🧩GAME IN PROGRESS🎮 : 08

800 50 0
                                    

Wednesday

_

Vanessa tidak jadi menginap di rumah Lauren, tiga jam yang lalu sang ayah menelpon dan mengatakan bahwa dirinya sudah pulang ke rumah.

Vanessa merasa sangat senang.

Setelah turun dari ojek online yang dipesannya, Vanessa berlari memasuki rumahnya. Dia membuka pintu dengan keras dan memanggil ayahnya.

"Papa!"

Sosok pria bertubuh gagah dengan janggut di wajahnya muncul dari arah dapur, pria itu menyembulkan kepalanya lalu tersenyum.

"Hai, sayang."

Vanessa menghampiri sang ayah dan memeluknya dengan erat. "Nessa kangen Papa."

Sang ayah meletakkan spatula di atas meja makan, mendekap tubuh mungil putrinya dengan sangat erat. "Papa juga kangen banget sama Nessa."

Sedikit lumayan lama mereka saling berpelukan, sang ayah melepas pelukannya setelah merasa kemeja yang dipakainya terasa basah.

Begitu Vanessa mendongakkan kepalanya, barulah sang ayah tahu bahwa putrinya sedang menangis.

"Cantiknya Papa kok nangis? Kenapa?"

Vanessa menggigit bibir bawahnya. "Papa terlalu lama kerja, Nessa kesiksa ditinggal papa."

"Kesiksa gimana, sayang? Kenapa? Cerita sama Papa." Melihat putrinya yang tiba-tiba menangis membuat sang ayah merasa khawatir.

Vanessa menjatuhkan tas yang digendongnya, di depan sang ayah Vanessa menanggalkan jaket dan baju seragamnya, dia hanya menyisakan tank top hitam di tubuhnya.

Baru lah sang ayah paham, di tubuh Vanessa terlihat banyak sekali luka. Luka bakar, luka lebam dan luka sayatan tercetak di beberapa bagian tubuh Vanessa, ada beberapa yang sudah mengering dan ada pula yang masih terlihat basah.

Sang ayah terkejut tidak menyangka.

"Ya Tuhan, anak kesayangan Papa. Siapa yang lakuin ini ke kamu, sayang?" Terlihat sang ayah begitu marah besar, Vanessa kebingungan sendiri haruskah dia mengatakan sejujurnya?

Dia menghapus air matanya sendiri, kedua matanya bergerak kebelakang sang ayah. Ibu tirinya tengah berdiri di sana sambil mengacungkan pisau dapur, sang ibu memelototi Vanessa seolah memberi kode peringatan.

Ragu-ragu Vanessa membalas tatapan sang ayah. "Ibu ... Ibu yang bikin aku kayak gini, Papa."

Nah, tamatlah riwayat sang ibu.

"Setiap hari aku dipukul, diludahin dan ditendang. Sehari aku cuma makan satu kali itupun sisa makanan yang Ibu makan, aku selalu disuruh kerjain kerjaan rumah. Aku gak pernah dikasih uang jajan, kadang aku dikunciin di kamar mandi sama di gudang. Aku gak kuat lagi Papa, Papa jangan tinggalin aku lagi."

Sang ibu dibuat panik, Vanessa benar-benar membongkar semuanya di depan suaminya. Dia menjatuhkan pisau yang digenggamnya dan menghampiri suaminya.

"M-mas, s-sebenarnya bukan gitu ... a-aku lakuin ini semua k-karena ... Vanessa ..."

"Pergi ke kamar."

Ibu tirinya seketika merasa takut mendengar nada bicara suaminya yang begitu dingin.

Vanessa menunduk memainkan jemari tangannya, tangisannya berhenti hanya tertinggal isakan kecil.

Sang ayah merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebuah kartu atm, dia menyerahkannya pada anaknya. "Pake lagi bajunya, ya? Gih, jajan. Apa yang kamu mau, beli aja."

GAME OVER : Who's The Winner?[✓]Where stories live. Discover now