Chapter 87: Flamie, World Tree?

Start from the beginning
                                    

"Jadi, apakah Flamie kita adalah Pohon Dunia?"

[Administrator Menara memintamu menunggu sebentar.]

***

Ketika Aileen ditanya apakah pohon apel itu adalah Pohon Dunia,

"Eh..."

Dia menjadi bingung. Dia juga tidak tahu.

Jadi,

"Tunggu sebentar."

Dia meminta Sejun untuk menunggu dan,

"Kakek!"

Segera memanggil Kaiser.

- "Oh! Aileen~! Akhirnya, kamu ingin berbicara dengan lelaki tua ini?"

"Ya! Kakek, aku punya pertanyaan."

- "Oh! Silakan tanyakan apa saja!"

"Jika Pohon Dunia muncul di menara, bisakah aku memastikannya?"

- "Tentu saja kamu bisa. Melalui bola kristal..."

Kaiser mulai menjelaskan kepada Aileen cara memastikan keberadaan Pohon Dunia.

Dan hasilnya.

[Kondisi Pertumbuhan Menara]

···

..

.

– Pohon Dunia: Tidak Terpenuhi

...

..

.

Tidak ada Pohon Dunia di Menara Hitam.

"Kakek, lalu kenapa Ent melindungi pohon yang bahkan bukan Pohon Dunia?"

- "Aileen, jangan bilang padaku? Apa Sejun menanyakan ini padamu?"

"Hah?!"

- "Bajingan kecil itu! Seharusnya dia menanyakanku secara langsung. Dia mengganggu cucuku!"

Kaiser tampak siap untuk terbang ke arah Sejun dan segera menjawab pertanyaannya. Patung naga hitam itu mulai melebarkan sayapnya.

Namun,

"Kakek-! Jika kamu menceritakan segalanya pada Sejun, aku tidak akan membiarkannya begitu saja!"

Atas ancaman Aileen, patung naga hitam itu melipat sayapnya ke belakang.

***

[Administrator Menara mengatakan bahwa belum ada satu pun Pohon Dunia di Menara.]

"Lalu kenapa Ent bertingkah seperti ini?"

[Administrator Menara mengatakan bahwa mungkin Ent melihat potensi dalam Flamie.]

Aileen bertanya pada Kaiser secara real-time dan menjawab Sejun.

"Benarkah?"

Flamie kita berpotensi menjadi Pohon Dunia? Sejun memandang Flamie dengan puas.

Saat itu,

"Presiden Park! Kamu dimana, meong?!"

Theo melompat turun dari lubang di langit-langit gua sambil berteriak. Dia tadi bermain dengan Kelinci Hitam dan Cuengi, dan sekarang dia mencari Sejun untuk beristirahat di pangkuannya.

Segera setelah Theo mendarat dengan mantap dengan keempat kakinya,

Pat, pat.

Dia berlari menuju lutut Sejun dan memeluknya erat.

Nahonja tab-eseo nongsa Part 1Where stories live. Discover now