• Peek into the Future •

Start from the beginning
                                        

"Jika umurku tidak akan bertahan lama, maka wujudkan keinginanku untuk melihatmu berjalan di altar menggandeng seorang wanita."

"Aku bukan Tuhan, jangan meminta ini-itu brengsek!" kesal Alexis

Varish tertawa renyah.
"Sudah.. jika ingin mengobrol lebih banyak datanglah ke apartemen. Aku akan mengejar Arasyaa."

"Bukankah sudah terlampau telat jika mengejar anakmu sekarang?"

Varish menggeleng,
"Kunci mobil ada padaku, Arasyaa tidak akan bisa masuk dan tidak akan kemana-mana."

"Yakin sekali."

"Karena aku yang paling paham anakku."

Varish meninggalkan Alexis yang masih menyantap camilan di dalam cafe. Berjalan ke area parkiran dan menemukan Arasyaa duduk di kap mobil menghabiskan es krim miliknya.

"Maaf membuat Tuan muda menunggu lama." goda Varish

Arasyaa hanya diam, terlampau bosan mendengar lelucon Ayahnya.

"Asaa ingin mampir kemana lagi?"

Varish menekan tombol di kunci dan membuka pintu mobil.

"Jangan panggil aku begitu!"

"Kenapa? kan kau sendiri yang membuat panggilan itu."

Arasyaa masuk ke mobil dan menutup pintu sedikit kencang. Varish hanya tertawa pelan melihat tingkah anaknya yang merajuk.

"Itu kan dulu saat aku masih kecil." sungut Arasyaa

"Baiklah..baiklah.. kemana kita sekarang?" tanya Varish mengalah

"Aku ingin mampir ke galeri Paman, kanvas yang baru aku beli tertinggal disana"

Varish tersenyum simpul,
"Galeri itu sudah menjadi milikmu sepenuhnya, kenapa masih berkata galeri milik Arsha?"

"Aku ingin mempunyai galeri seni sendiri. Galeri yang dibangun dan dipenuhi dengan kenanganku sendiri. Tapi karena aku belum mempunyai banyak uang, aku terima saja tawaran Nenek Shenna untuk mendapat hak milik bangunan itu."

Varish menjalankan mobilnya pelan, suasana siang itu tidak terlalu panas. Dia ingin menikmati perjalanan bersama Arasyaa dengan santai.

"Papa, setelah dari galeri kita jenguk Mama boleh?" tanya Arasyaa

Varish tidak langsung menjawab, ia menengok jam tangan yang dipakainya sebentar
"Sepertinya waktu kita tidak cukup, kita akan sampai disana sore hari dan jam kunjung selesai di 15:00."

"Hmm.. benar juga, kalau begitu kita mampir ke rumah Paman ya, Pa.."

"Baiklah.. sepertinya ingin bercerita banyak dengan Paman, ya?" tanya Varish

"Iya, banyak sekali. Kelakuan Papa yang memalukan juga akan aku ceritakan pada Paman Arsha dan Paman Rajaa. Tunggu saja sampai mereka datang ke mimpi dan memarahi Papa."

"Hei, Pamanmu tidak akan pernah memarahi Papa."

"Tidak jika aku yang mengadu." sungut Arasyaa

Varish dan Arasyaa tertawa bersama. Mereka harus sering-sering pergi keluar bersama-sama, menghabiskan waktu berdua dengan santai menikmati hidup yang berjalan.

Beberapa kejadian telah mereka lewati, baik senang maupun duka yang silih berganti menghampiri Ayah dan anak itu, mereka berdua sudah berjanji akan saling menemani dalam perjalanan hidup mereka selanjutnya.

Garis keturunan keluarga Wijaya hanya tersisa Varish dan Arasyaa. Rajendra pergi dalam tidurnya saat Arasyaa menjalani pengobatan di luar negeri. Kondisi kesehatannya memang semakin menurun, dan karna faktor umur yang sudah tidak sanggup menerima beratnya efek pengobatan.

Bahkan kini di apartemen, tidak ada orang lain selain Varish dan Arasyaa, dua lelaki yang masih terus belajar cara menghidupkan kompor tanpa membakar seisi dapur.

Alexis akan datang dan menginap beberapa kali dalam sebulan. Keandra sudah menemukan pasangan hidupnya dan memilih meninggalkan tanah kelahirannya karena satu dan lain hal. Begitu juga Ivander, yang memilih London sebagai tempat tumbuh dan menua bersama keluarga kecilnya. Lalu Arsenio?

Putra kedua Vicenzo Garson itu juga sudah lelah bertahan dan memilih untuk istirahat dalam damai 2 tahun yang lalu. Rumah abadinya bersebelahan dengan rumah abadi milik Deon. Putri kecilnya kini tinggal bersama Vicenzo dan Shenna dirumah mereka. Sedangkan mantan istri Arsenio sudah memiliki keluarga baru setahun setelah Arsenio pergi.

Bertanya tentang Sandra?

Wanita pemilik hati Varish dan ibu dari Arasyaa itu divonis skizofrenia tepat satu tahun yang lalu. Mengharuskan Varish dan Arasyaa untuk ikhlas mengirim Sandra ke mental asylum. Tidak ada kalimat yang mampu menggambarkan kesedihan Varish dan Arasyaa, namun bagi Varish yang lebih dewasa akan selalu mengingatkan putranya bahwa kehidupan akan terus berjalan.

Tidak ada yang melarang untuk bersedih, namun jika berlarut akan menjadi rantai penjerat dan bom waktu bagi mereka sendiri. Arasyaa sempat mengurung diri beberapa hari setelah mengantar ibunya dari apartemen, Varish membiarkan putranya melakukan aksi tersebut selama 3 hari.

Hari keempat, tanpa persetujuan Arasyaa, Varish membobol pintu kamar putranya dan masuk. Mereka berdua berbicara banyak hal satu sama lain, dan berakhir dengan lelap tertidur saling berpelukan.

Seperti kata Varsha dalam rekaman itu,

Seperti kata Varsha dalam rekaman itu,

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Life must go on."








•End•

***********************^^*******************

sebagai penutup akhir tahun 2023,

aku upload ending cerita ini lebih dulu daripada beberapa chapter yang tersisa...

bagaimana, happy ending kan 😘




chapter lainnya ada 2 kemungkinan,
- masih dalam judul ini atau
- buka buku baru sebagai spin-off cerita yang terpotong dengan POV hanya 1 orang
(entah Varish atau Arasyaa)

tolong vote mana yang lebih kalian suka ya, lanjut disini atau buku baru ☺️

Terima kasih untuk semua yang mampir di cerita ini, untuk vote dan komennya, aku ucapkan banyak banyaaaak terima kasih dan aku juga tidak masalah dengan silent reader, karena memang tujuanku menulis hanya sebatas hobi tidak lebih 😊
senang hati jika banyak yang menyukai hasil imajinasi aku, dan terima kasih banyak untuk semua apresiasi kalian 💜💜💜💜💜💜💜

see yaa...
may happiness always come with you all,

love you, 🩷

After The RainWhere stories live. Discover now