangannya.

"Enggak."

"Kalau ciuman gimana?"

"Enggak!"

"Oh, yaudah," rajuk Viola dan duduk di atas lantai dengan kedua kaki yang di selunjurkan ke depan.

"Ya, hallo Van, Vio ke sini lagi."

"Hishh! Dasar om-om tukang ngadu! Untung ganteng,
makanya Vio jadi cinta," dengus Viola, ia segera berdiri dan keluar dari rumah dengan menghentakkan kakinya kesal.

"Liat aja, Vio bakalan mencintai Om Jayden secara ugal-ugalan. Sebelum kita jadian, Vio enggak bakal berhenti gentayangin, Om!" teriaknya sebelum benar-benar menghilang dari pandangan Jayden.

"Bocah naif," gumam Jayden dengan menggelengkan kepalanya kecil, seolah-olah tidak habis fikir dengan jalan fikiran gadis kecil itu. Yang merupakan tetangganya sendiri.

SiblingsOnde histórias criam vida. Descubra agora