🧩GAME START 🎮 : 05

950 52 0
                                    

Tuesday.

_

Nando mengumpat dalam hati sebab pukul 19.07 malam ia baru sampai di rumah, karena terjebak macet dan hampir jadi korban kecelakaan, Nando jadi terlambat pulang. Ponselnya juga tidak berhenti berdering sejak tadi, pasti kedua orangtuanya menelepon sebab khawatir.

"Ni motor mogok segala, ah makin ribet!"

Nando memilih mengabaikan ponselnya yang berbunyi dan terus mendorong motornya untuk masuk ke area komplek perumahan, sebentar lagi ia akan sampai di rumah.

Berjarak kurang dari 10 meter dari rumahnya, Nando mendengar dari halaman depan rumahnya begitu bising. Ia juga melihat ada sepeda motor terparkir di luar pagar rumah, sepertinya Nando kenal dengan kendaraan itu.

Nando mempercepat langkahnya dan mendorong motornya dengan sekuat tenaga, semakin dekat ia mendengar semakin jelas kebisingan apa yang ada di rumahnya.

Sesampainya dia di pintu gerbang depan yang terbuka lebar, Nando berkacak pinggang menghadap tiga orang yang ternyata itu adalah ibu, ayah dan Eric.

"Berisik tau, pada ngapain sih di luar?" cibir Nando sembari membawa motornya masuk ke halaman rumah.

Eric yang hampir dua jam lamanya menunggu di sana menghembuskan nafas panjang begitu melihat kedatangan Nando.

'Anak setan balik juga akhirnya.'

Sang ibu yang merasa khawatir setengah mati langsung menghampiri anak semata wayangnya, bukan untuk dipeluk melainkan menjewer telinganya hingga anaknya mengaduh kesakitan.

"Kamu tuh kemana aja, sih? Ditelpon gak diangkat, dichat gak dibales, ibu tanyain ke temen-temen kamu pada gak tau, suka kamu liat ibu uring-uringan kayak gini? Iya, suka?"

Nando meringis kala jeweran di telinganya semakin keras, ia merengek pada ibunya. "Aduh-aduh sakit, udah ibu ... iya-iya maaf janji gak gitu lagi."

Setelah Nando merengek baru lah sang ibu menjauhkan tangannya dari telinga Nando yang kini sudah memerah, wanita paruh baya itu menatap anaknya dengan mata menyipit.

"Dari mana kamu jam segini baru pulang?"

Nando melirik sekilas pada Eric yang berdiri di belakang ibunya, laki-laki itu malah mengangkat satu alisnya seolah ikut menanyakan hal yang sama.

"Abis nganter temen pulang sama dari rumah Zaky," ucap Nando lirih, ia merasa aura menakutkan keluar dari tubuh sang ayah yang sejak tadi menatapnya dalam diam.

Mata sang ibu semakin menyipit. "Temen? Siapa lagi temenmu? Kamu tau?" tanya ibu kepada Eric di belakangnya.

Eric menggeleng. "Gak tau, tante."

"Hah, jadi siapa? Cewe atau cowo?"

" ... cewe," jawab Nando dengan dada yang berdegup kencang, takut akan respon dari ketiga orang di depannya.

Baru pertama kalinya Nando membonceng seorang anak perempuan dan mengantarkannya pulang ke rumah karena biasanya dia selalu membonceng atau dibonceng oleh teman-teman laki-lakinya.

Teman perempuan Nando sangat sedikit, hanya Eric dan anak laki-laki lain yang tahu. Begitu Nando bilang habis mengantar pulang temannya apalagi perempuan, Eric berpikir keras, bukannya saat di sekolah tadi ia dan Nando pulang bersama? Siapa perempuannya? Apa Nando bohong?

"Siapa? Livia?" Tebak Eric dengan asal.

Nando menggaruk tengkuknya, ia menggengeleng pelan. "Bukan, itu si Vanessa"

"Oh." Raut wajah Eric datar.

Di dalam hatinya dia menggerutu sebab untuk apa Nando mengantarkan perempuan yang pernah mempermalukannya di sekolah.

GAME OVER : Who's The Winner?[✓]Where stories live. Discover now