015. Luna cemburu

Start from the beginning
                                    

Dewa terkekeh kecil melihat wajah merah istrinya. Jemari kukuhnya terulur, mencubit pipi istrinya gemas.

“Kamu lucu kalau kayak gini.” Dewa gemas sendiri. “Udah, jangan terlalu dipikirin ucapan saya tadi. Kamu memang cantik. Kalau ngambek kayak tadi jelek. Cantiknya hilang,” imbuh Dewa berkata, seakan tahu isi hati istrinya.

Dengan cepat Luna menggelengkan kepalanya, mengenyahkan segala bunga-bunga asmara yang ada di hati, pikiran, dan benaknya.

“Udahlah, Mas, jangan gitu!” Wanita itu lantas mencubit perut suaminya, tanpa ampun! “Rasain!”

Dewa mengerang sesaat, tapi sejenak ia terkekeh, berjongkok di depan istrinya, lantas beralih mengusap perut istrinya.

“Mama kamu jahat, Sayang. Papa dianiaya. Nanti kalau gede jangan kayak Papa, ya. Kamu harus jadi kayak Mama walau sifat Mama kayak gitu. Oke?” Dewa berujar sendiri sembari terus mengusap perut Luna.

Bohong jika Luna tak tersenyum nan gemas melihat tingkah suaminya yang sekarang. Tapi, ia tak mau memperlihatkan kegemasan itu di hadapan suaminya. Jemarinya menepis tangan Dewa dan menarik tangan pria itu agar beranjak berdiri.

“Udahlah, Mas. Berdiri! Malu diliatin orang!” tutur Luna.

Dewa menurut. Ia tersenyum simpul, mengusap puncak rambut istrinya. “Iya, Istriku ....”

Keduanya tersenyum, mereka hendak melanjutkan langkah mereka yang terhenti, tetapi seorang wanita perawakan tinggi menghalangi jalan keduanya.

Wanita dengan surai bergelombang dengan kacamata hitam yang ia kenakan itu menatap intens Dewa dan Luna. Secara bergantian. Luna sedikit risih dengan perilaku wanita itu. Tangannya menepuk-nepuk bokong suaminya, meminta agar pria itu menyingkirkan wanita di hadapannya.

Dewa yang mengerti dengan tingkah istrinya lantas menghela napas, memejamkan mata sejenak, kemudian berkata, “Maaf, Anda bisa tolong menyingkir? Anda menghalangi jalan istri dan anak saya,” tutur Dewa sopan.

Wanita itu tak menggubris. Ia hanya menyunggingkan senyuman smirk kepada Dewa.

“Anda sudah gila?” Dewa kembali bertutur.

Lagi dan lagi perkataannya tak ditanggapi. Wanita itu hanya mengudarakan tawa selama beberapa saat.

“Maaf jika aku mengganggu keromantisan kalian berdua.” Wanita itu menarik kacamata hitamnya ke atas, menempatkan pada atas kepalanya.

“Kirana?” Dewa terkejut hingga kedua  matanya membulat utuh.

Wanita bernama Kirana itu mencetak senyuman sinis. “Senang bertemu denganmu lagi, Dewa.” Kirana maju selangkah ke hadapan Dewa, jemari lentiknya meraba dada dan berjalan ke bibir merah muda Dewa.

“Dewa, pria yang membuatku gagal move on akibat keseksiannya,” imbuh wanita itu sembari menghentikan jemarinya tepat di bibir Dewa.

Luna menggertakkan rahangnya, tangan kanan yang tadinya memegang tas terlepas. Kini ia beralih menyentak tangan Kirana dari wajah suaminya.

“Jangan pegang-pegang suami saya, Wanita Murahan,” tegur Luna.

Kirana yang mendapat perlakuan itu hanya tersenyum sinis sembari bersedekap dada. Sedangkan, Dewa, pria itu hanya diam dengan pandangan menghunus ke depan, tatapan kosong.

