[4. Anak Pemilik Sekolah?]

6 4 0
                                    

•HAPPY READING•

••••••••

"Lo?!"

"Lo lagi, lo lagi. Kenapa sih dimana-mana ada lo."

"Ya terserah gue lah, bukan urusan lo."

"Lo ngapain sih ada disini?" tanya Alvaro.

"Harusnya gue yang nanya sama lo! Lo ngapain ada disini ngikutin gue lo ya?" tunjuknya pada wajah Alvaro.

"Dih, ngapain gue ngikutin lo, yang ada lo yang ngikutin gue."

"Dih, ogah banget gue. Udah ngaku aja lo ngikutin gue kan?"

"Ya enggak lah, ngapain gue ngikutin cewe gila kaya lo."

"Terus kenapa lo ada disini? Ayo jawab!"

"Ya suka-suka gue lah, orang ini sekolah punya bokap gue."

Lea tertawa terbahak bahak mendengarnya, membuat mereka menatap aneh kearahnya. "Dih, emang cewe gila." gumam Alvaro.

"Sejak kapan sekolah elit ini punya bokap lo? Mimpi ya lo?" ucapnya sambil menormalkan tawanya agar tidak keblabasan.

"Lah emang ini sekolah punya bokap gue kok. Kenapa? Lo gak percaya?" tanya Alvaro.

"Kalo iya kenapa? Masalah?"

"Lagian ya aneh aja, cowo gila sama stres kaya lo ini punya bokap pemilik sekolah elit ini. Emm, mustahil sih yang ada." sambungnya meninggalkan keempat lelaki itu dan pergi menuju ke perpustakaan yang tadi tertunda.

Ditempat tadi dua cowok tengah menertawakan sahabatnya.

"HAHAHAHA, aduh perut gue kram." ucap Brivan sambil memegang perutnya yang terasa sakit akibat tertawa tak henti-henti.

"Haha, cowo gila ga tuh." ejek Galih.

"Emang boleh segila itu?" lanjut Brivan.

"Bisa diem gak lo pada, gue gibek baru tau rasa." kesal Alvaro.

"Iya, iya ampun bos." Cakra hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah absurd sahabatnya. "Lo kenal sama dia?" tanya Cakra.

"Iya bos, lo kenal dari mana sama tuh cewe?" tanya Brivan.

Alvaro hanya mengedikkan bahu dan pergi begitu saja tanpa menghiraukan pertanyaan dari sahabatnya.

"Lah, ditanyain malah pergi gitu aja. Dasar anak mama."gumam Galih dan pergi menyusul tiga sahabatnya yang sudah lebih dulu pergi meninggalkannya.

••••••••

Suara kegaduhan terdengar disepenjuru kelas 12 IPA 2 dikarenakan guru Fisika berhalangan hadir. Dan siswa-siswi di kelas ini pun bebas melakukan apa saja asal tidak keluar kelas dan mengganggu kelas lain.

Ada yang mabar ML, bermain catur, bergosip, scroll scroll tiktok, bercerita, belajar, ngerjain tugas, tidur, dan masih banyak lagi hal-hal yang dilakukan.

"Lea, tadi kok lo gak ke kantin sih? tadi katanya mau nyusul?" tanya Daisy.

"Iya, lo dari mana aja sih kita tungguin juga gak muncul-muncul. Mau kita samperin tapi udah bel masuk, ya udah kita ke kelas aja deh sambil nungguin lo." jelas Vania.

"Iya sorry, tadi tuh gue ketemu sama..." jedanya.

"Sama siapa?" tanya mereka serempak.

"Eh, emm, kalian tau gak sama anak pemilik sekolah ini?" setelah berfikir ada baiknya ia menanyakan hal ini ke sahabatnya, siapa tau mereka tahu kan?

"Oh, Alvaro maksud lo? Iya dia anak pemilik sekolah ini. Kenapa emangnya?" tanya Vania.

"Oh namanya Alvaro." Lea mengangguk mengerti, "Gak papa sih cuma penasaran aja sama tuh orang. Emang mukanya kaya gimana sih?" tanya Lea penasaran.

"Bentar, kayanya gue punya fotonya deh." jawab Vania sambil mencari foto Alvaro di hp nya.

"Nah ini dia." Setelah ketemu, Vania menunjukkannya pada Lea. Dan seketika matanya melotot kaget dan mulutnya ternganga lebar.

"D-dia?" tanyanya untuk memastikan benar atau tidak, dan setelah melihat Vania menganggukkan kepalanya dia baru sadar kalau, si Alvaro ini cowo yang tadi pagi + kemarin malam.

Sebenarnya tadi pagi ia tidak percaya dengan apa yang dikatakan cowo itu kalau dirinya anak pemilik sekolah ini. Dan setelah mendengar penjelasan dan melihat foto yang ditunjukkan oleh Vania-sahabatnya, kini dia sudah bisa percaya.

"Kenapa kamu kok kaget gitu?" tanya Aqilla.

Lea mengerjapkan matanya, "H-hah? E-engga kok gue gak papa." jawabnya gugup.

Daisy memicingkan matanya menatap Lea, "Lo gak lagi nyembunyiin sesuatu kan sama kita?" tanyanya penuh selidik.

"Engga kok, gak nyembunyiin apa-apa. Cuman... gue emang pernah ketemu sama cowo ini dua kali, kemarin malam sama tadi pagi pas mau ke perpus." jawabnya jujur.

Dan seketika mereka yang mendengar itu menganga tak percaya.

"Anjrit, dunia sempit bener." gumam Vania.

••••••••

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 21 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ALEANAWhere stories live. Discover now