Chapter 01 : Time Turns Back to the Past

659 82 14
                                    

Pertengahan musim dingin, salju turun dalam frekuensi yang lebih banyak dibandingkan hari-hari biasanya, menghantarkan rasa dingin yang menusuk ke tulang. Namun, semua itu tak menyurutkan niat orang-orang untuk berkumpul di alun-alun ibukota.

Suara sorak-sorakkan terdengar menggema, bersemangat sekaligus menghakimi. Tatapan penuh kebencian pun tertuju pada wanita dengan helaian merah muda yang tertunduk menatap salju putih yang menutupi tanah. Wanita dengan tubuh yang rentan dan luka-luka yang masih segar, berjalan dengan langkah tertatih-tatih, ditarik oleh rantai besi yang dipegang oleh para ksatria yang mengawalnya.

"Dasar penyihir, mati saja kau!!" Teriakan-teriakan itu terdengar lantang, menghakimi wanita merah muda itu yang dipaksa untuk berlutut di depan alat pegal dengan tinggi tujuh meter itu.

"Hari ini, Haruno Sakura akan dihukum mati karena tindakannya yang berani menyentuh sihir gelap dan menyebabkan wabah mengerikan di Kekaisaran Ostrus!!" Suara itu terdengar lantang dan semua orang langsung bersorak mendengarnya.

Wanita bernama Haruno Sakura itu dipaksa tidur tengkurap, lehernya ditaruh di antara dua balok kayu di mana di tengah ada lubang tempat jatuhnya pisau. Wanita itu tak berontak bahkan tak berekspresi apa-apa seolah dirinya sudah siap untuk menemui ajalnya. Lagipula ia tak punya apa-apa dan tidak ada yang akan menangisi kepergiannya, mungkin kematian jauh lebih baik bagi seseorang seperti dirinya.

Mengatur nafasnya sejenak, bola matanya yang seperti permata emerald hijau itu menatap lurus ke depan. Tatapannya yang penuh kekosongan beradu dengan sebuah bola mata lavender yang indah. Sakura jelas mengenali pemilik bola mata lavender itu, Hyuga Hinata yang tak lain merupakan adik dari tunangannya.

Untuk waktu yang sedikit lama mereka saling pandang sampai sudut bibir wanita Hyuga itu terangkat naik ke atas. Emerald hijau Sakura bergetar, ia tampak terkejut melihat senyuman iblis yang terpatri manis di wajah adik dari tunangannya yang biasanya terlihat lembut.

Sesaat kemudian Sakura menyadari sesuatu, kenyataan bahwa penderitaan yang ia alami ini disebabkan oleh wanita itu. Perasaan Sakura diselimuti oleh amarah, ia ingin mencabik-cabik wajah Hinata yang semakin terpuaskan melihat penderitaannya namun sekarang sudah terlambat, semuanya akan berakhir karena ia akan mati dengan bodohnya. Air mata Sakura perlahan menetes, jatuh membasahi pipi wanita itu namun itu juga bersamaan dengan pisau yang jatuh untuk memotong lehernya.

"Sakura....!!" Suara teriakan terdengar samar-samar tepat sebelum akhirnya Sakura menghembuskan nafas terakhirnya dengan rasa sakit yang tiada tara.

Usai dengan rasa sakitnya, Sakura merasa begitu damai sampai tiba-tiba ia merasa diguyur oleh air yang membuatnya terkejut dan secara spontan membuka matanya. Ia berusaha bangkit, mendudukkan dirinya dan begitu terkejut karena berada di kamar tidurnya di kediaman Haruno.

"Bagaimana bisa kau begitu pemalas?! Diguyur air dulu baru mau bangun!!" teriak seorang wanita dengan rambut coklat yang memegang sebuah ember, menatap Sakura dengan tatapan yang menghina.

Sakura menyentuh kepalanya sejenak, ia merasa begitu pusing untuk mencerna situasi yang terjadi. Bukankah ia sudah mati dipenggal namun kenapa ia masih hidup? Terlebih ia berada di kamar tidurnya di kediaman Haruno yang sudah lebih lima tahun ia tinggalkan.

"Tidak usah berpura-pura sakit, cepat bangun," ucap wanita yang sebelumnya meneriaki Sakura dengan nada ketusnya dan kali ini Sakura menolehkan kepalanya, menatap wajah wanita yang ia kenali tampak lebih muda dibandingkan terakhir kali ia lihat.

