Chap. 5

73 9 4
                                    

Dania memasuki rumahnya yang cukup besar itu. Disambut beberapa maid yang sedang bekerja di sana. Ia mendengus kesal ketika sang ibu turun dari lantai atas, menghampirinya lalu memberikan pelukan.

"Nia.. Kamu dari mana aja? Kok baru pulang?" Tanya nya kepada sang anak yang memang baru pulang semenjak pergi ke sekolah.

"Apa sih, orang biasanya juga pulang jam segini." Dania melepaskan pelukan mereka.

"What?!"

"Makanya jangan sibuk nyari duit terus." Dania meneruskan langkahnya yang sempat terhenti, menuju kamarnya.

"Ya kan mama cari uang buat kamu juga sayang..." Sang mama meraih tangan anaknya dan menggenggam nya dengan erat.

Dania menghela napas kembali "Mama mau ngapain sih sebenernya?"

"Gini... Kayak yang kamu bilang kan mama sibuk kerja terus.." Helaian rambut Dania ia rapikan ke belakang. "Empat hari lagi mama mau ke Santiago, kamu-"

"Gak."

"Sayang.. Mama belum selesai ngomong."

"Dania tau, pasti ngajakin ke luar negeri, skip deh."

"Masa' nanti kamu mama tinggal sendirian di sini."

"Ya udah gak usah pergi kalo gitu."

"Gak bisa gitu dong, mama harus ketemu sama investor disana."

"Ya sana pergi."

"Biar mama minta papa jagain kamu ya?"

"Papa di sini?!" Dania tiba-tiba saja bertanya dengan girang.

"Bukan papa Dhani sayang... Papa Evan yang dateng."

"Ck." Mendengar nama ayah tirinya itu Dania kembali melengos pergi.

"Sayang?"

"Gak usah ma."




🫂

Teresa menghela napas, usai sudah penantiannya selama kurang lebih satu jam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Teresa menghela napas, usai sudah penantiannya selama kurang lebih satu jam. Sekarang ia harus mencari transportasi umum untuk pulang.

Ia beranjak menuju kasir hendak membayar apa yang ia minum sembari menunggu Bella tadi. Kemudian saat ia akan pergi dari sana ia berpapasan dengan Dania.

"Loh, kak Esa?"

"...."

Dania terlihat masuk ke kafe dengan beberapa orang lainnya.

"Sendiri kak?"

"Iya, gue duluan."

"Eh bentar kak, bareng gue aja ya?"

"Gak usah." Teresa berjalan keluar melewati mereka.

"Dia yang lo maksud digrup?" Tanya seorang laki-laki yang menatap kepergian Teresa.

"Yoi."

"Ya udah susulin gih, mumpung ada kesempatan." Perempuan di samping Dania berujar.

"Tapi.."

"Udah santai, kita bisa kumpul kapanpun kan?"

"Gih."

Dania pun berlari keluar, menyusul Teresa yang hampir sampai di pemberhentian bus.

"Kak!"

Teresa pun menoleh mendapati Dania yang mendekatinya.

"Bareng aku ya?"

"Gue dah bilang gak usah kan."

"Gak papa, gue bawa motor, tunggu disini ya jangan ke mana-mana!"

Belum sempat Teresa ingin menolak, Dania sudah berlari ke arah parkiran kafe dengan semangatnya.

Kalau begini namanya pemaksaan - pikir Teresa.

MY FEMMEWhere stories live. Discover now