🧩GAME IN PROGRESS🎮 : 17

628 38 0
                                    

Friday.

-

Semuanya terjadi begitu cepat. Lauren meninggal dunia, gadis itu terbukti keracunan sianida dan nyawanya tidak dapat diselamatkan setelah dibawa menuju rumah sakit.

Vanessa menangis histeris di depan pintu igd, dia tidak menyangka dan sulit mempercayai apa yang dirinya dengar dari sang dokter.

Kenapa bisa begini? Padahal Lauren baik-baik saja tadi.

Gadis itu meronta-ronta dalam pelukan Nando, terus memanggil nama Lauren dengan air mata yang tidak berhenti jatuh.

"Kenapa ... kenapa kayak gini ... gak mungkin Lauren meninggal ..."

Lama kelamaan tangisannya semakin keras, Vanessa memberontak ingin masuk ke dalam ruang igd namun, Nando mengencangkan pelukannya agar Vanessa diam.

"Awas! Gue mau ketemu Lauren!" sentak Vanessa.

Berulang kali Nando mengelus kepala hingga punggung Vanessa dengan lembut untuk menyalurkan ketenangan. "Tenang, Vaness. Tenang."

Dengan susah payah Vanessa mencoba melepaskan diri dari Nando, tapi tenaganya telah terkuras habis sejak tadi pagi hingga membuatnya tiba-tiba jatuh merosot ke bawah. Tubuhnya benar-benar lemas.

"Gimana gue bisa tenang, Nan! Gimana?! Lauren masih hidup! Gue yakin! Dokternya pasti bohong!"

"Lauren gak meninggal ... L-Lauren ... dia masih hidup, kan? Iya kan, Nando? Temen gue masih hidup, kan?" Vanessa menarik-narik seragam Pramuka yang dipakai Nando, dia memukul dada laki-laki itu dan mencengkram bahunya. "Jawab gue, Nan! Lauren masih hidup, kan?"

Nando memejamkan matanya sejenak, dia juga ikut merasa sedih apalagi melihat Vanessa yang begitu terpuruk karena kehilangan teman baiknya.

Laki-laki itu menarik napas panjang, ia mengusap wajah Vanessa yang penuh dengan jejak air mata. "Gue tau, ini berat banget buat lo, tapi mau gimanapun kita harus terima kenyataannya. Yang sabar, ya? Relain kepergian Lauren, kirim doa buat dia supaya dia bisa pergi dengan tenang."

Vanessa menyandarkan tubuhnya pada tembok di belakangnya, dia menunduk dengan kepala yang terasa pusing.

Dia lelah karena banyak menangis, bahkan untuk berbicara saja Vanessa sudah tidak sanggup lagi.

Nando menutupi paha Vanessa yang terlihat saat rok pramukanya tersingkap dengan jaket miliknya, setelahnya ia menggenggam erat tangan Vanessa. "Lo masih punya gue, lo gak sendiri, Vaness. Gue di sini buat lo."

Si ketua kelas menjelaskan yang terjadi dari apa yang dia lihat di tempat duduknya yang berada di samping mereka berdua, ia mengatakan bahwa Lauren dan Vanessa memakan camilan lalu saat Lauren mengelap mulutnya dengan tisu, tiba-tiba gadis itu langsung terjatuh dari kursinya dan mulutnya berbusa.

Jika memang racun tersebut berasal dari jajan yang dibeli oleh Vanessa, maka seharusnya gadis itu mengalami hal yang serupa dengan Lauren karena mereka berdua saling mencoba makanan yang ada ditangan mereka masing-masing.

Dugaan sang wali kelas racun tersebut ada pada tisu yang digunakan oleh Lauren, karena itu barang terakhir yang disentuhnya. Segera wali kelas menghubungi kepala sekolah dan orang tua Lauren, beliau juga meminta anak-anak kelasnya untuk menahan Juwita agar tidak pergi kemanapun sampai pihak berwajib datang.

Kenapa Juwita? Karena dirinya yang memberikan tisu miliknya tersebut pada Lauren.

Hari mulai malam dan Vanessa pulang setelah jenazah Lauren dijemput kedua orangtuanya yang di bawa mobil jenazah menuju rumah kediamannya.

Rencananya, pemakaman Lauren akan dilaksanakan sabtu esok hari, kepala sekolah menyarankan untuk seluruh siswa dan siswi hadir di sana.

Vanessa menatap kepergian mobil jenazah itu dengan air mata yang masih mengalir, dia menahan tangisannya sekuat mungkin agar tidak kembali pecah.

Melihat anak didiknya yang begitu terpukul atas kematian temannya, sang wali kelas mengusap perlahan bahu kecil Vanessa.

"Yang sabar, ya? Bapak juga gak nyangka kejadian ini terjadi sama Lauren."

Vanessa tidak habis pikir, apa maksud Juwita meracuni Lauren. Bisa-bisa gadis itu menaruh barang berbahaya di tisu yang dipakai Lauren.

Apakah Juwita memiliki dendam pada Lauren? Sehingga gadis itu tahu kebiasaan Lauren yang sering meminta tisu padanya dan memanfaatkan kesempatan itu untuk menghilangkan nyawanya.

Menurut kabar dari teman-teman sekelasnya yang lain, Juwita memberontak saat akan di bawa menuju kantor polisi. Di dalam tasnya pun ditemukan ada botol kecil yang diyakini itu sianida, katanya sisa bubuk sianida dari botol tersebut tumpah di dalam tas karena tutupnya yang terbuka.

Sebuah mobil sedan datang dan berhenti di halaman rumah sakit, sesosok pria keluar dari sana dengan raut wajah khawatir.

Vanessa mendongak melihat siapa yang datang menghampirinya. "Papa..."

Sang ayah langsung menarik tubuh putrinya untuk masuk dalam dekapannya dan mengelus punggung Vanessa yang bergetar.

Melihat kondisi anaknya yang tidak baik-baik saja, sang ayah pamit kepada wali kelas, Nando dan ketua kelas. Ia membawa Vanessa masuk ke dalam mobil.

Sang ayah hanya diam karena ia sudah mengetahui semuanya dari kepala sekolah, sebelum menjemput Vanessa ke rumah sakit ayah lebih dahulu pergi ke sekolah. Barulah ayah ke rumah sakit setelah membawa tas Vanessa yang ditinggalkan di kelas.

Karena kelelahan terlalu banyak menangis, Vanessa pun tertidur pulas selama perjalanan.

-

GAME OVER : Who's The Winner?[✓]Where stories live. Discover now