4-Airin reyana

35 13 2
                                    

Udah siap buat chapter kali ini????
Happy readinggg😊

3³3³3³3³3

Samudra menatap ponsel nya hampa, semesta belum membalas pesannya.

Gadis itu juga seakan menghindarinya. Ada apa dengan gadis itu? Apa yang sudah terjadi padanya?.

Samudra menghela nafas pelan, laki laki itu keluar dari kelas berjalan menuju lapangan untuk menetralkan fikirannya.

Netra samudra menangkap sosok yang sejak tadi ia cari, sosok yang sudah berhasil membuat nya khawatir.

" Ta! " Serunya sambil berjalan menghampiri gadis itu.
Ya, gadis yang berhasil membuatnya cemas adalah semesta dan hanya semesta dan bunda yang bisa membuatnya seperti itu.

"Ta!, Semesta!" Semesta hanya diam, gadis itu mempercepat langkahnya berpura pura tak mendengar samudra yang memanggil namanya.
Namun langkah Samudra yang lebih lebar berhasil menyamai langkah kecilnya.

Laki laki itu menarik pergelangan tangan semesta pelan hingga gadis itu berhenti.

"Lo kenapa ngehindar? " Tanya samudra, namun semesta hanya diam. Gadis itu menunduk tak ingin menatap samudra yang sedang memperhatikannya.

Samudra merundukan kepalanya, memperhatikan wajah semesta.

Laki laki itu mengernyit lantas menarik semesta untuk ikut dengannya.

Samudra membawa gadis itu ketaman belakang sekolah, ia mengerti apa yang baru saja semesta alami semalam.

Samudra menyentuh pelan dagu semesta agar menatap nya.

Dan, dugaan nya benar!.

" Ta, bibir lo kenapa? " Semesta menggeleng menyentak pelan tangan samudra yang menyentuh dagunya.
Samudra menghela nafas pelan, laki laki itu memandang semesta yang hanya diam dan berdiri membelakangi nya, samudra tau gadis itu tak ingin membuatnya khawatir. " Papa lo kesini?".

"Dra"

Samudra membalas nya dengan dehaman.

" Gue salah ya deket sama lo?" Ucap gadis itu pelan, bahkan nyaris tak terdengar " Gue cuma bisa nyusahin lo" Lanjutnya. Samudra menghampiri semesta, dia tau bahwa gadis itu sedang menahan tangisnya.

"Lo ngomong apa ta? Lo gapernah nyusahin gue".

Semesta memandang Samudra yang kini berdiri dihadapannya " Papa bener dra, gue cuma kegagalan, gue gabisa jadi apa yang papa gue mau, gue cuma bisa jadi benalu buat kehidupan orang lain"

Semesta menundukan kepalanya, mengatur tangisnya yang mulai sesenggukan.

Untuk sesaat samudra terpaku, baru kali ini samudra melihat gadis itu menangis di hadapannya. Selama ini gadis itu selalu berkata bahwa dia baik baik saja, tapi kali ini samudra melihatnya, melihat betapa lelah hati seorang semesta, betapa sakitnya luka gadis itu, betapa kesepian raga gadis yang selalu ceria itu, dan betapa rapuh nya gadis itu, samudra bisa melihatnya.

Samudra memeluk semesta mengusap puncak kepala gadis itu pelan, "Lo boleh nangis ta, jangan tahan tangis lo".

Semesta menggeleng keras dalam pelukan samudra "Gue gabisa dra, gue gabisa, gue gabisa kalo harus jauh dari lo, gue egois dra".

Samudra mengusap puncak kepala semesta. Mencoba menenangkan gadis rapuh itu. Mencoba menguatkan gadis itu bahwa dia tak sendiri.

" Shuuut, tenang ya gaada yang bisa jauhin lo dari gue, lo tenang aja gue akan tetep ada di samping lo"

"Tapi gue selalu nyusahin lo dra"

"Gue seneng lo nyusahin gue"

"Gue gabisa bales semua dra, gue ga berguna"

Broken WorldWhere stories live. Discover now