Prolog.

13 2 0
                                        

"Aku hanya menawarkan satu kesempatan spesial ini. Hanya untukmu, Ana."

Sudah kedua kalinya orang yang bertampang cukup tampan ini, meyakinkan ku. Menawarkan kan sesuatu yang tidak biasa dan tidak pernah kubayangkan sebelumnya.

"Bagaimana?"

Aku tertegun, menatap nya.

"Sebuah penawaran yang cukup memuaskan."

"Iya" jawabku dengan cepat. Masih dengan sedikit bingung. Namun, ini kesempatan yang tidak datang dua kali.

Pria tersebut menatap ku dengan senyuman puas.

"Baiklah, aku akan memproses nya. Jika semua sudah beres, Ana juga harus bersiap siap, ikut denganku."

Aku mengangguk pelan, dan masih berdiam. Melihat pria itu berjalan menjauh, menaiki sebuah mobil sedan, menghilang di tikungan jalan.

"Kurasa, ini akan menjadi hal yang baik. Ya kan?" Gumamku.

Lampu di pinggiran jalan menerangi tempat yang ku lewati, berjalan dengan lunglai menuju rumah.

"Motor, bagaimana dengan motor. Aku akan dimarahi mama." Gumamku, mengingat kejadian sore tadi.

Pintu terbuka setibaku di depan rumah, "Ana!" Panggil mama yang sudah dihadapan ku sekarang

Badan ku bergetar, mati lah aku.

Mata nya berkaca kaca, lalu memeluk ku. "Kita bebas, Ana!"

Aku hanya terdiam, bebas? Apa yang bebas. Mama memeluk ku, mimpi apa aku kemarin. Sungguh sesuatu di luar nalar.

Di belakang, terlihat adikku. Ray, memandang ku dengan curiga. Aku hanya menggerakkan bibir tanpa suara, "ada apa?" Ray menggedikan bahunya. Lalu melongos pergi.

"Semua utang kita lunas, Ana! Seseorang baik hati memberikan kita rumah dan sebuah toko kelontong." Mama melepaskan pelukannya, menatap ku lekat.

"Kita bisa memperbaiki hidup kita, Ana!" Dengan tatapan haru, mama tersenyum lebar.

Tidak denganku, masih berusaha mencerna keadaan yang terjadi sekarang.

Bentar, apa yang sebenarnya terjadi saat ini.

°°°°°


29 NOV 23
Penghujung tahun.

ANATA {on Going}Where stories live. Discover now