Enam (ending)

16 1 0
                                        


Issa terkekeh. 

Usai melakukan telfon dua kali -dengan 'Kakak itu' dan salah satu teman dekatnya. Issa menyenderkan punggungnya ke dinding kamar, memeluk boneka harimau yang ia sengaja beli agar bisa samaan dengan salah satu anggota grup Seventeen. Menatap layar handphonenya yang menampilkan history panggilan, ia tertawa kecil sembari mengusap pelan air yang tak sengaja jatuh dari mata kirinya. Beranjak dari duduknya, Issa mengambil laptop dan earphonenya di meja. Menyalakan musik dari youtube dan menyambungkan earphone ke laptop, Issa memilih lagu Stray Kids dengan volume 100. Senyumnya getir, menatap MV Back Door dengan layar penuh Issa masih menghapus air yang masih saja membasahi kedua pipinya itu. Selalu begini, saat emosional Issa tidak stabil ia menyiksa dirinya dengan mendengarkan lagu yang keras nan memekikkan telinga lalu menyumpalkan earphone di telinganya.

"Ya Tuhan, aku kenapa?"

Issa sama sekali tidak berniat untuk meneruskan rasa baper nya kepada laki-laki 5 tahun lebih tua darinya itu. Namun hatinya bertolak dengan pikirannya, walau sedikit ia menaruh rasa tapi sakit itu terasa amat nyata. Telinganya penuh akan suara keras dari vocal salah satu boy grup asal Korea Selatan itu namun yang terdengar mengambang di pikirannya hanya suara-suara percakapan dengan 'Kakak itu' dan temannya yang akan ia kenalkan dengan beliau. Nyatanya 'Kakak itu' sudah mengetahui identitas teman yang Issa hendak kenalkan dari Ian.

Dari Back Door Issa mengetik judul D-Day dari Agust D di kolom pencarian. Emosinya belum turun. Ia bingung harus menyalahkan siapa. Dirinya sendiri? Karena apa? Karena ia belum siap untuk melangkah ke jenjang lebih serius, hingga 'Kakak itu' memilih pilihan yang lain? Atau ia menyalahkan temannya itu? Karna temannya pernah mendengarkan curhatan Issa mengenai kedekatannya dengan 'Kakak itu' dan dengan mudahnya ia menerima ajakan 'Kakak itu' untuk bertemu 2 bulan kedepan? Atau lagi, ia menyalahkan 'Kakak itu' ? karena beliau sudah memberikan sebuah perkataan yang mirip dengan janji manis bagi Issa. Tapi nyatanya? 'Kakak itu' melupakannya. Sebentar, melupakannya atau pura-pura lupa?

Issa menanyakan itu.

---

Issa menggenggam handphone putihnya dengan erat. Kini ia duduk dengan 2 orang laki-laki di depannya, dan temannya -panggil saja Kirana. Duduk di samping kanannya. Perjanjian 2 bulan lalu berlangsung malam ini di salah satu kafe pusat kota. 3 matcha dan 1 Red Velvet dingin sudah menemani setengah gelas percakapan ringan malam ini.

"Dek Kirana mau mesen makan nggak?", pertanyaan itu muncul dari bibir tipis 'Kakak itu'. Ah, panggil saja sekarang Fano, laki-laki berumur 28 tahun.

"Ehm". "Mbak Issa, gimana kalau kita pindah meja? Biar...". Ucapan teman Fano itu sengaja terhenti, matanya melirik Fano dan Kirana.

"Aaaa". Bibir Issa sedikit terbuka dengan kepalanya yang mengangguk-angguk. Ia paham maksud kode dari laki-laki duduk di depannya ini. "Oke, kita geser aja ya Kak".

Teman Fano itu mengangguk. Setelah itu mereka berpindah meja

"Makasih Ga", ujar Fano kepada temannya, Raga.

"Jadi Kak Raga ini teman kuliahnya?", tanya Issa setelah duduk di kursi baru. Lidahnya terasa kelu untuk menyebutkan nama laki-laki yang sekarang ada di depan Kirana itu.

Raga mengangguk. "Mau pesan sesuatu?". Issa menggeleng, cukup segelas red velvet dingin yang memenuhi perutnya malam ini.

"Jadi, gimana Kak Raga bisa ketemu istrinya? Beliau tau kalo Kak Raga ke sini buat ini?", tanya Issa dengan pandangan yang bersemangat. Sejujurnya ia sengaja memilih pertanyaan yang sekiranya akan menimbulkan jawaban yang panjang. Ia malas berbicara. Dan seketika lawan biacaranya yang ia kenal 30 menit lalu mengukir senyumnya dan memulai cerita panjangnya.

"Oh Tuhan, is this over?"

"Maaf, setelah ini aku membencimu"

Selesai.

.

.

.

yeaayy, terimakasih sudah mau membaca karya iseng ku ini. Hehehehe

fun fact ini kisah nyata :'), sekarang pemeran Issa katanya sering dengerin lagu Jungkook Hate You 

Semoga kisah Issa gak terjadi sama kalian ya. Aamiin

Maybe Hating You's The Only Way It Doesn't HurtМесто, где живут истории. Откройте их для себя