Kembali ke kejadian beberapa menit sebelumnya, sebelum kebisuan ini terjadi. Freen memohon kepada Becky untuk mendapatkan kesempatan berbicara berdua dengannya. Menyelesaikan kesalahpahaman diantara mereka. Setelah sedikit memohon, Becky akhirnya mengiyakan permintaan Freen. Becky meminjam kunci mobil yang sering mengantar jemput mereka saat berkegiatan. Becky ingin berbicara di ruang tertutup tanpa ada intrupsi dari siapapun. Becky sadar, ada banyak mata yang memperhatikan setiap gerak gerik mereka. Salah bersikap sedikit saja, rumor buruk akan menyebar. Becky tidak ingin mengambil resiko itu. Becky khawatir dia tidak bisa mengontrol emosinya hingga terjadi perdebatan sengit antara dirinya dan Freen. Karena saat ini Becky benar-benar diselimuti perasaan marah dan kecewa oleh sosok wanita yang selama ini dicintai dan diharapkannya.
Freen seperti anak ayam yang mengekori Becky dari belakang dengan wajah tertunduk penuh kekhawatiran dan takut. Ekspresi Becky saat ini sangat serius. Benar-benar menyeramkan.
“Aku minta maaf” Ucap Freen membuka pembicaraan sesaat setelah mereka memasuki mobil hiace hitam tersebut.
“.....” Becky hanya diam. Tidak ada respon sedikitpun. Ekspresinyapun sangat datar.
“Maaf karena aku menghilang setelah kejadian itu. Maaf karena aku tidak memberimu kabar. Maaf karena mengabaikan pesan-pesanmu. Maaf karena membiarkanmu menunggu sendirian di apartementku. Aku bersumpah, sedikitpun tidak ada niatan untuk mengabaikanmu. Aku punya alasan yang tidak bisa ku ceritakan. Maaf.” Freen hanya bisa menunduk tanpa berani menatap ke arah Becky. Bukan karena dia takut. Namun saat ini dia merasa sangat rendah dan hina di hadapan Becky.
“Seperti biasa. Selalu ada alasan yang tidak bisa kau ceritakan. Lantas buat apa kau ingin menjelaskannya dan menyudahi kesalahpahaman ini kalau alasan pentingnya pun tidak bisa kau ungkapkan?” Suara Becky terdengar sangat datar. Tidak ada penekanan, bukan berarti dia tidak marah. Namun dia berada di puncak kemarahannya. Dimana dia sudah sulit untuk mengekspresikannya. Dan Freen sangat tau itu. Bagaimana wanita yang dulu sangat dekat dengannya ini menunjukkan amarahnya.
“Maaf” Kembali, hanya kata maaf yang bisa keluar dari mulut Freen.
“Aku menyerah Freen. Sepertinya memang tidak ada kesempatan lagi untukku. Apa yang terjadi beberapa hari terakhir ini sepertinya hanya semu. Hanya aku yang menikmatinya. Tidak denganmu yang menganggap semuanya adalah kesalahan. Aku benar-benar sudah hilang dari hatimu. Keyakinanku salah. Sejak awal aku memang tidak pernah ada dan tidak berarti buatmu. Jika aku berarti, mungkin tidak akan ada alasan yang sulit untuk kau ungkapkan. Jika kau menginginkan hubungan ini, mungkin bukan permintaan maaf tentang kejadian baru baru ini yang akan aku dengar, tapi penjelasan tentang semua sikapmu selama ini. Tentang alasan-alasan kau menyakitiku.” Becky kali ini menengok ke arah Freen yang sedang tertunduk. Hatinya sakit saat harus menyerukan kekalahan di hadapn Freen secara langsung. Keyakinannya untuk meluluhkan Freen telah memuai bersamaan dengan ucapan Freen beberapa saat lalu. Disaat dia mengungkapkan bahwa apa yang terjadi diantara mereka hanyalah kesalahan.
Freen menutup matanya. Hatinya terasa sakit mendengar Becky ingin menyerah. Padahal dia yang menginginkan hal tersebut. Dia tidak ingin Becky mengembangkan perasaannya jauh terlalu dalam. Karena Freen sadar betul jika situasi diantara mereka sudah jauh berbeda. Mustahil untuk mereka bersama. Lukanya terlalu dalam untuk bisa disembuhkan.
Bibir Freen kelu, tidak mampu merespon ucapan Becky. Entahlah, Freen dibuat bimbang dengan apa yang harus dilakukannya saat ini. Apakah dia harus membiarkan Becky menyerah, atau dia memperjuangkan Becky untuk bersamanya sekali lagi.
“Ayo kita selesaikan ini. Kita jalankan seusai skenario dari perusahaan. Aku tidak akan memberontak. Mereka ingin fanservice, aku tidak masalah. Aku akan melakukannya tanpa membawa perasaan seperti inginmu.” Becky memberi jeda kalimatnya untuk menarik nafas sejenak sebelum melanjutkan ucapannya.
YOU ARE READING
ITS NOT SAME ANYMORE (END)
FanfictionMerangkul dalam suka dan duka Saling memberi kenyamanan dikala gundah Menangis bersama disaat ada yang tersakiti Tiada hari tanpa bersama Seperti bulan dan bintang Namun kini semuanya berubah Hening, saling melewatkan dan enggan untuk menyapa Menjad...
AN HONESTY OF FREEN
Start from the beginning
