5-luka samudra

25 12 4
                                    

𝘙𝘢𝘨𝘢 𝘯𝘺𝘢 𝘦𝘮𝘢𝘯𝘨 𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘨𝘢𝘢𝘥𝘢 𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘥𝘪 𝘤𝘢𝘳𝘪, 𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘴𝘰𝘴𝘰𝘬 𝘯𝘺𝘢 𝘣𝘢𝘬𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘶𝘴 𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱 𝘥𝘪 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘩𝘢𝘵𝘪.
̶R̶e̶y̶n̶i̶n̶d̶i̶a ̶s̶e̶m̶e̶s̶t̶a ̶a̶l̶d̶e̶o̶n

3³3³3³3³3

Ketemu lagiii, jangan bosen bosen yaa jangan lupa komen sama vote nya. Makasih yang udah bertahan sama chapter nya. Tetep ikutin chapter nya sampe akhir yaaaa
Happy readingggg 😉

3³3³3³3³3

Semesta memperhatikan samudra yang sedang memakan bakso nya. Laki laki itu selalu terlihat tenang, wajah nya memang tampan tapi sikap nya yang cool itu membuat nya makan di sukai oleh banyak orang. Semesta menghela nafas pelan, apa yang di sukai dari samudra???

"Dra" Samudra menatap semesta sekilas lalu melanjutkan aktifitas melahap bakso nya kembali. Semesta yang melihat itu lagi lagi menghela nafas pelan, ya gadis itu tau samudra tak suka di ganggu saat diri nya sedang makan. Sedangkan semesta? Gadis itu sudah selesai makan dari tadi.

Samudra menatap semesta yang kini sedang memainkan ponselnya.

"Lo tadi mau ngomong apa? " Semesta mengalihkan pandangannya menatap samudra dengan pandangan serius.

"Gini ya tuan samudra yang terhormat" Semesta menjeda sebentar ucapannya,

"Lo gaboleh gitu lagi dra"

Samudra menatap heran semesta "Apa?"

"Kalo orang itu sakit hati gimana? "

Samudra memutar bola mata malas

"Dra, gue ngomong sama lo-"

"Diem, gue gamau bahas yang tadi, kalo lo gamau diem. Gue cium lo!" Ancam samudra.

Semesta kicep, gadis itu langsung mengalihkan tatapannya
"Emang lo ga tertarik apa? Dekel tadi manis ko, baik, ramah lagi. Satu kantin aja liatin dia semua tadi"

Samudra menghela nafas pelan "Gue gamau lo terlalu mikirin orang lain ta"

Semesta menoleh menatap heran samudra "Maksud lo?"

Samudra menatap semesta dengan pandangan yang sulit diartikan "Lo suka gue kan?"

Semesta menatap samudra dengan pandangan cengo, sedetik kemudian gadis itu tertawa

"Gue? "
" 𝘓𝘰 𝘣𝘦𝘯𝘦𝘳 𝘥𝘳𝘢, 𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘨𝘶𝘦 𝘨𝘢𝘣𝘪𝘴𝘢"

"Suka ko"

Samudra menatap semesta "Se-serius lo? "

Semesta mengangguk "Lo baik gue suka".

Samudra menghela nafas pelan " Dasar, cewe ga peka! "

"Dih, ngaca kali. Lo tuh lebih gapeka, so cool lagi. Dasar kutub utara! "

"Gue manusia bukan wilayah. Lagian gue ga tertarik sama cewe kaya dia, keliatan banget punya muka dua"

"Jangan gitu dra, kemakan omongan sendiri tau rasa lo"

Samudra menggerakan pundaknya acuh "Lagian kenapa gue harus tertarik sama cewe lain, kalo lo aja udah cukup buat gue. Menurut gue lo udah cantik ta. Jadi gue ga tertarik sama cewe mana pun".

Semesta tersenyum tipis "Bisa ae lu!"

Samudra mendecih pelan
"Bilang aja kali kalao salting"

Semesta mengernyit jijik
"Idiiih najis, hadeh mending gue sunghoon enhypen deh"

Samudra memutar bola matanya malas
"Ngimpi aja terus"

"Suka-suka gue" Ucap semesta seraya mendecih pelan, mengabaikan perkataan samudra padanya.

"Emang gue dingin ya? "

Pertanyaan itu membuat semesta terkekeh kecil "Menurut gue si ga, malah lo lebih hangat dari papa gue" Semesta menatap langit siang hari yang terang.

Samudra mengajak nya makan di rooftop tadi.

