"Lain kali hati-hati ya, mami nggak mau kamu bawa maira keluyuran malam-malam lagi", pinta mami mita pada dimas yang masih tertunduk.

Dimas kemudian kembali ke kamarnya untuk menemani maira.

Maira baru sadar pukul delapan malam, dan langsung disambut kelegaan di hati dimas.

Mami mita berusaha sebaik mungkin memberikan perawatan terbaik untuk maira, selama maira di rumahnya.

Selama dua hari, mami mita selalu pulang tengah hari, meneruskan pekerjaannya di rumah, sambil memantau kondisi maira.

Menu makanan sehat untuk maira, juga mami mita siapkan sendiri.
Mulai dari sarapan bergizi, makan siang yang maira sukai, dan makan malam aneka macam kuliner khas solo juga mami mita berikan untuk mempercepat masa penyembuhan maira.

Dimas sendiri bertugas untuk selalu ada disamping maira dan membuat maira nyaman.

"Maaf ya, aku nggak tahu kalau akibatnya kamu jadi sakit saat aku sentuh kamu", ujar dimas di sore hari saat maira sudah membaik.

"I love you", ucap maira pada dimas.

Maira kemudian mencium pipi dimas, dan dimas tersenyum.

Mami mita yang baru mau masuk ke kamar dimas dengan membawa potongan buah-buahan, mengurungkan niatnya, dan menutup pintu kamar dimas yang terbuka lebar.
Mami mita hanya ingin memberikan privasi pada putranya.

Dimas dididik oleh keluarganya, bukan hanya dengan perlakuan manja, tapi juga dengan disiplin dan tanggung jawab, jadi mami mita yakin dimas tidak akan melakukan hal-hal ceroboh yang merugikan dirinya sendiri, ataupun orang yang dimas sayangi.

Begitu rona wajah maira kembali, mami mita mengijinkan dimas membawa maira pulang.

"Bawa mobil papa aja, nanti papa pakai mobil dinas kantor", ujar papa seno pada dimas.

Dimas dan maira kemudian pamit untuk berangkat ke jogja.

"Mi ada yang ketinggalan nih", ujar maira.

"Apa nak yang ketinggalan", tanya mami mita pada maira.

Maira kemudian mengangkat tangan kosongnya ke atas kepala mami mita.

"Crown mami, mami kan ratu", gurau maira pada mami mita.

"Bisa aja kamu", ujar mami mita.

Mami mita kemudian mencium kedua pipi maira, dan meminta maira untuk sering-sering main ke solo.

"Jalan ya mi", ujar dimas dari belakang kemudi.

"Hati-hati ya", pinta mami mita.

Dimas membawa mobil dan cintanya kembali ke jogja, meninggalkan tatapan penuh rasa sayang yang diberikan kedua orangtuanya.

Mengantar jemput maira, pulang pergi ke kampus, adalah salah satu wujud tanggung jawab yang dimas ingin tunjukkan pada maira.

Selama satu bulan penuh, dimas datang ke rumah maira setiap hari, tepat pukul tujuh pagi.

Sarapan dengan keluarga maira, bergurau dengan ayah maira, berbincang tentang sepak bola dengan kakak maira, juga mendengar cerita bu mona soal masa kecil maira, sudah menjadi rutinitas dimas setiap harinya.

"Semua anak ibu tuh cengeng dimas, tuh lihat banyak foto maira yang lagi nangis", ujar bu mona sambil memperlihatkan album masa kecil maira.

"Lihatin apaan", tanya maira yang baru bergabung di ruang keluarga dengan dimas dan ibunya.

Maira langsung merebut album foto yang sedang dimas lihat.

"Ibu nih, jahat banget masa foto-fotoku yang jelek aja yang di lihatin", ujar maira, sambil lari ke kamarnya membawa album foto yang dia rebut.

"Tenang, masih banyak yang lain", ujar bu mona pada dimas.

Bagi dimas, semua foto-foto maira saat kecil, terlihat imut dan menggemaskan.
Senyum maira juga masih sama, seperti saat dia berumur lima tahun.

Senin sampai jumat, dimas seringnya mengantar maira pulang pukul tujuh malam setelah makan malam bersama keluarga maira.

Sabtu dimas habiskan di studio kampusnya, dan hari minggu, dimas bisa seharian di rumah maira.
Kadang mereka pergi keluar, tapi seringnya, dimas membawa maira pulang ke kosnya setiap minggu pukul tiga sore.

Meski dimas masih takut menyentuh maira, tapi hasratnya tak membuat dimas berhenti mencumbu maira.
Dimas tetap menyentuh bagian atas tubuh maira seperti sebelumnya.

Seperti minggu malam ini, dimas yang sudah sepenuhnya telanjang, membawa maira duduk di pangkuannya.

Dimas melumat seluruh payudara maira seperti serigala lapar.

Dimas memang tidak punya nyali untuk melepas rok maira, ataupun celana yang menutupi mahkota maira, tapi bukan berarti dimas melupakan rasa yang bisa maira berikan saat willy di dalamnya.

***
 

After SunsetWhere stories live. Discover now