'17'

5 0 0
                                    

Pov : Dewangga Atmadja

*Keluarga Papah*

Kalo lagi susah mendekat, kalo lagi senang menjauh-! .

✨DEWANGGA  ATMADJA✨
__________________

Bunda udah pulang dari London dan Papah juga udah lagi libur kerja karena sibuk ngurusin persiapan pernikahan gw dan Ayu.

Gw merasa kayak ada yang kurang, tapi gak tau apa yang kurang, jadi gw memutuskan untuk nanya ke Papah.

"Pah, Dewa ngerasa ada yang kurang, kira-kira apa ya?" Papah yang lagi sibuk ngobrol sama Bunda pun langsung menoleh.

"Kamu belum ngundang keluarga Papah." Ucapan Papah langsung buat gw sadar, ternyata benar kan ada yang kurang.

"Ayo siap-siap kita kerumah nenek mu, adap sopan santun dengan mengundang secara langsung ke sana." Ujar Bunda.

Gw dan yang lain pun mengangguk dan langsung bersiap. Setelah 15 menit, kami pun siap berangkat menuju rumah keluarga besar Atmadja.

Rasa gugup melanda gw, Dinar gak berhenti mengusap lembut tangan gw sambil terus berkata " It's okay ka, kita punya Papah dan Bunda. Semua akan berjalan lancar."

Berkali-kali gw narik napas-buang napas. Berusaha menenangkan diri, tapi nyatanya belum bisa tenang juga.

"Gak usah tegang, semua akan baik-baik aja Dew. Percaya diri, hadapin semua dengan tenang, Bunda ingatkan jangan sampai terbawa emosi."

Gw mengangguk paham, lalu kami pun tiba dirumah besar keluarga Atmadja.

Dengan yakin gw dan keluarga gw melangkah masuk ke dalam, kedatangan kami disambut dingin oleh keluarga Atmadja. Bahkan kami tidak dipersilahkan untuk duduk, jadi gw dan keluarga gw cuman berdiri tegak di depan keluarga besar Atmadja ini. Sungguh seperti tamu yang tidak diinginkan.

"Selamat pagi. Maaf mengganggu weekend nya. Kedatangan kami kesini untuk mengundang kalian ke acara pernikahan Dewangga yang akan dilaksanakan besok. Untuk tempat terlaksanakan nya acara akan saya kirim kan lewat chat. Jika kalian ada waktu silahkan hadir."

Gw melongo saat mendengar ucapan Papah, kenapa formal banget? Segitu asing nya kah, Papah dengan keluarga nya?

"Oh cucu sialan itu mau menikah? Woah, tidak takut akan membawa sial untuk istrinya nanti?"

*Jleb*

Ucapan nenek menusuk jantung gw. Gw gak salah denger kan? Cucu sialan?

"Saya datang dengan baik-baik, jadi ucapkan lah kata-kata yang baik juga nyonya Dahnia." Jawab Bunda.

Nenek berjalan mendekat, lalu menatap Bunda dari atas sampai bawah dengan tatapan remeh.

"Oh, menantu yang tidak diharapkan, tidak memiliki hak untuk berbicara disini. Rumah ku terlalu suci untuk mendengar suara kotor mu."

Sumpah rasa nya mau gw robek itu mulut sialan. Gak ngaca banget tuh nenek-nenek.

"Nyonya Dahnia-!! Utamakan sopan santun. Keluarga Atmadja sangat mengutamakan itu." Tegur Papah. Tatapan nenek pun beralih ke Papah.

"Persetanan dengan nama besar Atmadja!! Kamu bahkan tidak berhak mendapatkan nama itu, anak sialan."

Ucapan kotor terus menerus nenek lontarkan kepada kami, Bunda bahkan sudah menggenggam erat tangan Papah, begitupun dengan gw yang juga menggenggam tangan Dinar.

