10-Reynindi Remita Aldian

24 4 0
                                    

Halooo semuanyaaaaa balik lagi sma cerita semesta, selamat membaca

Typo bertebaran........ .

333333333333

Semesta menatap pantulan dirinya di cermin, mengangguk mantap. Yah dirinya mencoba yakin untuk menggerai rambutnya kali ini karena selama ini semesta selalu mengikat satu rambutnya ke belakang.

Namun, satu hal membuatnya ragu apakah ini tidak akan menjadi masalah besar baginya nanti?. Semesta terkekeh miris bukan tanpa alasan dirinya selalu mengikat satu rambutnya kebelakang selain alasan nyaman karena rambut hitam panjangnya itu tidak menganggu aktivitasnya tapi ada hal lain yang memang membuatnya harus melakukan itu.

Nada dering nontifikasi membuat gadis yang terlihat murung itu melirik ponselnya tertera panggilan atas nama samudra membuatnya segera mengangkat telpon laki laki itu.

Semesta berdeham pelan
"Ya, lo udah di depan? "

Terdengar gumaman di seberang telpon
"𝘐𝘺𝘢, 𝘨𝘶𝘦 𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘥𝘪 𝘥𝘦𝘱𝘢𝘯". Jawab laki laki itu. Semesta memutus sambungan telponnya mengambil tas nya dan turun untuk menemui samudra.

Samudra menoleh ketika mendengar langkah kecil yang dia yakini itu adalah langkah semesta. Untuk sesaat samudra terdiam melihat semesta yang terlihat sangat cantik hari ini, meskipun semesta cantik setiap saat menurutnya tapi semesta yang menggerai rambutnya terlihat sangat sangat cantik.

Rambut hitam bergelombang nya ya, samudra memang suka saat rambut gadis itu digerai seperti ini.

Semesta tersenyum, menatap samudra yang duduk di atas motornya.
" Sorry nunggu"

Ucapan semesta membuat samudra kembali dari keterkagumannya, laki laki itu mengangguk mempersilahkan semesta untuk naik ke atas motornya.

Senyum tipis samudra terlihar saat semesta sudah duduk di motornya
"Tumben ga diiket" Ucap laki laki itu. Semesta menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal dirinya sebenarnya ragu tapi entah mengapa hari ini dia ingin sekali menggerai rambutnya.

"Kenapa ga cocok ya? " Pertanyaan itu membuat samudra menggeleng pelan "lo malah keliatan lucu". Semesta terkekeh menepuk pelan pundak samudra "bisa aja lo". Samudra menggedikan bahunya acuh mulai menjalankan motor nya.

Tak ada satupun obrolan yang ada diantara semesta dan samudra mereka fokus dengan pikirannya masing masing semesta yang sibuk menatap indah nya langit yang cerah hari ini dan samudra yang fokus membawa motor nya.

Semesta menghela nafas pelan menyandarkan kepalanya pada punggung tegap samudra. Pikirannya melayang entah kemana dan tentunya selalu fikiran tentang hal hal negatif. Bagaimana jika dirinya tidak bisa bertahan, bagaimana jika penyakitnya semakin parah, bagaimana cara mendapatkan hati sang papah dan bagaimana... Jika dirinya harus meninggalkan samudra. Semesta takut jika dirinya pergi makan samudra tidak akan bisa menerimanya.

Samudra melirik semesta tapi laki laki itu hanya diam dirinya tau pasti gadis itu sedang memikirkan beban beratnya samudra tau jika semesta sangat rapuh ats dirinya sendiri. Semenjak samudra melihat gadis itu menangis dia paham apa yang gadis itu lewati dan apa yang gadis itu rasakan walau semesta tak bicara atau bercerita apapun tentang kehidupan nya.

Satu hal yang samudra takutkan ialah semesta menyerah dan pergi meninggalkannya karena samudra benar benar egois untuk mempertahankan semesta walau tanpa adanya ikatan apapun.

Broken WorldWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu