Ke Pantai Bersama Bass

125 18 0
                                    

"Aku ingin menjemput Atla, ini sudah malam. "

"Sepertinya mereka sudah tidur. "

Tio mengikuti langkah Eri menuju kamar putranya. Salahkan Deo yang lupa menjemput Atla, padahal dirinya sudah mewanti-wanti sebab Tio harus mengurus sesuatu terlebih dahulu.

Tapi nyatanya, Deo lupa menjemput Atla. Alhasil Tio lah pulang dari suatu tempat langsung menuju kediaman Eri.

Ketika pintu kamar dibuka, benar ternyata kedua remaja itu sudah tertidur pulas.

"Kau ingin tetap membawanya pulang?"

"Ya, besok akan bertemu dengan bundanya. "

Eri mengangguk, meskipun kentara perbedaan umur mereka. Akan tetapi keduanya lebih dari pada rekan kerja, bahkan Eri mengetahui kehidupan Tio bagaimana.

Lantas dengan perlahan Tio memangku Atla, namun tak sampai beberapa menit anak itu bangun, "Ayo pulang Nak. "

Dengan kesadaran yang belum sepenuhnya, Atla tanpa berbicara mengikuti langkah Tio. Bahkan ia tidak berpamitan dengan Eri, saking ngantuknya.

Sampai di mobil, Atla kembali memejamkan matanya dan Tio membawa kepala putranya untuk tidur di pahanya. Ia menatap lekat wajah putranya, tak lupa surainya ia usap lembut memberikan kenyamanan.

"Maafin ayah nak, belum bisa melindungimu. Tapi ayah akan berusaha menjauhkan kamu dari tua bangka itu!"

Sampai tidak terasa, mobil sudah memasuki pekarangan rumah. Tio memangku putranya yang kali ini tidak terbangun sama sekali, mungkin sudah bermimpi indah.

"Buddy ku ..."

"Diam kau!"

Deo menatap sinis kakaknya, baiklah kali ini dirinya mengaku salah meskipun tidak salah-salah banget. Tapi ia bersalah kepada keponakannya tersayang itu, tidak menjemput.

Ia mengikuti langkah kakaknya menuju kamar Atla, bahkan membukakan pintunya sebab melihat Tio kesusahan yang sedang menggendong Atla.

"Bagaimana kau akan memberitahunya besok?"

"Aku sudah punya rencana, dan siap menerima resikonya. "

"Apakah mereka akan langsung menemui Atla?"

Tio menggusur adiknya, keterlaluan sekali melontarkan banyak pertanyaan di kamar Atla, sang empunya sedang tertidur lelap. Bagaimana jika putranya bangun? Tolol.

Maka keduanya pergi ke kamar Tio, "Mereka tidak akan menemuinya langsung. Aku yang akan memberitahunya terlebih dahulu. "

"Aku ingin sekali membunuh tua bangka itu, Kak. "

"Tentu, aku pun begitu. Persetan mereka keluarga ataupun bukan!" Kilatan amarahnya tiba-tiba muncul dan terlihat jelas dalam matanya.

"Keluar, aku ingin tidur. "

"Aish! Sialan. " Deo keluar dengan menutup pintu kencang, membuat sang empu mengumpat. Dirinya seperti anak kecil terus-terusan bertengkar dengan Tio, tapi bagaimana lagi kakaknya itu yang selalu memancing emosinya.

***

"Selamat pagi, Nak. "

"BUDDY!"

"Ashh ..." Tio melemparkan sendok dan mengenai dahi Deo.

"Masih pagi, kau jangan teriak-teriak!" bentaknya.

Atla yang sudah duduk disamping Tio, sudah biasa sekarang melihat hal tersebut. Awalnya memang terkejut dan sedikit aneh, tapi sekarang sudah biasa.

MISTERI LAUTWhere stories live. Discover now