Samudra tersenyum tipis "Gue salut sama lo, ta"

Semesta menatap samudra
"Keren ya gue? "

Laki laki itu mengangguk " Lo bisa senyum selebar itu"

"Senyum mah gampang dra, tinggal senyum"

"Tapi senyum lo palsu"

Semesta menggeleng "Lo salah! Walaupun emang gue senyum di atas luka gue. Tapi gue gapernah beranggapan itu senyum palsu, yang palsu itu topeng gue tapi ga senyum gue"

Samudra memandang semesta dengan tatapan jenaka "Oh, jadi muka cantik lo ini, cuma topeng?"

Semesta menatap samudra dengan tatapan lelah nya "Terserah lo dra, terserah"

Samudra terkekeh kecil. Sedetik kemudian laki laki itu mengubah raut nya menjadi datar

"Gue mau ke makam ayah"

Hening sejenak, perkataan bernada dingin itu sukses membuat semesta terdiam, suasana santai tadi seolah lenyap begitu saja. Bahkan angin yang terasa tadi berubah menjadi terasa lebih dingin.

Semesta menoleh, menatap samudra dengan pandangan yang sulit di mengerti

"Lo kangen ayah rensa? "

Samudra hanya diam namun semesta mengerti.

"Ok, gue temenin. Lo ga sendiri"

Samudra menghela nafas pelan
"Makasih ta"
Semesta mengangguk.
Gadis itu tersenyum hangat "Forever"

3³3³3³3³3

Semesta menatap sendu punggung samudra yang bergetar hebat, gadis itu hanya diam membiarkan samudra menangis. Meluapkan semua rasa sakit yang laki laki dingin itu tutup dengan rapat.

Samudra beralih menatap semesta yang duduk di samping nya.

Laki laki itu memeluk semesta erat, gadis itu membalas pelukannya mengusap lembut punggung tegap samudra yang bergetar hebat.

Air matanya luruh saat melihat keterpurukan samudra yang hanya laki laki itu tunjukan padanya.

Hanya pada semesta dan hanya gadis itu yang mengetahui segala lukanya.

"It's ok gapapa, lo keluarin aja semuanya gue disini, selalu disini, disamping lo. Jangan berlarut larut dalam keterpurukan lo boleh terpuruk, lo boleh sedih, lo boleh kecewa, lo boleh marah sama diri lo sendiri. Tapi jangan lupa bangkit lagi, maafin diri lo lagi, berdamai sama diri lo lagi, jangan sampe lo benci sama diri lo sendiri. Jangan selalu nyalahin kalo lo penyebab semua ini, lo ga sendiri. Ayah rensa sayang sama lo, ayah rensa sedih liat lo kaya gini, lo harus bisa ikhlas gaada yang bisa kita lakuin atau kita tentang dra, ini semua takdir yang bisa kita lakuin cuma do'a. Lepas dengan rasa ikhlas, raga nya emang udah gaada lagi saat lo cari, tapi kenangan, kasih sayang, nasihat, amanah, dari sosok nya bakal terus ada dan hidup di hati lo. Kita yang hidup bisa mengenang orang yang udah gaada, melepas bukan berarti meninggalkan, mengikhlaskan bukan berarti melupakan. Karena kenangan itu gaakan pernah mati selagi lo masih hidup" Semesta mengusap pelan rambut halus samudra yang lepek karena guyuran air hujan.

"Tetep bertahan ya? Lo ga sendiri, masih ada gue sama bunda ayah rensa juga selalu ada buat lo, di hati lo, ayah rensa tetep hidup di dalam sana".

Semesta tersenyum tipis, suara tangis samudra tak terdengar karena hujan yang semakin deras, yang semesta dengar adalah ucapan terimakasih samudra sebelum laki laki itu tak sadarkan diri. Lagi lagi tak sadarkan diri dalam pelukannya.

Di tengah guyuran hujan yang semakin deras, semesta tersenyum mengangguk ramah pada "sosok" Tampan yang ada di belakang bunda niana yang sedang berjalan kearahnya.

Sosok ayah samudra yang mengucapkan  terimakasih kkarena selalu ada untuk putra semata wayangnya.

3³3³3³3³3³3









Gimana buat chapter kali ini? Jangan lupa vote sam komennya yaaa, tetep liatin alur nya sampe akhir 🙂🙂🙂
Selamat ketemu di chapter selanjut nyaaaaa😄😄😄😄








Broken WorldWhere stories live. Discover now