4 | The Lightning Controller

15 1 0
                                    

"Miyazuki! Aika!" Seorang guru tergopoh-gopoh berlari ke arah mereka dengan meneriakkan nama-namanya.

"Pak ... Tolong saya pak ..." Miyazuki terlanjur menggunakan kekuatannya. Membuat setruman tak ada henti. Kini emosinya lah yang telah mengendalikan anak itu.

"Miyazuki! Hentikan nak!" Gadis itu menggeleng. Ia bukanlah dirinya.

Dengan terpaksa, Sosok guru yang dikenal sebagai pak Iwan itu berusaha melepaskan cengkeraman Aika dari tangan Miyazuki. Berhasil, tetapi Aika pingsan.

"Miyazuki, dengarkan bapak!" Sekali lagi, ia tidak menggubris seruan itu, "kalau mau melepas kekuatan halilintar kamu itu, bapak tahu dimana tempat yang cocok!"

Miyazuki menatap lekat mata sang guru. Wajah dinginnya menandakan kalau ia setuju. Pak Iwan meminta anak itu untuk ke lapangan. Ya tentunya dengan kecepatan kilatnya. Aika diamankan dulu di kelas 9C yang untungnya masih terbuka. Memang, anak-anak 9C sengaja tidak menutup pintu mereka karena takut kejadian lagi.

Kejadian mereka semua harus belajar di luar dikarenakan kunci gembok kelas yang hilang.

Pak Iwan segera mempersiapkan diri untuk kemungkinan terburuknya. Tapi, disini karena posisinya adalah seorang pahlawan juga, aliasnya ia sama seperti Miyazuki, jadi tidak terlalu dipermasalahkan. Masalah ia tersambar petir berkali-kali, ya sudahlah. (Ya, pak Iwan ini pahlawan dulunya. Mohon baca lagi MAA season 1 chapter: The Awesome).

"Nak, tidak ku sangka kau mengeluarkannya disaat-saat begini. Penerus halilintar dari bangsa Omarcha memang tidak bisa diragukan." Iwan mengeluarkan sebuah tongkat bercahaya dari tangannya. Kekuatannya yaitu berupa manipulasi senjata.

Untungnya, tidak ada satupun orang lagi selain mereka berdua. Aika tidak dihitung karena telah keluar dari lane.

"Miyazuki, sekarang bapak siap. Kamu boleh puas menggunakan kuasa halilintar buat nyerang bapak." Iwan memasang kuda-kuda untuk menangkis berbagai serangan mendadak dari Miyazuki.

Gadis berkerudung biru itu melancarkan aksinya. Gerakan zig-zagnya hampir tidak bisa diprediksi oleh pak Iwan. Namun guru itu menemukan celah yang pas. Iwan berbalik. Benar, Miyazuki ada di belakangnya dengan kecepatan kilat dan gadis itu benar-benar ingin menghujamnya.

"Cepat juga." pak Iwan berhasil mundur beberapa langkah dan menangkis beberapa serangan Miyazuki. Dengan sedikit bergaya, ia memutar-mutar tongkatnya dan menghadapkan ujung benda itu ke arah Miyazuki.

"Tapi belum itu yang bapak mau. Bapak tahu kau menahannya, Miyazuki." Miyazuki menggeram. Langit tiba-tiba menghitam. Bunyi guruh mulai terdengar. Angin berhembus dengan kuatnya. dirinya mulai diselimuti oleh kilat-kilat merah.

"Itu kan yang bapak mau?" Iwan mengangguk senang.

"Bagus nak, sekarang, kita mulai sesi seriusnya."

***

Dari dalam rumah, Ahmat merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Hatinya tiba-tiba gundah gulana. Padahal pagi tadi biasa saja.

"Ada apalagi ini," Dari arah meja, terdengar bunyi telfon rumah. Ahmat segera mengangkat dan menjawab telfon itu. Raut ekspresi khawatir terpampang di wajah Ahmat.

"Mat, sebaiknya kau ke sekolah Miyazuki. Anak itu mulai lagi."

"Pak Rohman? Bapak kenapa tiba-tiba bisa ada di sekolah?" Ahmat bertanya-tanya. Mengapa guru silat Miyazuki ada di sekolah anaknya. Dan apa yang dilakukan oleh anak itu sekarang?

"Itu tidak penting, Ahmat. Aku tidak bisa menahan kekuatan halilintarnya lebih lama." Jelas sudah. Ahmat benar-benar pusing. Ia memijat keningnya yang dipenuhi oleh berbagai pertanyaan.

The Freaks Of Unbreakble Season 0 (Semester 1 & 2) [BOEL Tahap 2 + BOFU]Where stories live. Discover now