00. Prolog

300 15 0
                                    

Danuarta Rafasya KurniaSayang banget sama ibunya

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

Danuarta Rafasya Kurnia
Sayang banget sama ibunya. Baik sama semua orang. Pengin ketemu sama ayahnya lagi meski cuman sekali.

•••

"AHAHAAHHAHA......"

Tawa Danu menggelegar di kamarnya. Ia sedang menonton sebuah film yang bisa dibilang lucu di kamarnya. Dia menonton dari HandPhone yang diberikan tetangga karena kebaikkan dirinya sendiri.

Danu terus tertawa sampai tidak sadar bahwa ibunya berada di ambang pintu kamarnya.

"Danu..." Santi menegur Danu yang tertawa berlebihan.

"Hehe... Danu berisik ya, Bu?" Danu berkata seperti itu tapi wajahnya terlihat tidak berdosa.

Santi yang melihat Danu pun hanya geleng geleng kepala. Sekarang Danu kembali lanjut menonton di kursi meja belajarnya dan sang ibu masuk kemudian duduk di tempat tidur anaknya.

Santi merapihkan baju dan beberapa perlengkapan lain yang berada di kasur Danu.

"Kamu ya. Kan tadi, Ibu nyuruh rapihin ini semua. Besok kita berangkat pagi pagi loh."

Danu yang tadinya fokus pada HandPhone, langsung memandangi ibunya. Danu merasa malas untuk pergi besok.

"Bisa ngga sih kita ngga harus ke kota, Bu? Danu betah di desa," ujarnya lalu duduk di samping ibunya.

"Danu, kan nanti di kota, Ibu bisa dapet pekerjaan dan bisa nyekolahin kamu di sekolah yang bagus."

Danu merubah posisi duduknya menjadi berbaring dan menggunakan paha ibunya sebagai bantal. Santi yang tahu kebiasaan anaknya, langsung mengusap lembut kepala Danu.

"Tapi kan, Bu, sekolah di kota itu ngga sedikit biayanya."

Santi tersenyum "Nanti uang hasil kerja Ibu di kota kan bisa dipake buat biaya sekolah kamu. Lagian uang yang Ayah kamu kirim selama ini juga bisa dipake."

Wajah Danu berubah menjadi murung. "Mana sosok Ayah yang Ibu bilang selalu kirim uang? Kan Danu juga pengin ketemu Ayah. Apa sebenernya Ayah itu udah ngga ada?"

"Hiissh... Danu ngga boleh ngomong kaya gitu. Ayah kan lagi cari uang di luar kota buat kita. Nanti kalo Ayah libur juga dia pasti nemuin kita." Santi berusaha meyakinkan anaknya.

"Danu juga pengin ketemu sama Ayah, Buu.." Danu merengek seperti anak kecil.

Entah mengapa melihat Danu yang seperti ini membuat air mata Santi jatuh. Danu yang menyadari hal itu langsung merubah posisinya menjadi duduk.

"Ibu kenapa? Danu salah ngomong ya?" Danu mengusap lembut air mata ibunya.

Santi mengenggam erat kedua tangan Danu. "Danu ngga salah kok. Ibu cuman mau, Danu nurut sama Ibu. Kita pindah ke kota ya? Ibu janji bakal nemuin Danu sama Ayah suatu saat nanti."

Danu memgangguk dan memeluk ibunya. Kalo sudah begini, Danu tidak bisa menolak permintaan Santi.

Dan siapa sangka, di kota tempat Santi akan bekerja, hal hal besar telah menanti dirinya dan anak satu satunya.

•••

Saat ini Danu dan Santi sudah tiba di kota tempat Santi akan bekerja sebagai pembantu. Danu kagum melihat desain ruang tamu tempat majikan ibunya saat ini. Sangat mewah.

"Mba Santi bisa mulai kerja di sini besok," ujar seorang wanita yang diketahui adalah majikan Santi.

"Baik, terima kasih banyak, Bu Anita."

Anita mengalihkan perhatiaanya kepada Danu. "Nama kamu Danu kan? Sekarang kamu kelas berapa?"

Danu gugup untuk menjawab. "Ke-kelas 1 SMA."

"Kalo gitu kamu seumuran dong sama anak saya. Gini aja, untuk sekolah kamu biar nanti saya yang biayain. Kamu juga bisa berteman dengan anak anak saya," ucap Anita sangat ramah dan baik sekali.

"Tidak usah repot repot, Bu. Saya juga baru mulai kerja di sini besok. Masa Ibu mau biayain sekolah anak saya." Santi merasa tidak enak.

"Ngga apa apa. Kalian juga udah saya anggap seperti keluarga sendiri. Kalo gitu mari, saya antar ke kamar." Anita terlihat tidak ingin dibantah.

Anita, Danu, dan Santi berjalan menuju sebuah kamar. Saat sedang berjalan, Danu melihat dua orang lelaki yang sepertinya anak dari Anita. Danu pikir, mereka pasti orang baik.

Anita menghentikan langkahnya di depan sebuah kamar.

"Ini kamar kalian. Maaf ya cuman satu?" Anita membuka pintu ruangan tersebut.

"Tidak apa apa, Bu. Ini juga sudah cukup," ujar Santi sopan.

"Kalo gitu saya tinggal ya. Selamat beristirahat. Kalian pasti capek."

Setelah mengatakan itu, Anita pergi meninggalkan Danu dan Santi. Dengan segera mereka berdua masuk ke kamar tersebut untuk beristirahat. Hari hari yang panjang telah menunggu mereka.

•••

Halooo say.....

Untuk prolog segitu dulu aja ya...
Semoga kalian suka dengan cerita pertama aku.

Sekali lagi cerita ini murni dari pikiran aku sendiri. Jadi, apabila ada unsur kesamaan itu murni tidak disengaja. Untuk yang suka sama cerita aku boleh vote, komen, dan simpan cerita ini di library kalian yaa☺️☺️☺️

Segitu dulu aja yaa..
Dadaahh🤗🤗🤗

[√] KenyataanTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon