🧩GAME IN PROGRESS🎮 : 14

663 43 3
                                    

Thursday.

-

Sebenarnya Nando itu serius atau tidak sih? Dia seniat itu mengantarkan Vanessa pulang padahal rumahnya sendiri dengan gadis itu berlawanan arah dan sangat jauh, apa Nando kembali menaruh hati kepada Vanessa setelah dirinya sendiri dipermalukan oleh gadis itu waktu lalu?

Itulah yang ada dibenak Eric setelah membuntuti Nando sejak keluar dari gerbang sekolah tadi.

Eric sengaja melakukan itu sebab dia merasa khawatir jika temannya yang satu itu hanya dimanfaatkan oleh Vanessa.

Vanessa itu agak gila, sama seperti Samuel, penyebab mereka putus juga Eric tahu, kok. Makanya Eric ingin menjauhkan perempuan itu dari Nando.

Eric mengendarai motornya dengan kecepatan sedang, ia langsung bergegas pergi saat Nando tengah membicarakan sesuatu dengan Vanessa di depan rumah gadis itu. Ia tidak tahu apa yang dibicarakannya itu jadi, nanti malam ia akan ke rumah Nando dan bertanya.

Jalan menuju rumah Eric dan Nando searah jadi, selepas pergi dari rumah Vanessa ia harus melewati sekolahnya.

Tentu sekolah sudah sepi, pintu gerbang pun sudah ditutup, tapi kedua matanya melihat seseorang yang dia kenal sedang duduk di pangkalan ojek sebrang sekolah.

Cardigan biru muda, bando putih dan kaos kaki selutut. Bukankah itu Melody? Untuk apa dia masih di sini?

Eric melirik pada jam tangan di tangan kirinya, hampir pukul setengah delapan malam. Apa gadis itu tidak ada yang menjemput?

Laki-laki itu membawa motornya ke pinggir jalan, ia diam sebentar menunggu tidak ada kendaraan yang melaju didua jalur jalan. Baru lah Eric menghampiri Melody setelah ada celah untuk melintas.

Begitu sampai Eric langsung memberhentikan motornya tepat di depan Melody, gadis itu tengah menopang kedua tangannya pada bangku kayu yang diduduki dan kepala yang tertunduk lesu.

Melody memang menyadari ada seseorang di depannya, tetapi dia tidak ingin tahu siapa orang itu.

Yang dia mau hanya pulang ke rumah, Melody lelah menangis sejak tadi sore.

"Ngapain masih di sini?"

Merasa kenal dengan suaranya, Melody langsung mendongak. Itu Eric, masih duduk diatas motor dengan tangan terlipat di dada.

Eric menatap wajah Melody yang bisa dia lihat dengan jelas. Ada bintik-bintik merah di sekitar wajahnya, di kedua pipinya juga ada bekas air mata yang mengering sepertinya gadis itu menangis karena kedua matanya juga memerah.

Definisi berangkat sekolah seperti putri dan pulang sekolah seperti gembel. Itulah kalimat yang cocok dikatakan untuk Melody, soalnya dia tidak terlihat serapi tadi pagi.

Masih kesal dengan pacarnya ini yang tega meninggalkannya sendiri, Melody berkata ketus. "Nunggu dijemput."

"Terus, kenapa masih gak dijemput?" tanya Eric, tatapan matanya turun pada kedua telapak tangan Melody yang memerah dan sedikit membengkak, gadis itu menggaruknya dengan kasar.

Alergi dinginnya kumat lagi.

"Gak tau."

Eric menghela napas panjang, agak susah untuk tidak peduli dengan gadis ini. Ada saja hal yang membuatnya mencemaskan dia, "cepet naik, gue anter balik."

Biasanya Melody akan mengangguk cepat dan segera naik ke atas motor, tapi sekarang tidak, jusrtu dia menolaknya.

"Gak mau, tadi kan nyuruh aku buat pulang sendiri," rajuk Melody, setelahnya dia bersin.

GAME OVER : Who's The Winner?[✓]Where stories live. Discover now