35 [Kids]

40 0 0
                                    

Penolakan dari bu mona tak lantas membuat dimas berkecil hati atau berpikir ulang akan hubungan yang ia jalin dengan maira.

Keinginan dimas jelas, dimas ingin menua bersama maira, dan dimas belum ingin menyerah akan apa yang ia inginkan.

Meski bagi dimas alasan bu mona tidak bisa dimas terima sepenuhnya, tapi dimas berusaha memahami, bahwa bu mona benar, maira memang masih terlalu muda untuk manjalani rumah tangga.

Menunggu adalah kata yang tepat dari semua harapan yang dimas inginkan.
Dimas perlu menambah kesabaran yang dirinya miliki untuk menunggu maira selesai kuliah, yaitu dua tahun lagi.

Harapan dimas saat ini hanya satu, maira menghargai kesabarannya dan bersedia tinggal di solo dengan dimas begitu maira selesai wisuda.
Harapan lekat yang ada di benak dimas, menemani dimas menjalani sisa hari-harinya di jogja.

Kurang dari satu minggu lagi dimas akan wisuda dan memulai menata masa depannya di solo.

Maira yang hampir mengakhiri libur semesternya, juga selalu rekat disisi dimas, dan kini dia duduk di pojok kamar dimas setelah menurunkan tumpukan kertas-kertas dari atas lemari dimas.

Maira membuka kembali semua portofolio dengan sampul debu milik dimas secara perlahan.

Mata bulat lebar yang maira miliki semakin melebar mengikuti tangan mungilnya membolak balik tumpukan kertas di depannya.
Tatapan kagum juga maira lukis dengan jelas di wajahnya.

"Sayang keren banget kamu bisa gambar sebagus ini", tutur maira.

"Gambar kamu kayak lukisan sayang, bangga banget aku jadi pacar kamu", tutur maira lagi sambil menatap dimas.

Dimas yang sedang memasukkan buku-bukunya ke dalam kardus, hanya sanggup tersenyum dengan wajah yang mulai merona.

"Suatu saat nanti, kamu pasti akan jadi arsitek yang hebat, sayangnya yang bisa milikin kamu cuma aku", ujar maira sambil tersenyum.

"Makasih", jawab dimas dengan rona tersipu.

Mulut manis maira terus menerus merangkai kalimat yang memaksa dimas untuk berpindah duduk disisi maira.

Waktu masih menunjukkan pukul sepuluh pagi, dan mereka baru saja mulai mengemas setiap barang yang akan dimas bawa bersamanya ke solo.

Hanya saja, sebagai dua insan manusia dengan gairah panas masa muda, membuat kegiatan packing mereka terhenti sejenak.

Keduanya masih ada di tempat yang sama, di pojok kamar dimas.

Mulut manis maira yang terus menerus membuat dimas tersipu, kini membawa maira yang sudah sepenuhnya tak tertutupi, ke atas pangkuan dimas.

Gejolak muda yang penuh ambisi, mulai memenuhi kamar dimas sekali lagi dengan setiap rintihan rasa puas yang keduanya alunkan.

"Besok ikut nginep di villa ya", pinta dimas begitu ia selesai dengan keserakahannya.

"Iya", jawab maira.

"Mami dateng jam berapa memang besok", tanya maira.

"Malem paling, nanti aku jemput kamu kalau mami udah sampai", jawab dimas.

Membereskan barang-barang milik dirinya, tak lagi menjadi prioritas dimas.
Tumpukkan kardus kosong di kamar dimas, akhirnya hanya bisa memandangi dimas yang sudah merayap kembali ke atas tubuh maira, dengan bibir terkunci di mulut maira.

Satu tahun masa pacarannya dengan maira, hampir setengahnya selalu dimas isi dengan setiap kepuasan yang tak pernah mencapai batas.

Mereka juga menjalani masa pacaran secara biasa, seperti pasangan pada umumnya.
Menonton, kuliner, juga mengelilingi sudut jogja, tapi dengan bumbu candu penyatuan, membuat kebersamaan mereka menjadi semakin berarti.

After SunsetWhere stories live. Discover now