"Anak pungut seperti mu tidak berhak mendapatkan nama 'Atmadja'. Jadi hapuslah semua nama itu dari mu dan keluarga mu." Ucap Danu Atmadja, adik tiri Papah.

"Bisakah berbicara mengenai pernikahan anak saya? Kami mengundang kalian dengan hormat jadi mohon hormati juga kami sebagai tamu." Ujar Papah.

"Cuihh-!! Gak sudi saya datang di pernikahan keluarga sialan seperti kalian. Pergilah, rumah ku tidak menerima anak pungut yang tidak tau diri dan tidak menerima jalang seperti istri mu itu." Ucap Nenek.

Papah memejamkan mata nya sebentar lalu melepaskan genggaman tangan Bunda dan berjalan mendekati Nyonya Dahnia dengan tatapan tajam nya.

"Saya memang bukan bagian dari keluarga Atmadja, tetapi saya lah yang membawa nama Atmadja menuju kejayaan nya. Dan istri saya bukan seorang jalang, tetapi seorang ratu di istana kami. Seseorang yang hanya numpang hidup diatas nama 'Atmadja' tidak pantas mengucapkan itu. Dan ya satu hal lagi, mulai hari ini saya dan keluarga kecil saya memutuskan tali kekeluargaan Atmadja. Jadi kalian tidak berhak menerima sepeserpun uang dari perusahaan Atmadja yang saya bangun. Semua fasilitas atas nama Atmadja akan saya cabut, bahkan rumah ini pun milik saya, jadi jika dalam 24 jam kalian masih tinggal disini, bodyguard saya akan mengusir paksa kalian semua. Pemberkasan mengenai harta ataupun tahta akan saya serahkan ke pengadilan."

Ucapan tegas Papah membuat Nenek dan adik Papah panik. Mereka terlihat menyesal telah memperlakukan kami dengan seenaknya, tetapi Papah orang yang tegas jadi tidak akan goyah saat melihat penyesalan itu.

"Sombong sekali!! Bima memiliki bagian disana, jadi saya masih berhak menerima uang setiap bulannya." Jawab Nenek dengan pede.

Papah tiba-tiba terkekeh.
"Ahaha apa Bima? Suami mu? Atau Papah angkat saya? Beliau jelas-jelas memberikan semua harta nya pada Dewangga, bukan kepada Anda ataupun anak kesayangan anda."

"Jika anda lupa, silahkan hubungi sekertaris Papah. Dialah saksi penulisan wasiat sebelum Papah meninggal. Lagi pula istri yang hobi selingkuh tidak berhak mendapatkan tunjangan hidup dari laki-laki setia seperti Papah. Kami permisi, tidak nyaman rasanya berlama-lama dirumah bordir ini." Lanjut Papah, sebelum nenek melanjutkan ucapan nya, Papah sudah lebih dulu menarik Bunda keluar dari rumah. Gw dan Dinar pun menyusul mereka dari belakang.

Didalam mobil Bunda dan Papah hanya diam, seperti sama-sama sedang meredam emosi nya masing-masing.

Dinar menatap gw dengan tatapan tanya, gw pun hanya bisa menjawab dengan mengangkat bahu acuh tak acuh.

"Maaf" Ucapan lembut itu terlontar kan oleh Papah sambil menatap Bunda.

Bunda, gw dan Dinar pun terkejut. Mata Bunda bahkan langsung berkaca-kaca.

Papah menggenggam tangan Bunda, dielus lah secara lembut pipi Bunda.
"Maaf, aku selalu mengecewakan mu..."

Bunda menunduk, menghindari eye contact dengan Papah. Bunda dan Papah terlihat rapuh, keduanya seperti sedang menyembunyikan sesuatu.

"Mereka sudah waktunya tau semuanya Daniel..."

__________________

✨DEWANGGA ATMADJA✨

Dewangga Atmadja [HIATUS SEMENTARA]Where stories live. Discover now