05: Nasehat

34 23 91
                                    

Mengingat masa lalu di kala hujan memanglah seru, apalagi mengingat kejadian kejadian lucu, itulah yang sedang di lakukan Gendhis bersama ibu, bapak, dan mbak Sarah, mereka berempat berbincang bincang membahas kenangan indah mereka.

"Kamu tahu ndhis, dulu kamu pernah di bonceng sama mbak Sarah pakai sepeda ke sawah pulang pulang kamu nangis terus badanmu kotor penuh lumpur," ucap bapak

"Iya, waktu pulang kamu nangis sedangkan Sarah dia malah ngomong kalau kamu habis masuk sawah tanpa rasa bersalah," sambung ibu

"Ya mau gimana lagi, di situ aja pikiran ku ke sepeda ku yang rantai nya putus," ungkap Sarah

"Nenek, kemarin Hima ke pantai sama bapak sama ibu, terus Hima main air seru banget," ucap Hima kepada ibunya Gendhis

"Iya kah, kemarin main apa aja selain main air?," tanya ibu Gendhis

"Main pasir terus Hima ketemu kerang kerang kecil," ucap Hima sambil memberi peragaan menggunakan jari telunjuk dan jempolnya

"Wah, terus nenek gak di bawain oleh-oleh?," tanya ibu Gendhis

"Nggak, oleh olehnya udah habis Hima makan," tutur Hima

"Iya waktu di pantai aja bilang, 'bu, Hima pingin beli oleh oleh buat nenek kakek, uti sama akung', tapi akhirnya juga oleh-oleh nya di makan sendiri," ungkap Sarah

"Hahaha, kamu lucu banget sih Hima," tawa Gendhis dan ia mencubit pipi Hima

"Ihhh, ante jangan cubit cubit Hima, sakit," rengek Hima

"Salah siapa kamu kok lucu banget," ucap Gendhis

"Mbak, ini Hima biar nginep sini aja ya, beberapa hari gitu, biar mbak bisa berduaan sama mas Bintara," saran Gendhis

"Kamu yakin ndhis, soalnya Hima ini anak nya susah-susah gampang, jadi butuh kesabaran," ucap Sarah

"Iya mbak Gendhis yakin, seratus persen, udah Hima biar nginep di sini dulu aja," jawab Gendhis

"Hima kamu di sini aja ya, sama Nenek sama Kakek sama Tante Gendhis juga," ucap Sarah

"Iya, Hima mau di sini sama Kakek sama Nenek tapi gak mau sama ante Gendhis, nanti Hima di cubit terus," jawab Hima

"Gak Tante janji gak cubit kamu," ucap Gendhis

"Ndhis, ayo bicara berdua sama mbak di teras, sudah lama kita gak bicara bareng," ajak Sarah

"Ayo mbak," jawab Gendhis

Sarah dan Gendhis pun pergi menuju teras rumah mereka duduk di kursi dan berbincang bincang bersama, suasana dingin hujan menambah kesan nikmat dan nyaman.

"Mbak kalau kayak gini jadi keinget, dulu waktu aku sama mas Jefano habis jalan-jalan bareng itu waktu pulang hujan, akhirnya ya kita hujan-hujanan di jalan sambil pacaran, sekarang...," ucap Gendhis

"Ndhis, mbak tahu kamu sampai sekarang masih belum bisa melupakan Jefano, tapi mbok ya di coba dulu, paling gak kamu dekat sama cowo mana gitu supaya bisa ngelupain Jefano," saran Sarah

"Mbak aku gak mau jadiin cowo jadi bahan pelampiasan ku supaya bisa lupa sama mas Jefano, aku gak mau aja gitu mbak," sahut Gendhis

"Lalu sampai kapan kamu seperti ini ndhis, bergelut dengan masa lalu yang sudah jelas tidak ada, berharap dengan seseorang yang sudah jelas tidak bisa di harap, terus berfikir bahwa dia akan kembali kepada mu padahal sudah jelas dia sudah kembali pada pencipta Nya," ucap Sarah

"Sampai aku bisa mendapatkan apa yang ku inginkan," jawab Gendhis

"Apa yang kamu inginkan ndhis?," tanya Sarah

"Pergi ke makam mas Jefano dan menceritakan segala yang terjadi setelah ia tiada," jawab Gendhis

"Ndhis lima tahun sudah berlalu, semua orang sudah melupakan kejadian pahit yang mereka rasakan lima tahun yang lalu, sedangkan kamu masih belum melupakan orang yang ada di tahun itu,"

"Satu tahun di tahun 1980 bukan tahun yang bisa ku lupakan, aku menemukan cinta ku pada diri seseorang, seseorang yang bisa membuat ku percaya diri, bisa mengerti ego ku, dan dia mengerti pada ku," ucap Gendhis

"Apakah sampai sekarang belum ada lelaki yang bisa menggantikan posisi Jefano di hatimu?," tanya Sarah sambil melihat pemandangan hujan

"Mas Jefano tetap berada di hatiku tidak ada siapapun yang bisa merubahnya,"

"Seorang pun?," tanya Sarah

"Seorang pun,"

"Mbak gak percaya, karena di umur mu ini masih bisa berubah-ubah,"

"Mbak aku sudah 25 tahun, apakah di usia seperti ini aku masih di katakan labil?,"

"Bukan karena usia lebih tepatnya ego dan sifat mu yang keras kepala," ucap Sarah ia beranjak dari tempat duduknya dan berjalan dan menadahkan tangannya kearah air jatuh

"Ndhis menurut mu di bulan apa tanggal berapa kenangan mu dan Jefano yang paling membekas?," tanya Sarah

"Tanggal 10, bulan 3, tahun 1980,"

"Turunkan ego mu, jangan cari Jefano di orang lain, jika kamu suka pada laki-laki lain, jangan pernah kamu mirip kan dia dengan masa lalu mu!," saran Sarah dan dia pergi masuk kedalam rumah meninggalkan Gendhis yang masih duduk di kursi teras

"Apakah sudah waktunya untuk aku melupakan mas Jefano?," batin Gendhis sambil membuka dompetnya dan melihat foto Jefano yang ada di dompetnya

"Orang orang di sekitar ku sudah ingin aku melupakan mas Jefano,"

"Tapi mereka tidak tahu apa yang sebenarnya mengganjal di hatiku,"

"Mereka hanya bisa menyuruhku untuk melupakan tanpa melihat apa yang sebenarnya kurasakan, bahkan mereka tidak tahu apa yang ada di dalam hatiku,"

"Mas, bahkan aku sekarang menemukan seseorang yang mirip dengan mu, padahal mbak Sarah bilang jangan pernah memiripkan kamu dengan pria lain, itu akan berbeda, tapi menurutku dia mirip dengan mu mas, bahkan dari segi sifatnya mirip dengan mu, apakah aku harus melupakan mu dan mencari pengganti mu?,"

"Mungkin sudah waktunya mas, aku melupakan mu," batin Gendhis sambil melihat foto Jefano yang berada di dompetnya

***

Maaf ya semuanya kalau di bab ini kurang soalnya author lagi pusing soal sekolah hehehe




Cinta GendhisWhere stories live. Discover now