Chapter 12

348 45 5
                                    

Mata itu terbuka perlahan dan mulai menyesuaikan penglihatannya. Tangan mungil itu terangkat mengelus tenggorakannya yang sakit.

"Masih sakit tenggorokannya? " Tanya bunda Citra sembari mengelus surai Rendis. Rendis hanya menganggukk saja masih mengumpulkan nyawanya. Matanya meliar mengamati, seolah mengabsen siapa saja yang ada di ruangannya. Dua sosok pria duduk bersandingan dengan kegiatan yang sama tengah fokus pada handphone.

"Bundaa... " Panggil Rendis serak, membuat Jerome dan Marcel sedikit mengalihkan atensi mereka pada Rendis.

"Kenapa hmm?"

"Tadi ayah marah." Keluh Rendis dengan mata yang sayu. Citra tersenyum lembut.

"Ayah tidak marah sayang, ayah sedang ada kerjaan." Jelas Citra, sedangkan Rendis hanya menghela nafas lesu.

"Bunda tinggal sebentar ya mau ke ruangan dokter buat pemeriksaan selanjutnya besok." Ucap bunda Citra lalu mengecup kening Rendis dan berlalu ke ruangan dokter Fadli untuk serangkaian tes pemeriksaan besok.

Tersisa Jerome dan Marcel yang hanya diam membisu. Rendis diam-diam menatap kedua saudaranya itu dengan bibir yang mengerucut.

"Jer beli kopi" Ucap Marcel pada Jerome singkat, Jerome yang mengerti langsung beranjak memenuhi perintah kakaknya.

"Aku mauuuu jugaaaa... Titip? "Cicit Rendis. Jerome menatap Rendis dengan kerutan didahi. Anak ini mau kopi juga?

" Aku mau roti cokelat boleh?" Tanya Rendis, Jerome melihat Marcel meminta persetujuan sedangkan Marcel menghela nafas. Anak itu belum boleh makan makanan kasar.

"Tidak." Dingin Marcel. Jerome hanya mengendikkan baju lalu melangkah keluar. Rendis menggembungkan pipinya menahan amarah. Ia menatap sengit Marcel yang menatapnya datar.

Tak lama Marcel berdiri dari kursi, membuat dua pasang mata itu berpandangan.

"Oma?" Heran Marcel, bagaimana bisa omanya ini berada disini. Oma Alexa adalah ibu dari Citra. Sebenarnya tidak ada masalah, namun omanya ini tidak menyukai Rendis. Kondisi anak itu sedang sakit, Marcel takut jika terjadi hal yang tidak - tidak. Apalagi oma datang bersama menantu atau istri dari kakak ayahnya. Tante Anis yang juga tidak menyukai Rendis. Memang keluarga dari bundanya tidak menyukai Rendis. Padahal jika memang ada yang hasus disalahkan, bukan Rendis tapi ayahnya. Rendis hanya korban disini.

"Mana bunda dan ayahmu?"

"Bunda sedang ke ruangan dokter, ayah sedang ada kerjaan." Jawab Marcel singkat. Matanya melirik Rendis yang menatap mereka kebingungan.

"Oma, tante duduk dulu." Marcel menggiring mereka untuk duduk dulu sembari menunggu bundanya. Saat tangan Marcel mencoba mengetik pesan pada bundanya. Suara omanya menghentikan jarinya. Marcel termenung bingung harus merespon bagaimana.

"Kalian ini sebenarnya kenapa? Kalian itu bodoh atau sudah gila? Merawat anak dari selingkuhan ayahmu! " Ucap Oma membuat Rendis mengerutkan keningnya bingung. Siapa anak selingkuhan ayahnya? Pikir Rendis bingung.

"Marcel kau menerima anak dari jalang itu? Ingat Marcel dia itu adalah benih dari seorang pelacur yang telah merusak keluarga mu dulu. Apakah kau tak ingat? Bundamu dulu sampai sempat depresi setelah mengetahui ayahmu berselingkuh dan melahirkan seorang anak haram itu, dan ingat Jerome adikmu juga pernah sampai dibully karena ayahnya tak pulang selama 3 bulan. Kau masih menerimanya ha?" Ungkit tante Anis. Oma menatap Rendis tajam.

Marcel tak bergeming mulutnya seolah kelu untuk mengeluarkan satu katapun. Otaknya memutar beberapa kejadian pahit dulu. Tidak semua perkataan oma benar dan tidak semuanya juga salah. Namun entah mengapa untuk meluruskan fakta saja, Marcel tak bisa. Ia hanya diam seperti orang bodoh saat ini.

Suara Hati RendisWo Geschichten leben. Entdecke jetzt