Chapter 1

3 1 0
                                    


Matahari terbenam menampakan cahaya cantiknya, mengapa senja sebelum pergi harus secantik ini? Pikir Deyana yang duduk sendiri di tengah pasir pantai sambil melihat cantiknya senja di Bali. Ponsel yang bersandar ditasnya, sedang merekam siluet Deyana yang tengah menikmati senja itu. Rasanya tidak afdol jika tidak memiliki rekaman dirinya yang tengah menikmati senja.

Deyana tenggelam di dalam pikirannya, telinganya dipenuhi oleh bisik suara ombak, dan matanya dimanjakan oleh sinar orange yang manis.

"Segalau itukah, Dey?" tanya Orin, sahabat satu-satunya Deyana yang kini duduk di sebelah kanan Deyana dan membawa jagung bakar ditangannya.

Deyana terkekeh kecil, dia tidak merasa galau sama sekali. Selama hidupnya 17 tahun ini, Deyana belum pernah berpacaran dan ia masih belum mengerti tentang apa itu 'galau'. Karena setahunya, galau adalah sebuah kata yang dipakai untuk orang yang sedang bimbang dengan kisah cintanya.

"Gue bukan galau, Rin. Rasanya enak aja liat senja secantik ini di depan gue. Liat, tenang bangetkan?" Deyana memegang wajah Orin, dan menyuruh wanita jangkung dan cantik itu, untuk memperhatikan senja, bukan memperhatikan dirinya.

Kepala yang masih berada digenggaman tangan Deyana pun mengangguk, tanda jika Orin menyetujui hal itu. Tangan Deyana pun terlepas dari wajah Orin. "Bener sih, cantik banget," ucapnya sambil mengunyah gigitan jagung bakarnya.

"Lo gak mau foto-foto?" tanya Orin kepada Deyana.

"Udah banyak foto-foto kita kemarin, mending kita nikmati senjanya aja hari ini, sebelum besok pagi kita pulang."

"Huft ... rasanya gue pengen tinggal di sini aja deh, kenapa study tournya cuma lima hari sih? Padahal sebulan seru."

Deyana terkekeh dengan ucapan ngawur temannya. "Lo pindah aja ke sini kalau gitu."

Benar sekali, saat ini SMA Harapan 2 tengah melangsungkan study tour di pulau Bali, dan tepatnya hari ini, adalah hari terakhir mereka berada di Bali, sebelum esok hari mereka akan pulang ke Jakarta.

"Bu Ista nyuruh kita buat kumpul di kamar jam tujuh malam. Tadi, ada yang ketahuan pergi ke club dan beli minuman keras." Orin mulai bergosip tentang informasi yang baru saja ia terima diponselnya.

"Siapa?" tanya Deyana yang tidak terlalu tertarik dengan percakapan itu.

"Kumpulan pemain basket itu kayanya."

"Hem, muka-muka pemberontak gak akan aneh."

Mereka melanjutkan percakapan tersebut sampai jam menunjukan pukul setengah 7 malam. Mereka harus berjalan 15 menit menuju vila penginapan mereka yang ada di ujung jalan utama tempat mereka berada. Dengan menenteng sandal mereka maisng-masing, Deyana dan Orin berjalan pulang menuju vila, karena waktu bebas mereka sudah selesai.

"Dey, nanti lo masuk vila duluan ya, gue mau ke vila sebelah tempatnya Reno. Dia bilang gak punya uang cash," ucap Orin yang diangguki Deyana.

SMA Harapan 2 bersama dengan 250 rombongan dari kelas 10-12 mengadakan study tour, dan vila yang mereka tempati dari setiap kelas berbeda-beda, namun saling berdekatan. Deyana dan Orin yang berada di kelas 11 menjadikan vila mereka berada tepat di tengah-tengah dari vila kelas 10 dan 12.

"Lo jangan diem aja kalau gak ada gue. Pegang terus hp lo, siapa tau gue nelpon lo. Gue ke Reno sebentar aja kok."

"Iya Orin bawel ... lo pikir gue anak kecil? Gue juga paham kali."

"Oke kalau gitu, sana pergi ke kamar duluan. Reno berisik banget chat gue dari tadi, bye ..." Orin berlari meninggalkan Deyana sendiri di depan vila kelas 11 yang cukup sepi.

ANDREPATIحيث تعيش القصص. اكتشف الآن