13

982 305 65
                                    

Halooo😁😁 baca langsung deh. Part aman kok ngoahahaha.

####

Pagi itu di hari Rabu, kebetulan Khaira sedang libur dikejutkan dengan kedatangan Omar di rumahnya. Untuk apa? Seingatnya urusan mereka sudah tidak ada. Haikal juga tidak menemuinya lagi, lalu mau apa lagi? Walaupun begitu ia tak mungkin mengusirnya, sangat tidak sopan. "Pak Omar kok pagi-pagi sudah di sini? Bapak ada perlu sama saya?" Khaira meletakkan kue buatannya di meja, tak lupa kopi seperti mau Omar saat ia menawari minum.

"Nggak juga. Kebetulan mau lihat lokasi buat toko, sekalian mampir." Omar mengambil risol mayo panas yang baru Khaira keluarkan. "Tiap hari bikin ini?"

Wanita itu mengangguk. "Dititip-titipin ke bakul kue."

Omar mengangguk. Ia begitu menikmati kue tersebut sampai dalam sekali makan habis dua biji. "Kue ini saja atau lain-lain juga?" Ia menyeruput kopi yang ia dinginkan di lapik.

"Sama yang lain tapi cuma beberapa saja yang saya bisa. Kayak lumpia, sosis solo, dadar gulung. Tapi lebih banyak risol mayo saja."

Pria itu lagi-lagi mengangguk. "Kamu libur?" Sudah hampir pukul delapan tapi Khaira belum siap-siap. Tadinya ia tidak berharap Khaira di rumah, karena jelas sudah waktunya jam kerja. Namun, pas ia datang, ayah Khaira menyambutnya dan memanggilkan perempuan itu. Sungguh beruntungnya Omar.

"Iya."

"Sibuk?" tanya Omar.

Khaira menggeleng. "Paling nanti mau antar Bima beli buku. Kenapa, Pak?"

"Kalau gitu, ikut denganku saja. Nggak lama, kok. Didekat sini saja." Omar mengambil cangkir kopi, meniup pelan dan berulang agar cepat dingin. "Mandilah. Aku tunggu."

"Tapi ...."

"Nggak bakalan lama, Khai. Paling jam sebelas sudah pulang," sela Omar cepat. "Buruan."

Wanita itu pun meninggalkan Omar sendiri. Ia bergegas membersihkan diri dan dapur dari cucian bekas membuat kue.

Omar sendiri ke teras menemui Karmin. Beliau sedang membolak-balikkan layangan yang sobek tengahnya. Sebenarnya ia bingung dan penasaran karena itu Omar pun mendekat. "Layangannya kenapa, Pak?" Omar jongkok di samping Karmin.

"Nggak bisa terbang." Laki-laki tua itu menyusuri layangannya dari ujung ke ujung dengan bingung, kenapa tidak bisa terbang.

Jelas tidak bisa terbang karena sobek. Layangan itu butuh diperbaiki tapi mengapa ayah Khaira sepertinya tidak mengetahui hal sepele itu? Untuk usia beliau, hal ini jelas diketahui dengan benar kan? Lalu ini ... lamunan Omar buyar mendengar Karmin mengadu pada putrinya. Pria itu mengamati dan menarik satu kesimpulan, apakah ayah Khaira berkebutuhan khusus?

"Sini Khai betulin." Khaira membawa benda itu ke dalam. Ia mengambil lem dan kertas koran untuk ditempel di atas sobekan. Dengan telaten wanita itu memperbaiki layanan milik ayahnya. "Sudah. Tapi nanti mainnya tunggu Bima pulang, ya. Bapak sekarang sarapan dulu. Khai tadi sudah masak ayam kecap." Karmin mengangguk mendengar penuturan Khaira. "Khai pergi dulu. Bapak jangan ke mana-mana. Kalau ada apa-apa minta tolong sama Pak Aji."

Usai menyiapkan keperluan Karmin, Khaira dan Omar pamit. Selama menuju mobil, Khaira banyak menyapa tetangganya yang berpapasan dengan mereka.

"Khai." Wanita itu menoleh padanya, menunggu lanjutan ucapan Omar. "Maaf sebelumnya kalau nanti menyinggungmu. Bapak itu ...."

"Iya, Pak." Khaira paham. Mungkin aneh melihat semua kelakuan ayahnya yang tidak selayaknya seorang ayah. "Mentalnya sedikit terganggu. Tapi beliau nggak pernah ngamuk-ngamuk atau tantrum. Beliau seperti orang normal pada umumnya. Kadang beliau ngerti apa yang kita ucapkan, kadang nggak."

Stole Your Heart Where stories live. Discover now