[04] Kalandra, si Bodyguard Pemberani

431 61 1
                                    

[The Bodyguard and His Lady]

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

[The Bodyguard and His Lady]

“Aku harus jemput saudara di Bekasi sekarang.”

Padahal Ellana baru saja merasakan bahagia.

Padahal baru beberapa saat yang lalu dia tertawa sembari dipeluk oleh Arsatya, menikmati kebersamaan di tengah keramaian pengunjung yang tak ada bedanya mencari hiburan di pusat perbelanjaan ini.

Dan seharusnya masih ada beberapa agenda lagi yang sekiranya akan menghabiskan waktu lebih lama, tetapi Ellana harus merelakan Arsatya yang tampak begitu menyesal seraya berkata, “Maaf ya, aku jadi nggak bisa antar kamu pulang.”

“Terus aku pulangnya gimana? Aku kan, belum pernah ke sini sendiri, apalagi pulang sendiri!”

“Iya, maaf. Tapi aku beneran harus buru-buru karena ke sananya bakalan macet. Udah jam segini soalnya.”

“Terus kamu tega ninggalin aku gitu aja di sini?” sembur Ellana marah. Tidak peduli jika protesannya didengar orang-orang.

Tidak peduli bila Arsatya tampak sempatkan melihat sekitar sedikit panik sebelum mencoba menenangkan Ellana dengan pelukan.

“Maafin aku. Kamu juga tahu kalau mama aku gampang marah kalau aku nggak turutin kemauannya. Aku nggak mau nanti malah kamu yang disalahin.”

“Tapi kamu ninggalin aku di sini! Padahal kamu yang ngajakin aku ke sini tapi bisa-bisanya—”

Ellana tak mampu melanjutkan berkat kecupan di dahi menyusul permintaan maaf bersama kata-kata manis. Arsatya selalu berhasil membuatnya luluh dengan sentuhan-sentuhan kecil seperti ini. Tetapi Ellana tidak akan lupa kalau dirinya sebentar lagi akan ditinggalkan sehingga dia mendorong lelaki itu menjauh.

“Aku pesanin taksi buat kamu, ya?”

“Nggak tau, ah! Males sama kamu!”

“Ellana, Sayang,” panggil Arsatya berusaha mengejar. “Seenggaknya aku bertanggung jawab buat pastiin kamu pulang dengan selamat.”

“Ya udah antar aku pulang dulu!” namun Ellana tahu hanya dari ekspresi menyesal Arsatya. Sehingga dia memalingkan wajah seraya berkata, “Pergi aja sana! Aku pulang sendiri!”

Ellana berlari pergi. Meninggalkan Arsatya yang memanggil-manggil dirinya lalu tidak lagi terdengar sebagaimana Ellana semakin jauh berbaur di tengah kerumunan. Hatinya mendidih karena Arsatya tidak berusaha mengejar. Tidak berusaha mencarinya yang kini tersesat di tengah lautan manusia yang sesekali menubruknya, menyesakkan ruang napasnya, menamparnya pada realita bahwa dia benar-benar sendirian di sini.

Bagaimana caranya Ellana pulang?

Oh, katakan ini mustahil. Tetapi Ellana memanglah si tuan putri yang mudah ketakutan pergi seorang diri menggunakan jasa semacam taksi kecuali bila dia sedang mau nekat. Ellana terbiasa di zona nyaman yang lebih suka merasakan pulang dan pergi menggunakan mobil sendiri.

The Bodyguard and His LadyOù les histoires vivent. Découvrez maintenant