Bab 22

213 13 6
                                    

Bismillah

Happy Reading ❤️❤️.

Arzhel terbangun ketika indra pendengarannya terusik mendengar suara kicauan burung di luar jendela. Perlahan ia membuka matanya, tangannya terasa kebas setelah semalam penuh di jadikan bantal oleh Gendhis.

Dengan penuh hati-hati ia menggantikan tangannya dengan meletakkan bantal di atas kepala istrinya yang masih terlelap.

"Morning, sunshine," bisiknya seraya mencium kening istrinya.

Arzhel beranjak dari ranjang, ia berjalan ke arah kamar mandi. Bermaksud untuk membasuh muka dan bersiap untuk berolahraga. Ia mengenakan kaos berlengan pendek di padukan dengan celana hitam. Merasa sudah cukup bersiap, ia pun segera keluar dari kamar.

"Anak lanang sudah bangun," sapa Gautama ketika melihat Arzhel berjalan menuruni anak tangga.

Dikta tersedak ketika mendengar Gautama menyapa Arzhel, "Dih apa-apaan aku yang anaknya aja ga pernah di gituin," protesnya.

Sagara tertawa pelan mendengar ucapan Dikta. "Anak pungut lo, sadar diri!"

"Ayo Ar jadi engga, malah bengong aja lo,"

"Mau kemana, bukannya sarapan dulu malah keluar," omel Kinan.

"Mau olahraga di belakang bun," jawab Sagara.

Dikta berjalan mendekat ke arah Kinan, mencium kedua pipi bundanya. "Berangkat ya bun," pamitnya setelah mencium Kinan.

Gautama yang duduk membaca koran pun melotot. "Hey enak aja main cium-cium istri ayah, udah sana-sana kalian berangkat," usirnya.

Kinan terkikik geli. "Udah sana kalian berangkat."

"Duluan aja bang, gue masih ada urusan sama bunda," ujar Arzhel.

"Urusan katanya, awas aja lo ambil bunda gue," peringat Dikta sinis.

Sagara berdahem. "Udah ayo, gue tunggu di halaman depan sama Dikta,"

"Ya."

Dikta dan Sagara  segera berpamitan pada Gautama dan Kinan lalu melangkah pergi meninggalkan rumah menuju halaman depan untuk menunggu Arzhel.

Di samping itu Arzhel mendekat ke arah Kinan dan Gautama. "Bunda tadi Arzhel bikin susu buat Arcel, Arzhel minta tolong nanti kalau udah bangun pastiin susunya di minum ya. Arzhel berangkat dulu," katanya.

"Ah iya nanti bunda lihat ya, makasih ya nak," jawab Kinan.

"Arzhel yang harusnya berterima kasih, Arzhel pergi dulu," pamitnya seraya mendekat meraih tangan kanan Gautama dan Kinan.

Gautama tersenyum setelah melihat kepergian Arzhel.

Kinan menoleh melihat kearah suaminya. "Kenapa senyum-senyum pak tua?" tanyanya keheranan.

"Gapapa sayang, seneng aja ngelihatnya. Anak itu benar-benar penuh rasa tanggung jawab."

"Memang sudah seharusnya bukan, doain aja yang terbaik buat keduanya."

Gautama memeluk Kinan dari arah belakang, memeluk istrinya itu dengan posesif. Kinan yang diperlakukan seperti itu otomatis merasa geli.

"Malu mas udah tua bentar lagi punya cucu. Lepas ih," tutur Kinan.

"Loh memang kenapa, jangan mau kalah sama anak muda dong harusnya," goda Gautama.

Kinan yang gemas pun mencubit lengan suaminya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NEPENTHE (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang