Jogjakarta, 15 Desember 2019
3 bulan pertama disini terasa banget beratnya. Aku berpatner dengan Ustadzah senior bertanggungjawab atas santri putri kelas 2 SMA. Untungnya ada Ustadzah Uma, sama sepertiku beliau juga ustadzah baru tahun ini. Sebelumnya aku tidak akrab dengan Ustadzah senior itu, panggil saja Ustadzah Vio. Namun alhamdulillah sekarang kita sudah akrab, entahlah karna apa. Tapi aku rasa Ustadzah Hasna-ustadzah senior juga. pernah bicara padanya.
Tanggal 20 nanti semua Ustadz dan Ustadzah akan berlibur bersama ke luar kota. Tepatnya Bandung. Yah, saat itu asrama libur karna libur semester dari sekolah. Tadi pagi aku, Ustadzah Mili, Ustadzah Syifa, dan Ustadzah Hasna mendatangi CFD yang ada di sekitar UGM. Membeli pakaian yang bisa jadi dipakai liburan nanti, tak lupa aku beli cumi bakar. Jajanan favorit aku. Pokoknya abis ini tiap ke CFD aku mau beli cumi bakar. Oh, sama es goreng, wkwkwk.
Btw, satu bulan terakir kedatang Ustadz dan Ustadzah baru, jumlahnya 3. Ada Ustadzah Putri, Ustadz Adam, dan Ustadz Fano. Mereka lebih tua dariku. Sepertinya aku dan Ian temanku dari pondok, yang paling muda di sini.
"Ayo Us ke center", ajak Ustadzah Lala. Teman kamarku.
Ohiya, kini kamarku pindah, tak lagi bersama Ustadzah Mili dan Ustadzah Syifa seperti yang di awal. Sekarang kamarku berada di lantai 3 nomer 10. Ada aku, Ustadzah Hasna, dan Ustadzah Lala. Ustadzah Hasna yang tidak jauh umurnya denganku, namun ia sudah lama di asrama ini. Dan Ustadzah Lala yang sudah lulus S1. Aku beranjak dari kasur. Ku simpan buku diary kecil berwarna pink itu ke laci ranjang. Memakai kerudung lalu menyusul Ustadzah Lala yang sudah menunggu di depan pintu sambil membawa sandalnya. "Udah siap, ayo Us", ajakku kembali.
Setelah sholat Isya kali ini, agenda selanjutnya ialah menonton bersama. Ah, aku jadi teringat nonton bersama di Pondok dulu. Duduk lesehan di depan Masjid dan membawa jajan untuk cemilan. Pengganti popcorn, pikirku dulu. Lampu mulai dimatikan, hanya satu lampu belakang yang dinyalakan. Ustadz-ustadz yang di depan mulai menata segala keperluan, hingga akhirnya film terputar. Film animasi Wreck-It Ralph 2. Aku sudah menunggu ini, film pertamanya sudah aku lihat saat di Pondok dulu. Aku mengambil duduk paling belakang, ikut menikmati seperti yang lainnya.
Sayangnya, film tidak terputar sampai habis. Jam sudah menunjukkan waktu istirahat anak-anak. Meski besok hari Ahad, namun aturan tetap aturan. Mereka harus kembali ke kamarnya masing-masing. Usai Center telah kosong dari anak-anak, aku dan Ustadzah lainnya masih mendekam sebentar disini. Mendekat ke Ustadz Adam yang menjadi operator tadi.
"Ustadz, antum tadi filmnya emang sudah punya atau lewat link ilegal? Itu baru rilis tahun kemarin kan Us?". Tanya ku
Ustadz Adam menangguk menatapku.
"Aku mau film tadi Us, boleh kan?" tanyaku sembari menunjuk layar proyektor tadi. Tak sengaja suara pintaku seperti aku berbicara kepada temanku dulu di Pondok. Aku rasa seperti merajuk?
"Ih coba tanya lagi, suaramu lucu. Kamu umur berapa to?"
Aku tersentak. Apalagi ini?
"19 tahun Ustadz". Jawabku dengan raut bingung. Ini tiba-tiba sekali beliau mengucapkan seperti itu. Beliau Ustadz Fano. Teman kampus Ustadzah Uma, yang sedang menempuh S2.
"Masih kecil ternyata, gemes banget. Mau jadi adikku nggak? Aku tu pengen punya adik cewek"
"Ih, Ustadz Fano ih", celetuk Ustadzah Mili terkekeh. Beliau sedikit terkejut dengan ucapan Ustadz Fano yang to the point tanpa ada rasa gengsi atau sungkan karna baru pertama kenal.
"Antum tuuu", timpal Ustadzah Hasna. Sedang aku? Aku hanya meringis bingung harus bereaksi seperti apa.
---
"Sa, kalau udah mau jalan keluar kabarin ya"
Itu Ian. Malam Minggu ini aku berniat ke Malioboro bersama Ian dan kedua teman SMP ku yang tepatnya berasal dari Jogjakarta. 2 hari setelah kepulangan dari Bandung, Ustadz-Ustadzah diperbolehkan izin pulang atau boleh menetap. Aku memilih menetap, menghabiskan liburan di Jogjakarta.
"Aku udah mulai jalan ini. Grab mobilnya udah nyampek ternyata". Balasku ke Ian
"Oke, aku juga udah keluar asrama"
Beberapa menit perjalanan akhirnya kita sudah sampai di Maliboro. Tepatnya di Nol Kilometer. Disana sudah ada Rais dan Lia, mereka duduk di kursi panjang yang sebelumnya sudah mengirimkan foto kepadaku, agar aku dan Ian bisa menemukan mereka dengan tepat.
"Udah makan?", tanya Rais
"Belum, cari makan dimana?", tanya balik Ian
"Ke angkringan mau? Pendopo Lawas. Tapi harus jalan ke sana dulu". Tawar Lia sembari menunjuk arah lurus ke depan.
"Tadi kalian parkir motor dimana emang?", tanyaku
"Di deket parkiran bus". Suara Rais menjawab sembari menggerakkan dagunya, menunjuk arah parkiran yang ia maksud. Oh, ternyata mereka boncengan tadi.
Tak lama setelah itu kami menyebrang dan berjalan menuju angkringan yang Lia maksud. Berjalan sembari bertukar cerita. Kami sudah lama tidak bertemu, seketika aku bersyukur dapat tinggal satu tahun ke depan di Jogja.
"Oh iya, nanti Tina sama Fia juga mau nyusul. Mereka masih beresin kos-kosan", celetuk Lia dipertengahan kami menunggu pesanan.
Aku membulatkan kedua mataku. "Tina? Aah, aku tidak sabar ketemu dia. Dia kuliah di UIN kan ya?"
Lia menganggukkan kepalanya. "Fia juga".
Aku tak sabar menuggunya.
to be continue~
YOU ARE READING
Maybe Hating You's The Only Way It Doesn't Hurt
RandomPerempuan 23 tahun itu mengelap kedua pipinya yang padahal air matanya saja tak turun karena sudah habis. Tawanya begitu miris dengan lagu terputar keras di earphone yang menyumpal kedua telinganya. Siapa yang harus ia salahkan sekarang? Dirinya sen...