"Kepada siapa kau bicara?" tanya Sakura dengan suara rendahnya, terdengar dingin dan mengintimidasi sampai-sampai wanita yang sebelumnya menampilkan wajah garang itu perlahan menciut.

"Ya?" sahutnya.

"Apa kau berteriak padaku Tenten?" tanya Sakura penuh penekanan di setiap katanya. Emeraldnya menyorot wajah wanita bernama Tenten itu yang mulai ketakutan karena sorot mata tajamnya.

"Tentu saja, siapa lagi yang ada di sini?!" jawab Tenten berusaha untuk lebih lantang lagi, mati-matian mengumpulkan keberaniannya meskipun tubuh dan suaranya terdengar bergetar.

"Haaa...." Sakura menghembuskan nafasnya kasar. "Sepertinya kau perlu diajari karena sudah begitu tidak sopan Tenten."

"Ya?" sahut Tenten sekali lagi dengan bingung, ia begitu terkejut karena mendapati sosok Sakura yang beda dari biasanya. Sudah menjadi rahasia umum di kediaman Haruno jika Sakura adalah anak haram yang lahir dari seorang pelayan dan karena hal itu ia punya kepribadian yang suram, tak memberontak bahkan saat ia dihina.

"Pelayan!!" teriak Sakura lantang sesaat setelah dirinya beranjak dari tempat tidurnya, berdiri di hadapan Tenten yang mulai menciut karena ketegasannya.

Seorang pelayan lainnya dengan rambut panjang dan mata coklat, ditambah kulit putih memasuki kamar tidur Sakura. Bola mata coklatnya itu pun lantas sedikit bergetar, melihat Tenten memegang ember dan menyadari jika ia baru saja menyiram Sang Nona karena baju Sakura yang basah.

"Ambilkan kayu," ucap Sakura dengan dingin sontak kedua pelayan dengan warna rambut yang sama itu terkejut namun pelayan yang baru saja masuk itu tetap melakukannya, mengambil kayu lalu memberikannya kepada Sakura.

"Berlutut Tenten, aku akan memberi hukuman untukmu," perintah Sakura membuat Tenten bersimpuh di atas lantai, mencengkram gaun pelayannya dengan tangan yang gemetaran.

Tenten mati-matian meyakini jika Sakura hanya menggertaknya saja karena selama ini wanita itu selalu lemah jika ditindas. Sayangnya Tenten salah besar, Sakura yang tengah berdiri di belakangnya sudah bukan anak haram keluarga Duke Haruno yang bisa ditindas seenaknya. Saat dirinya dikirim ke keluarga Marquess Hyuga untuk menerima pendidikan Nyonya Rumah, Sakura dihasut oleh Hinata menjadi wanita jahat dan kejam, ia suka menghukum para pelayan di kediaman Hyuga karena itu ia dijuluki sebagai wanita jahat sampai semua orang percaya jika dirinya benar-benar melakukan sihir gelap yang menyebabkan wabah penyakit di Kekaisaran Ostrus.

Suara teriakan kesakitan Tenten pun terdengar menggema, mengisi suara di kamar tidur Sakura. Pukulan Sakura menggunakan kayu itu jelas amatlah kuat sampai Tenten tidak bisa menahan dirinya. "Maafkan saya, maafkan saya. Saya salah!!"

"Apa kesalahanmu Tenten?" tanya Sakura saat ia berhenti memukul punggung Tenten yang berdarah, terlihat jelas karena bagian punggung bajunya robek.

"Saya...., sudah berlaku tidak sopan kepada Nona," ucapnya gemetaran, menahan rasa sakit dengan air mata yang sudah mengucur deras dari pelupuk matanya.

Sakura mendengus remeh, membuang kayu di tangannya ke lantai lalu duduk di tepi kasurnya. Sakura duduk dengan angkuh, menatap Tenten yang menundukkan kepalanya dengan sorot mata tajam.

"Aku ini orang yang adil Tenten. Aku menghukum saat orang membuat kesalahan dan memberi hadiah atas kerja keras orang lain. Pahamilah hal itu dengan baik, jika kau membuat kesalahan lagi maka aku akan memberikan hukuman yang lebih berat dari ini," ucap Sakura dengan senyuman miringnya dan Tenten hanya bisa menganggukkan kepalanya. Melihat Tenten yang sepertinya sudah paham, Sakura pun menyuruh kedua pelayan itu meninggalkan kamarnya. Ia butuh waktu, waktu untuk memproses apa yang sebenarnya tengah terjadi di sini.

Rewrite the Villainess' StoryWo Geschichten leben. Entdecke jetzt