Perjodohan

13 6 0
                                    



“Saga!” Seorang gadis berhijab berteriak memanggil nama seorang pria yang ada di hadapannya. Pria yang di panggil menoleh, ia tersenyum lembut setelah tahu jika kekasihnya lah yang memanggilnya.

“Hasna?” gumamnya. Gadis itu berlari kecil menghampiri, rok panjang kebesaran yang ia kenakan berkibar saat langkah demi langkah mendekati Saga.

“Jangan lari-lari, nanti kamu jatuh!” tegur pria itu khawatir. Bukannya berhenti gadis itu malah tersenyum lebar.

“Kan ada kamu! Nanti kalau aku jatuh, kamu pasti akan dengan senang hati menangkapku,” ujarnya percaya diri. Saga hanya menggelengkan kepala.

“Jangan konyol! Nanti jatuh nangis!”
Hasna hanya tertawa. Saga menatap penuh cinta pada gadis yang telah bersamanya selama hampir dua tahun ini. Tangannya terulur untuk menarik pasmina yang Hasna kenakan karena anak rambut gadis itu terlihat.

“Kamu tidak pakai Ciput?”

“Pakai kok,”

“Kenapa anak rambutnya kelihatan? Benerin gih!”

“Ya namanya juga anak-anak, pasti bandel ‘kan?”

“Orang serius, dia-nya malah bercanda!”

“Hahaha ... jangan terlalu serius!”

“Ayo perbaiki!”

“Iya-iya, bawel!”
Hasna segera memperbaiki hijabnya, menarik sedikit Ciputnya yang ternyata mundur ke belakang. Mungkin saat ia mengenakan helm tadi tak sengaja ciputnya tertarik ke belakang. Saga akan memprotes jika ada yang tidak beres dengan dirinya. Meski hanya sehelai rambut yang tampak.

“Sudah,” ucap Hasna sembari memasang wajah sok imut.

“Bagus!”

“Gimana? Aku udah cantik ‘kan?
“Kamu itu akan selalu cantik di mataku.”

“Ah Saga bisa aja! Nanti aku terbang nih.”

“Janganlah. Ntar turunnya gimana?”

“Kamu yang gendong!”

Saga hanya tertawa kecil menanggapi. Keduanya berjalan beriringan menuju kelas. Saga mengantarkan kekasihnya itu sampai ke depan kelas, karena jurusan mereka berbeda.

“Aku ke kelas dulu ya, belajar yang benar.” Pesan Saga.

“Siap komandan!” Hasna meletakkan satu tangannya membentuk hormat. Saga hanya tersenyum kecil melihat sikap yang di tunjukkan Hasna. Keduanya berpisah, Saga pergi ke kelasnya sementara Hasna segera bergabung bersama temannya.

“Cie, yang makin hari makin lengket.” Goda Sheryl, teman dekatnya.

“Iya nih, bikin iri aja.” Denisa menyikut lengan Hasna.

“Apa sih kalian? Makanya cari pacar,” ujarnya seraya tertawa kecil.

“Kamu nyuruh aku pacaran? Bisa mati aku di gantung sama Bapak. Kayak nggak tahu aja gimana kerasnya Bapak. Nggak ada toleransi dalam berpacaran. Katanya hanya mengandung kemudharatan,” ujar Denisa sedih. Sebenarnya mereka tahu benar bagaimana kerasnya orang tua Denisa. Bahkan sebenarnya Hasna juga tidak di perbolehkan pacaran. Tapi karena karakter gadis itu yang keras, ia pacaran sembunyi-sembunyi di belakang kedua orang tuanya.

“Sama, aku juga nggak di bolehin pacaran. Kata Bapak sih pacaran itu dosa,” sahut Sheryl.

Hasna hanya tersenyum kecut mendengar ucapan kedua sahabatnya. Sebagai muslim Hasna pun sebenarnya tahu jika pacaran itu dosa. Tapi entah mengapa ia tidak bisa menolak ketika Saga mengajaknya pacaran. Menurutnya gaya pacaran mereka masih terbilang normal. Mereka tak pernah melakukan hal terlarang dan sentuhan fisik yang berlebihan selain berpegangan tangan. Hasna menyembunyikan hubungan mereka hampir dua tahun ini, dan ia yakin jika orang tuanya tahu maka habislah dia. Belum lagi perjodohan yang selalu di bicarakan sejak beberapa bulan lalu.
Hasna di jodohkan dengan seorang pria yang sudah beristri. Tentu saja Hasna menolak mentah-mentah permintaan orang tuanya. Tidak ada wanita di dunia ini yang mau menjadi orang ketiga dalam rumah tangga orang lain. Hasna gadis dengan pikiran yang maju, sementara ayahnya menganut patriarki.

Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai sosok otoritas utama yang sentral dalam organisasi sosial. Posisi laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan dalam segala aspek kehidupan sosial, budaya dan ekonomi. Ayah memiliki otoritas terhadap ibu, anak-anak dan harta benda. Hasna kerap kali kesal  melihat ibunya yang selalu patuh pada ayahnya. Bahkan untuk mengambil minum saja ibunya yang harus melayani ayahnya. Hasna tidak ingin mempunyai suami seperti itu nanti.
Baginya suami istri haruslah saling membantu. Tidak memberatkan satu sama lain. Seorang istri harusnya di sayangi, bukan di perlakukan seperti babu!

