Aku menggelengkan kepalaku melihat kepribadian Putra Mahkota yang menyimpang dan melarikan diri dari pelukannya.

"Apakah pendarahannya sudah berhenti? Coba kulihat."

Callisto membalikkan tubuhku, meraih kedua pipiku, dan mengamati wajahku.

"Itu berhenti. Ini memalukan, jadi tolong menjauhlah."

"Apakah kamu sudah minum ramuan?" 

"Tidak, belum."

"Keluarkan dan minumlah sekarang." 

"Baiklah."

Aku mencoba minum secukupnya, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa karena mata merah yang menatapku. Aku mengeluarkan ramuan stamina dari sakuku.

"Anda harus melepaskannya, Yang Mulia."

Saat itulah aku melirik Putra Mahkota yang masih memegangi pipiku, dan bergumam tidak puas.

"Apa yang sedang anda lakukan?"

Dengan suara gemuruh yang menggelegar, seseorang bergegas keluar dari suatu tempat dan memisahkan kami berdua. Itu adalah Reynold.

"Hei, kamu baik-baik saja? Semuanya baik-baik saja, bukan?!"

Dia buru-buru menghalangi jalanku dan langsung menatap Putra Mahkota seperti kucing yang waspada.

"Apa yang anda lakukan, Yang Mulia? Jangan sentuh adikku!"

"Huh, apa pedulimu dengan apa yang aku lakukan dengan tunanganku?"

"Tunangan? Bukankah anda sudah mencampakkan Penelope, lalu anda mengejarnya kembali dan akhirnya dicampakkan kembali oleh dia?"

"Kalau begitu kau harus mengetahuinya sekarang. Putri dan aku memiliki hubungan yang sangat istimewa. Sepasang kekasih yang telah mengatasi krisis berada di ambang dan mau melakukan ciuman reuni, tapi seseorang tanpa peringatan menyela kami.. Putri, kau mau pergi kemana?"

"Woi, Penelope!"

(tl/n: mood bgt mereka berdua😭)

Aku tidak memiliki kepercayaan diri untuk menghentikan orang-orang yang sedang bertengkar hebat. Aku segera lari dari mereka.

Setelah beberapa saat, Reynold berlari ke arahku dengan terengah-engah, mungkin karena dia mendengar sesuatu dari Putra Mahkota.

"Hei, Apa benar kamu memutuskan untuk pindah bersama burung itu, atau lebih tepatnya, Yang Mulia?"

Itu setengah benar, jadi aku mengangguk dalam diam.

"Aku akan kembali mencari Yvonne. Aku juga harus menyelamatkan Ayah."

"Aku ikut denganmu."

Segera setelah aku selesai berbicara, aku kembali menatap Reynold dengan wajah yang agak asing.

"Apa kamu tidak keberatan?" 

"Apanya?"

"Kamu baru saja melihatnya. Adikmu sebenarnya adalah monster yang menakutkan."

Derick begitu terpana melihat perubahan tampilan Yvonne hingga dia gemetar. Reynold tidak terlihat terkejut seperti yang kukira.

"Aku tidak suka jalang itu sejak awal. Dia sangat suram, sama sekali tidak mirip Yvonne."

"Hoo."

Aku mendengus mendengar jawaban yang kudapat.

'Setiap kali kamu menangkapku seperti kamu menangkap tikus, aku bertanya apa itu mimpi...'

Tetap saja, sedikit melegakan mengetahui bahwa Reynold yang sederhana itu tidak dicuci otak sedalam Derick.

"...Berani sekali dia menculik Ayah. Kalau saja menyentuh Eckart, yang ada hanya kematian."

Reynold yang dari tadi bergumam pada dirinya sendiri, tiba-tiba mengeraskan wajahnya dan bertanya padaku.

"Sejak kapan kau tahu?"

"Yah begitulah."

"Apa kau mengetahuinya sejak awal? Begitu saja?"

Renald menanyakan satu demi satu pertanyaan. Tentu saja awalnya aku tidak tahu. Tidak, itu lebih seperti tidak mempercayainya. Bagaimana bisa karakter utama wanita yang baik itu menjadi monster yang menakutkan? Dasar game gila.

"...Aku juga tidak tahu dari awal. Setelah melihatnya beberapa kali, aku menyadari itu tidak terpantul di cermin atau di air teh."

Aku mencampuradukkan fakta dan menjelaskannya dengan samar. Lalu Reynold mengerutkan keningnya.

"Jadi karena itu kau kabur dari rumah? Apa kau takut padanya dan mencoba mencari tongkat sihir untuk melawannya?"

Aku malu karena dia mengarahkan jarinya ke tongkat cerminku.

"Bukan seperti itu..."

"Kau benar-bener!"

Bahkan sebelum aku bisa buru-buru menyangkalnya, aku sudah dipotong.

"Bagaimana bisa kamu tidak memberiku petunjuk?" 

"..."

"Kau seharusnya mengatakan sesuatu! Seharusnya kamu memberitahuku terlebih dahulu saat kau melarikan diri dari rumah!"

Reynold memelototiku dengan mata terbelalak dan mendesak. Aku tidak mengerti, jadi aku memiringkan kepalaku.

 "Apa bedanya jika aku memberitahumu?"

"Hah, tentu saja berbeda! Kalau kau memberitahuku, kita akan menemukan solusi bersama, dasar bodoh!"

"..."

"Tidak peduli seberapa besar bukti bahwa dia adalah adik kandungku, kalau kau memberitahuku, aku tidak akan membuatmu mengambil semuanya sendirian."

"..."

"Kamu kan juga adikku."

Reynold berkata dengan tegas. Dari sudut pandangku, karena aku tidak mempercayai siapa pun di kediaman Duke, sulit untuk mempercayainya. Tapi menurutku ekspresi sedih Reynold atau tatapan bersalahnya itu tidak palsu.

"...Aku tidak bisa menahannya karena bisa saja kau juga di cuci otak. Aku khawatir kalau aku memberi tahu siapa pun, kau akan diperlakukan seperti kakak pertama."

Pada akhirnya, aku mengungkapkan kebenaran secara detail.

"Ini gila. Jadi karena dicuci otak itu, hyeong bertindak seperti orang brengsek? Dasar orang gila itu! Seharusnya dia(derik) memberi kekuatan pada otaknya sendiri!"

Reynold tampak terkejut mendengar kata-kataku dan mengutuk Derick tanpa ragu. Merasa sedikit lega, aku menambahkan sambil tersenyum kecil.

"Dan aku sudah memberinya, petunjuk."

"Apa? Kapan?"

"Aku bilang kepada Ayah untuk berhati-hati. Hanya saja sepertinya Ayah sudah mengetahuinya sekarang."

Wajah Reynold mengeras mendengar jawabanku.

"Haiss, kenapa Ayah tidak mengatakan hal sepenting itu kepadaku?"

Dia bergumam tidak puas. Melihat wajahnya yang merah seperti orang yang masih sadar membuatku semakin kasihan pada Duke. Saat itu.

"Reynold! Penelope!"

Tiba-tiba sebuah suara familiar memanggil kami. Pada saat bersamaan Reynold dan aku sama-sama menoleh ke sumber suara. Di hutan di luar taman yang terhubung dengan ruang pelatihan, sesosok tubuh yang tertutup tanah berdiri.

"Aku kembali!"

Reynold ternganga. Begitupun juga aku. Tidak peduli seberapa besar dia sebagai Duke ketika dia masih muda, jelas-jelas dia diculik

'Secepat ini?'

*****************

Kematian Adalah Akhir dari Sang Penjahat (END)Where stories live. Discover now