[05] Ellana, dan kemarahannya

Start from the beginning
                                    

"Ellana biar sama gue. Kita cuma jalan-jalan ke GI, kok. Gue bakal jagain dia."

Kalandra menatap datar lelaki yang jelas sekali sedang berlaga menjadi pahlawan bagi Ellana. Tanpa goyah, Kalandra berkata, "Apapun alasan yang kamu kerahkan, saya tetap menjalankan tugas saya untuk menjaga Nona Ellana. Jadi kalau memang kamu dan Nona Ellana ingin pergi, biar saya antarkan."

Arsatya mendengkus cepat atas jawaban lugas Kalandra. Dia pun melangkah maju, menepuk pundak Kalandra layaknya sahabat namun Kalandra merasakan adanya tekanan peringatan di sana.

"Gue pacar Ellana. Dan kita pergi berdua sebagai orang pacaran. Gue rasa lo udah paham sampai sini. Lagian gue nggak bakal macam-macam karena kita cuma mau nonton sama makan."

"Mungkin bukan saat ini. Tapi sebelum itu terjadi, saya akan menjaga Nona dari kemungkinan buruk itu. Termasuk dari kamu."

"Maksud lo apa? Lo mau bilang kalau gue bakal celakain dia?"

"Kalau kamu nggak merasa begitu, setidaknya kamu mengerti bahwa Nona Ellana sedang berada di bawah pengawasan papanya. Dan tidak seharusnya kamu mengajaknya pergi secara sembarangan." Kalandra pun menyingkirkan tangan itu dari pundaknya. "Jika kamu memang ingin pergi bersama Nona Ellana, silahkan ajukan izin pada papanya."

Tentu saja Arsatya tersinggung atas ucapan Kalandra yang mengandung tuduhan tersirat itu. Maka dia kembali menepuk bahu Kalandra. Lebih keras dan lebih menguarkan permusuhan.

"Jangan kaku amat, bisa nggak? Gue justru mau ngasih dia hiburan karena papanya udah kebanyakan ngelarang dia. Dan lo," lalu menyentak bahu Kalandra bak menggertak, "Lo adalah salah satu yang udah bikin Ellana kesusahan. Kalau lo pikir perbuatan sok heroik lo ini bakal buat Ellana senang, lo salah besar."

"Saya nggak merasa begitu."

Tentu saja Kalandra memberi balasan. Merenggut tangan Arsatya untuk dipuntir cepat hingga timbul erang kesakitan dari Arsatya. Juga pekikan kaget dari Ellana.

"Tapi kalau kamu berpikir saya seperti itu, bukanlah salah saya. Melainkan kamu sendiri."

"Kamu apa-apaan, sih?!" Ellana menyalak marah. Berdiri di tengah mereka dan memukuli tangan kekar Kalandra yang sudah menyakiti Arsatya. "Lepasin, nggak?! Atau aku bilangin Papa karena kamu udah bikin orang celaka!!!"

"Ini juga akan menjadi laporan saya kepada Tuan Rajendra. Bahwa sekali lagi Nona memaksa lari dari pengawasan saya untuk pergi bersama orang yang tidak beliau sukai."

Ellana tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Maka dia kembali memukul sekaligus mendorong Kalandra hingga pria itu memutuskan melepas cengkamannya pada Arsatya. Melirik sejenak lelaki itu yang meringis disertai menatap sengit padanya.

"Kamu nyebelin!! Aku cuma mau pergi sebentar kenapa harus dihalangin kayak gini, sih?!"

"Apa perlu saya jelaskan lagi soal mengapa Nona harus diperlakukan seperti ini?"

Ellana tahu dengan pasti bahwa Kalandra sedang menyudutkannya. Melalui ekspresi maupun nada bicaranya yang begitu tenang, melalui segala tindakannya yang tak beriak namun berhasil menekannya, Ellana tahu dengan pasti bahwa Kalandra sengaja menguji kesabarannya dan Ellana tidak mampu menampungnya.

Atas kemarahannya yang membludak, Ellana melempari Kalandra menggunakan tasnya dengan kencang. Namun melihat pria itu tidak berkutik maupun bereaksi, Ellana harus menelan kekesalan meninggi lantas pergi meninggalkan keduanya.

Tanpa pedulikan Arsatya yang memanggilnya, berusaha mengejar tetapi Kalandra mencegah dengan satu tangan sementara dia memunguti ransel Ellana.

"Lo tuh emang pengawal yang cuma cari gara-gara, ya? Seperti yang udah Ellana bilang," ujar Arsatya sinis. Memilih meladeni pria yang tampak tidak terpengaruh dengan sindiran kerasnya.

The Bodyguard and His LadyWhere stories live. Discover now