“Anda punya hubungan apa sama suami saya? Jangan bertingkah seolah kamu wanita penghibur, ya!” Luna kini emosi. Tatapannya berubah tajam, menatap ke arah Kirana.

Kirana tertawa sejenak sebelum menanggapi, “Luna, wanita yang dijodohkan dengan Dewa dengan alasan bisnis. Dia tidak pernah mencintai Dewa. Pun dia tidak ingin memiliki anak. Tapi ternyata semua itu omong kosong!”

Luna meneguk salivanya. Ia tak tahu jikalau latar belakang jiwa Luna yang dulu seperti demikian. Ia mencoba bersikap tenang di hadapan Kirana. Walau adrenalinnya teruji.

“Langsung ke intinya saja. Anda ada hubungan apa sama suami saya?” tanya Luna sekali lagi.

Kirana diam sejenak, ia menatap wajah Dewa yang mulanya menatap ke arahnya kini menunduk.

“Aku ada hubungan apa sama suamimu? Aku mantan kekasih suamimu yang kamu rebut!” Nada bicara Kirana meninggi di tengah keramaian penduduk di Mall. “Kamu merebut Dewa dariku saat aku menjalin hubungan dengan dia!”

DEG!

Luna seketika terdiam. Ia tak tahu jikalau alur hidup jiwa Luna yang dulu kelam. Senja, si gadis SMA yang kini berlabuh ke jiwa wanita bernama Luna itu kehabisan banyak kata. Ia meneguk salivanya sembari menundukkan kepala.

“Kamu itu pelakor! Kamu merebut Dewa dariku!”

“CUKUP, KIRANA! Kamu nggak sepantasnya bicara seperti itu sama istriku! Memang, awalnya kita menjalin hubungan, tapi semua itu udah berlalu! Kita sekarang udah nggak ada hubungan apa pun!” Akhirnya Dewa berbicara. Emosinya diuji di hadapan mantan kekasihnya. Dadanya naik-turun dengan alis tebalnya yang bertaut sempurna.

Dewa mengembus napas berat sembari memejamkan mata selama beberapa saat, demi menurunkan emosi dalam dirinya.

“Sebaiknya kamu pergi menjauh dari kehidupanku, Kirana. Pergi sejauh mungkin kalau bisa. Wanita penggoda, penghibur kayak dirimu nggak pantas ada di kehidupanku,” tutur Dewa lagi.

Pria itu melirik ke istrinya, jemarinya  kembali ditautkan pada jemari lentik istrinya, menggandeng. “Ayo, Sayang pergi dari sini.” Dewa melenggang peri dari hadapan Kirana.

Wanita itu menatap punggung Dewa dan Luna dengan sorot tajam dan penuh amarah. Penuh dendam. Kedua tangannya mengepal.

“Aku akan menghancurkan hidup kalian berdua! INI SUMPAHKU!”

••••••

Dari tadi Luna masih termenung di dalam mobil. Wanita itu terus menunduk tanpa minat menatap wajah elok suaminya.

“Sayang? Kamu marah sama saya?” tanya Dewa sembari menggapai telapak tangan istrinya.

Tidak ada respons.

Dewa menghela napas. Dia memang salah kali ini. Dia segera memasangkan sabuk pengaman ke tubuh istrinya. Tak lupa melilitkan sabuk pengaman juga ke tubuhnya.

Pria itu menghidupkan mesin mobil, sebelum melajukannya, ia melirik istrinya sejenak, tersenyum simpul.

“Kalau sampai rumah jangan marah lagi sama saya, ya, istriku.” Dewa mengacak surai Luna kasar. Setelahnya melajukan mobil dan kembali ke rumah.

“Awas saja kalau sampai anak dan istriku kenapa-napa. Aku nggak akan kasih ampun pada wanita murahan itu!” batin Dewa dengan mengeratkan genggaman tangannya pada stir mobil.

Jangan lupa vote gays!
TMSI akan segera ending
See you the next chapter

Transmigrasi Menjadi Seorang Istri [ On Going]Where stories live. Discover now