Hasna memarkirkan motornya di garasi, ia segera melepaskan helm dan masuk ke dalam rumah tak lupa mengucapkan salam. Seorang wanita paruh baya menyambutnya dengan senyum hangat. “Hasna, sayang. Kamu sudah pulang, nak?”

“Allhamdulillah, sudah Bu. Adnan mana?” tanya gadis itu seraya melihat ke dalam.

“Adikmu lagi makan,” jawab Ibunya.

“Bu ... Ambilkan Adnan minum!” terdengar suara adiknya dari ruang tamu. Hasna mendengus kesal, kelakuan adiknya itu sama saja dengan Ayahnya. Suka sekali memerintahkan Ibunya hanya perihal kecil yang sebenarnya bisa di kerjakan sendiri. Hasna mencegah Ibunya yang hendak mengambilkan adiknya minum.

“Biar Hasna aja, Bu.” Gadis itu berjalan terlebih dulu ke meja makan. Ia mengambil teko dan gelas yang berada tidak jauh dari adiknya.

“Emang tangan kamu ke mana? Teko sama gelas nggak jauh kok. Jangan suka nyuruh-nyuruh Ibu! Kamu itu udah besar. Udah kelas dua SMA! Masalah ngambil minum aja harus orang lain yang ngambilin,” ketus Hasna dengan tatapan tajam. Adnan mengangguk takut, ia segera mengambil sendiri teko yang berisi air dan menuangkannya ke dalam gelas.

“Awas kalo kakak dengar kamu nyuruh-nyuruh Ibu ngambil minum lagi.”

Adiknya hanya diam tak menyahut, jika sudah berhadapan dengan kakaknya nyalinya akan ciut. Hasna segera berlalu dari meja makan dan menuju kamarnya, merebahkan tubuhnya yang lelah di atas kasur. Tak berselang lama gadis itu tertidur hingga sore hari. Ia baru terbangun ketika terdengar suara ketukan di pintu kamar.

Tok ... tok ... tok
“Hasna,” panggil Ibunya. Gadis itu segera menyahut, tak lama Ibunya masuk.

“Sayang, bangun Nak. Sudah masuk Ashar, segera mandi dan sholat. Setelah itu kamu keluar, ada tamu yang ingin bertemu.”

“Tamu? Siapa Bu?” tanya Hasna penasaran.

“Sudah, cepat mandi dan sholat! Nanti kamu juga tahu.”

“Siapa sih Bu?”

“Ada yang ingin bertemu denganmu. Ibu pesan, jaga sikapmu nanti di depan Ayah dan para tamu. Suka atau tidak suka, jangan menunjukkannya dengan sikap bar-bar. Karena tamu adalah tamu, kita harus menyambutnya dengan baik,” ujar Ibunya sebelum pergi meninggalkan anaknya seorang diri. Hasna mendengus kesal, tanpa di beritahu ia juga sudah bisa menduga siapa yang datang. Tamu itu pasti pria yang akan di jodohkan dengannya.

“Arrgghh ... Kalau begini aku jadi pengen kawin lari bersama Saga.” Gadis itu mengacak rambutnya yang tidak mengenakan hijab. Meski dirinya sangat kesal, tapi Hasna tetap berjalan menuju kamar mandi.
Setelah mandi dan sholat, Hasna mengenakan gamis bermotif bunga kecil berwarna nude. Mengenakan hijab instan panjang berwarna senada. Ia segera keluar setelah siap karena tidak ingin jika nanti ayahnya akan marah padanya. Hasna berjalan ke ruang tamu dengan malas, samar-samar terdengar perbincangan hangat yang terjadi di ruang tamu. Semua mata tertuju padanya saat  Hasna sampai di sana.

“Ayo Hasna, duduk di sebelah Ibu.” Ibunya menepuk sofa kosong di sebelahnya. Hasna hanya menurut, ia duduk di samping Ibunya. Seorang laki-laki memakai sorban di kepala menatapnya tak berkedip, membuat Hasna jengah dan ingin sekali mencungkil matanya. Pria itu menyampaikan maksud kedatangannya yang tentu saja ingin melamarnya dan gilanya ia ingin menjadikan Hasna istri kedua.

“Maaf, saya tidak berminat menjadi seorang pelakor.” Tegas Hasna.

“Hasna! Jaga ucapan kamu!” bentak
Ayahnya.

Hasna ingin membantah, tapi peringatan dari Ibunya membuat gadis itu menahan lidahnya yang gatal ingin melontarkan kata-kata mutiara yang terpendam.

“Biar saya yang berbicara, siapa tahu Hasna mau mempertimbangkan.” Seorang wanita cantik yang sedari tadi diam di sebelah pria bernama Maulana itu buka suara. Ia menatap Hasna dengan lembut.

“Perkenalkan, nama saya Aisyah. Saya istri Maulana, apakah kita bisa berbicara dari hati ke hati?” Rahang Hasna terjatuh, ia menatap wanita cantik itu tak berkedip. Drama macam apa ini? Apakah istri pria ini ingin membujuk dirinya agar mau menerima perjodohan ini? Astaga! Hasna benar-benar tak habis pikir di buatnya.



Jurang KastaWhere stories live. Discover now