Bagian 6

154 10 0
                                    

"Sebelum kita mulai perjalanan di dalam halaman-halaman cerita ini, penting untuk diingat bahwa segala sesuatu yang kamu temukan di sini hanyalah hasil imajinasi dan kreasi penulis. Setiap karakter, tempat, dan peristiwa adalah produk dari fiksi dan karangan belaka."

■□■□■□■□■

Hari sudah memasuki malam, jalan raya sudah padat karena banyaknya orang-orang yang akan pulang ke rumah mereka masing-masing. Toko-toko sudah mulai ramai pengunjung adapun pedagang jalanan yang sudah sibuk melayani para pengunjung. Pandu berjalan sendiri di tengah keramaian kota dengan langkah pelan. Ia terlihat tak memperdulikan sekitarnya dan memilih untuk tetap berjalan sambil menunduk, sesekali ia di tabrak oleh orang tapi Pandu sama sekali tak perduli.

"Bagaimana, jika yang bunuh wanita itu adalah kamu sendiri? Kamu waktu itu masih di bawah pengaruh narkoba." Pandu menghentikan langkahnya lalu memandangi kedua tangannya yang bergetar.

"Gue udah nyangkal, lagian gue ada di sini gak mungkin kalo gue salah." Lirihnya mencoba menenangkan diri.

Dari arah toko es krim, Smith terlihat sedang mewawancarai penjual es krim. Ia tak sengaja melihat ke arah Pandu lalu membeli dua es krim dan berjalan ke Pandu.

"Pandu?" Panggil Smith.

Pandu terkejut saat namanya dipanggil, Smith yang tadinya biasa saja juga ikutan terkejut. Mereka saling menatap hingga akhirnya Smith tertawa dan memberikan Pandu es krim.

"Kenapa ngelamun? Ada masalah?" Tanya Smith lalu memakan es krimnya.

"Hari ini saya di panggil kepolisian." Jawab Pandu dengan senyum hambar.

Smith terlihat terkejut untuk kesekian kalinya dan mengajak Pandu untuk duduk di kursi yang tersedia. Pandu ikut saja, dia juga tiba-tiba merasa lelah.

"Kasus yang wanita itu?" Tanya Smith.

"Kenapa bang Smith gak bilang kalo dia meninggal?" Tanya balik Pandu.

"Meninggalnya wanita itu gak ada hubungannya sama kamu Pandu, lagipula kamu di sini korban." Jawab Smith.

"Kita mana tau? Bisa jadi yang bunuh dia aku kan? Aku yang masih di bawah pengaruh narkoba nyerang dia sampai meninggal." Pandu kembali melihat kedua tangannya yang bergetar, es krim yang ia pegang pun terjatuh. Smith menarik nafas lalu memegang kedua pundak Pandu.

"Liat saya Pandu, kamu bukan yang bunuh wanita itu. Kamu keluar dari rumah itu dalam keadaan sadar dan wanita itu meninggal di depan rumahnya. Apa masuk akal? Kamu sampai rumah jam 3 sedangkan dia meninggal jam 2, sudah jelas bukan kamu yang bunuh dia. Perjalanan rumah dia ke kamu cukup jauh, kenapa kamu bilang kalo kamu yang bunuh dia? Jelas bukan kamu." Jelas Smith mencoba menenangkan Pandu.

"Tapi saya bingung, ingatan saya tentang kejadian itu gak terlalu jelas bang." Mata Pandu sudah mulai berkaca-kaca.

"Bukan kamu yang bunuh wanita itu." Sanggah Smith lalu menepuk-nepuk pundak Pandu.

Tiba-tiba Smith mendapatkan panggilan lewat telepon genggamnya. Panggilan tersebut berasal dari nomor yang tidak ia kenal, awalnya Smith ragu untuk menerimanya tapi karena penasaran ia pun menerima panggilan tersebut.

"Halo?" Ucap Smith.

"Lucu banget, lo meyakinkan dia sedangkan lo sendiri curiga sama dia. Kenapa gak lo bilang aja kalo dia yang bunuh wanita itu?" Mata Smith melotot, ia reflek berdiri dan melihat sekelilingnya.

BIMA SAKTI 2 | IT'S NOT OVER YET Where stories live. Discover now