16. Na : • - • / • - / • • • • / • - / • • • / • • / • - (2)

Start from the beginning
                                        

"Botol kimia?" Karina mengulangi ucapan Zay. "Ukurannya kayak gimana?"

"Kira-kira segini," ujar Zay menggambarkan sebesar apa botol kimia itu dengan ibu jari dan telunjuk.

"Ada berapa?"

"Setelah pecahannya digabungkan, ada dua botol katanya."

Karina semakin tenggelam dalam pikirannya. "Lo mau usut ini karena apa?"

"Tadi saya sudah bilang karena merasa janggal. Tapi, selain itu saya juga dapat kabar forensik nggak menemukan mayat tiga perempuan yang katanya terjebak dalam kebakaran itu. Itu artinya, kemungkinan besar mereka masih hidup dan berhasil kabur 'kan? Jika benar begitu, saya bisa bertanya pada mereka siapa yang menyebabkan kebakaran itu terjadi."

"Lo keliatan penasaran banget sama siapa penyebab kebakarannya. Ada apa? Lo punya sangkut pautnya juga kah?" curiga Karina kembali muncul.

Zay cengegesan. "Kalau ini kamu mau percaya atau enggak saya nggak maksa ya. Sekitar satu tahun yang lalu tiga bulan sebelum hari kejadian, saya lagi tunggu keberangkatan pesawat di bandara dari Inggris menuju Indonesia saya nggak sengaja menguping pembicaraan seorang perempuan dengan tiga temannya. Saya tau betul dari suaranya, dua perempuan dan dua laki-laki. Katanya, mereka ingin menghabisi nyawa tiga orang sekaligus karena merasa terganggu dengan keberadaan tiga orang itu.

"Ah ya, kalau tujuan asli saya, saya ingin mengusut ini sampai tuntas karena kasian pada calon korban yang ingin mereka bunuh. Sampai sekarang, saya beranggapan empat orang itu adalah para pelaku yang menyebabkan kebakaran hotel Goralliswa terjadi. Itu artinya, tiga perempuan yang terjebak itu adalah para korban yang nggak bersalah tapi kena imbas dong."

"Serius?" tanya Karina.

Zay mengangguk.

Karina menjadi ambigu. Akhirnya, perempuan itu mengembuskan napas panjang, lalu berkata, "ayo kita sama-sama selesaikan."

"Eh?" Zay terlihat tidak percaya Karina akan mempercayainya.

"Gue butuh banyak informasi dan bantuan lo, dan lo butuh gue sebagai pelengkapnya. Ayo saling melengkapi, Naren."

Zay tersenyum lebar dengan hangat. "Oke, Karina."

-• [Na] •-

Esok harinya, Queenna pergi naik motor dibonceng oleh salah seorang bodyguard yang disewa ayah ibunya demi keamanannya menuju GBK untuk berolahraga. Queenna ingin pergi berolahraga menikmati suasana pagi yang sejuk ini, namun, lima bodyguard laki-laki yang disewa ayah ibu Queenna tetap kekeh mau ikut meski Queenna sendiri menolaknya dengan alasan agar cari aman.

Meski sempat berdecak, menggerutu dan mengucapkan sumpah serapah, pada akhirnya Queenna menyetujuinya dengan berat hati. Padahal niat Queenna berolahraga sejenak untuk memisahkan dirinya dari para bodyguard yang selalu mengikutinya. Jujur saja, Queenna lumayan risih dengan perlakuan seperti ini, namun disisi lain dia juga merasa aman karena ada mereka. Bahkan, saat Queenna sekolah pun ada bodyguard yang bergilir berjaga dari jarak jauh SMA Darrielle memastikan keadaan lingkungan sekolah tidak mencurigakan dan tetap di zona aman.

Apakah kalian tahu mengapa Queenna bisa dapat perlakuan seperti ini? Itu disebabkan karena pekerjaan orang tuanya yang terbilang cukup terkenal. Ayahnya Queenna, Rivan Anggara sebagai CEO tegas, bijak nan pemberani dari sebuah perusahaan terkenal di Jakarta. Ibunya Queenna, Zevanni Alexandria, aktor blonde keturunan darah Itali pindah tempat tinggal ke Indonesia, kini tahun ini menempati posisi top nomor satu aktor tercantik di Indonesia. Meski pekerjaan kedua orang tuanya sungguh tersohor, Queenna sendiri memiliki keinginan sendiri untuk meraih cita-cita yang didambakannya, ialah menjadi seorang idol. Dia tahu itu tidak akan mudah seperti yang dipikirkannya, namun dengan segala jerih payah dia akan berusaha demi cita-citanya itu.

Jam sudah menunjukkan pukul 09.00, Queenna merasa jenuh dan akhirnya meminta para bodyguard untuk pulang ke rumah saja karena waktu olahraga Queenna sudah selesai. Mereka pun naik tiga motor ninja yang masing-masing diduduki oleh dua orang. Queenna dibonceng oleh leader bodyguard-nya yang bernama Felix Varleo mengambil posisi tengah di antara para bodyguard lain.

"Masih lama nggak, Lix? Gue bosen, anjay, pengen makan mie ayam jadinya deh," kata Queenna dengan rambut bule-nya yang tergerai akibat terkena terpaan angin.

"Nona mau mampir dulu ke warung yang jual mie ayam?" tawar Felix.

Queenna menganggukkan kepalanya cepat. "Mau dong! Mau!" jawabnya dengan cepat juga.

"Baik, nona."

"Bang Felix, sepertinya motor belakang kita seperti sedang mengikuti kita," ungkap seorang bodyguard lain yang ada di sisi kanan Felix dan Queenna.

-• [Bersambung] •-

Up dua kali hari ini!!

•••

•••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
MYSTERIOUS NaWhere stories live. Discover now