Gak! Bukan gue yang aneh, tp cowo gue yg aneh! Bayangin ya, betapa tebelnya kesabaran gue punya cowo yang dinginnya melebihi suhu dingin di Kutub Utara. Gak juga sih. Dia sebenernya care, cuma gak keliatan aja. Belom liat aja lo gimana dia lagi mode...
"Ya gak lah, kan sekalian. Lagian abang sama laki gue baru landing nanti malem."
"Boleh deh. Bentar ya, gue beresin ini dulu" - Dea.
"Santai. Yang jemput juga belom dateng kok, duduk aja sini" gue senyum.
"Han, lo yakin yang jemput supir kantor?" - Dea.
"Yakinlah! Abang sendiri yang bilang tadi."
"Coba tengok dulu," Dea muter badan gue ke arah parkiran mobil.
¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.
"Siapa tuh?"
"Supir kantor," - Dea.
"Eh bentar," gue pertajam lagi penglihatan gue.
"Supir kantor kan?" Dea ketawa.
"Sembarangan! Laki gue itu!" Gue langsung lari ke arah Coups terus meluk dia.
"Aduh! Jangan lari-lari dong. Nanti kamu jatuh gimana?" Coups langsung meluk gue.
"Jahat banget sih kamu! Pake boong segala landingnya malem!"
"Ya emang rencananya malem. Tapi aku minta ubah jadwal penerbangan sama Wonwoo tadi, untung masih bisa. Kangen ya?" Coups senyum sambil natap mata gue.
"Gak. Kamu boong soalnya."
"Oh ya udah, aku balik lagi deh" - Coups.
"Eh jangan!" Gue eratin lagi pelukannya.
"Yuk, kita pulang. Aku punya hadiah buat kamu," - Coups.
"Eh, tunggu. Aku panggil Dea dulu, dia mau pulang bareng tadi."
"Gak usah, gue udah disini" - Dea.
"Jadi pulang bareng kan?"
"Jadi, tapi turunin gue di rumah mertua ya. Agak jauh sih dari arah pulang kalian. Gak papa kan?" - Dea.
"Gak papa. Ayo," - Coups.
"Mobil baru?"
"Eh iya, gue baru sadar" - Dea.
"Mobil baru, yang?"
"Udah lama, cuma disimpen aja di kantor" - Coups.
"Pantesan gak pernah liat. Kenapa disimpen di kantor?"
"Biar garasi rumah gak penuh," Coups senyum terus fokus nyetir lagi.
"Bentar. Emang di rumah lo ada berapa mobil?" - Dea.
