"Kamu selalu mengecewakan saya! dan sekarang kamu ingin membunuh anak kamu sendiri? anak yang hadir dari hubungan yang sah! harapan pesantren kita-"

"AKU BELUM SIAP JADI IBU GUS! AKU BENCI KAMU!"

Gus Fatih tersenyum miring " dengar ini... jika kamu membenci saya maka saya jauh lebih membenci kamu, sosok paham agama yang sangat diidolakan masyarakat diluar sana ingin membunuh anak nya sendiri?"

Deg.

"G-gus" gus Fatih menatap datar istri nya yang kini nafas nya tersenggal-senggal sebelum sorot mata penuh ketakutan itu tertutup dan tubuh ning Amira jatuh pingsan, hampir saja mengenai beling jika gus Fatih tidak menangkap tubuh istri nya lebih dulu.

Pria itu mengangkat tubuh istrinya ke kasur dan ia baringkan, di buang nya pil penggugur kandungan itu ke tempat sampah dan di bersihkannya kekacauan yang di buat nya, jari nya tergores oleh beling hingga air mata mengalir ke pipi nya.

Bukan jari nya yang sakit melainkan hati nya yang hancur saat mengingat sorot mata penuh ketakutan milik istri nya, pria itu terisak sambil memukuli kepala nya sendiri "ini sulit, saya tidak mampu" isak nya.

Laki-laki segengsi dan sekasar gus Fatih pun menangis memikirkan semua masalah yang di perbuat nya dan tidak tahu cara memperbaiki nya, ia menatap langit-langit kamar nya dengan mata yang memerah penuh kesedihan "abah... saya gagal menjaga putri abah, ampuni saya abah jangan hukum saya... putri yang abah titipkan kepada saya kini hancur berantakan di tangan saya sendiri."

Gus Fatih pergi keluar dari kamar nya dan menelfon dokter pribadi istri nya agar memeriksa keadaan istri dan janin yang di kandungan istrinya. Dua orang keras kepala itu di satukan dalam sebuah rumah tangga yang menciptakan badai serta kehancuran untuk rumah tangga mereka sendiri, sang istri trauma karena ulah suami nya dan sang suami trust issue karena masa lalu istri nya.

**

Bertahan di dalam pernikahan yang semakin hari semakin berantakan adalah hal yang berat bagi setiap wanita apalagi jika dalam posisi mengandung benih suami nya sendiri, ini berat untuk ning Amira yang ingin merasakan pernikahan penuh cinta.

Di usia kandungan lima bulan ini wanita itu harus berjuang sendirian menahan keram perut, mood nya, dan ngidam nya seorang diri tanpa sang suami yang mempedulikannya atau bahkan anak nya.

Wanita itu menangis di dalam doa nya memohon kekuatan kepada Allah jika dirinya sanggup menerima semua ini seorang diri, hati nya kian merasa sakit ketika melihat suami nya yang tertidur pulas, gus Fatih berubah... ini bukan suami nya.

"Allah, aku tidak masalah suami ku jahat kepada ku, namun setiap hari nya iman nya semakin turun, sholat sunnah tidak di jalankan nya kembali, dan kian hari sifat nya sungguh membuat ku terluka" ning Amira mengusap lembut perut nya.

"Dek, lahir nanti jangan kayak abi ya... kamu harus jadi sosok yang paham dan mampu mengamalkan agama" ucap nya pelan.

Ning Amira mengambil mushaf Al-Qur'an nya dan murojaah sendirian di sepertiga malam ini dengan hati yang perlahan mulai tenang meski sebelum nya terasa begitu sesak.

Setelah selesai murojaah ning Amira kembali merasakan hati nya begitu sesak mengingat semua yang terjadi pada nya "abah... Mira rindu" lirih nya.

**

Pagi hari nya ning Amira bergegas menyiapkan sarapan untuk suami nya, sebenci apapun ia pada suami nya ia masih tahu kewajibannya, bahkan disaat gus Fatih menginginkan dirinya ia masih mau melayani suami nya padahal pria itu pernah berucap jika mnyentuh nya adalah kesalahan terbesar yang ia lakukan.

"Gus, makan dulu" ucap ning Amira yang melihat gus Fatih keluar dari ruang kerja nya.

Tanpa sepatah kata apapun gus Fatih segera duduk dan memperhatikan ning Amira mengambilkan nasi serta lauk kedalam piring nya "kamu tidak makan?" tanya gus Fatih menghentikan gerakan ning Amira.

Ikhtiar CintaWhere stories live. Discover now