Part 10

64 12 12
                                    

Wanda membuka mata matanya dengan jantung berdegup kencang mengingat apa yang telah terjadi padanya saat keluar dari toilet bandara. Ia pun terduduk, melihat ke sekitarnya dengan mata menyipit karena cahaya matahari yang menyilaukan, menemukan dirinya berada di sebuah kamar antah berantah yang cukup bersih seperti ia tengah berada di sebuah rumah sakit. Wanda mengerutkan dahi. Apakah ia pingsan dan Ibu membawanya ke rumah sakit? Ataukah selama ini ia hanya berimajinasi karena sedang koma?

"Wanda! Kau sudah bangun?"

Wanda terkejut. Seorang pria kaukasian dengan tinggi semampai melompat ke hadapannya. Pria yang sangat tidak asing dalam benak Wanda, yang tengah menyunggingkan senyum lebar nan manis.

"Declan! Kau ingat aku?" Tanya pria itu membuat kedua mata Wanda terbelalak.

"Ah!! Waynne di mana? Apakah aku pingsan?"

Rentetan pertanyaan itu keluar dari mulut Wanda, sedikit memaksa Declan yang tengah berkacak pinggang di depannya sambil menggeleng-gelengkan kepala. Wanda pun mengernyitkan dahi, kedua matanya menyipit tajam ke arah pria itu.

"Don't you hate her, Wanda? Manusia keras kepala yang menyia-nyiakan kekuatannya?" Tanya Declan lirih sebelum nyengir melihat raut wajah Wanda yang penuh dengan keterjutan.

"Kau tidak perlu terkejut seperti itu, Wanda. Bukankah kau sudah pernah bertemu dengan orang yang sama seperti keluargamu?"

"Siapa kau!?" Teriak Wanda kesal berniat untuk turun dari kasur tetapi badannya terasa sangat lemas untuk beranjak dari sana. Kepalanya masih sedikit pening dan indera penciumannya tidak bisa bekerja dengan baik.

"Declan!" Seru Declan dengan sangat santai, "Declan Adams, kau ingat?"

Ingat. Rahang Wanda menguat, menahan diri untuk tidak menjawab pertanyaan retoris itu karena kini ia mengingat dengan jelas teman kerja Kakaknya yang baru ditemuinya beberapa hari yang lalu itu. Jelas Wanda kesal dengan pria itu, pria yang pastinya memiliki niat jahat kepadanya dan keluarganya. Apalagi saat mendengar pertanyaan Declan tentang 'orang-yang-sama-seperti-keluarganya'. Bukankah itu artinya Declan memiliki kekuatan?

"Apa kekuatanmu?" Tanya Wanda penasaran dengan nada tak gentar.

Kedua mata Wanda terbelalak saat tiba-tiba Declan bergerak seperti orang kesakitan dan tubuhnya melebar memunculkan tubuh lain yang memiliki bentuk yang sama seperti pria itu, yang kemudian terbelah layaknya amoeba.

"Say hi to me 3.0." Kata Declan pada Wanda dan Declan 3.0 itu pun melambaikan tangan dan berseru dengan ramah. "Hi Wanda!"

Sekujur tubuh Wanda bergetar. Pembelahan diri yang dilakukan Declan terasa sangat menyakitkan di matanya sampai ia tidak bisa berkata-kata, bahkan tanpa sadar satu tangannya terangkat membalas sapaan Declan 3.0--yang segera diturunkannya ketika tersadar jika ia tidak boleh terhasut sikap manis pria itu.

"Apa yang kau mau dariku!? Ke mana Waynne??"

"Hei... be calm, oke?" Declan menggerakkan kedua tangannya di depan dada, menyuruh Wanda diam lalu memanjangkan satu tangannya ke arah Declan 3.0 untuk bersatu kembali.

Tubuh pria itu benar-benar seperti Amoeba dan Wanda takjub melihat betapa mudahnya pria itu menyatukan dirinya kembali.

"Aku akui, cara kami memang cukup barbar dengan menculikmu di bandara... tapi kami baik, kok."

"Kami?"

Declan tersenyum hingga giginya terlihat saat mendengar keheranan Wanda yang tidak ada habis-habisnya. Saat Declan ingin menjelaskan sesuatu, tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka dengan cukup kasar, seorang pria yang wajahnya tidak jauh berbeda dengan orang Korea kebanyakan masuk memandang Declan dengan tajam.

Fly HighWhere stories live. Discover now