Bagian 3

189 21 3
                                    

"Sebelum kita mulai perjalanan di dalam halaman-halaman cerita ini, penting untuk diingat bahwa segala sesuatu yang kamu temukan di sini hanyalah hasil imajinasi dan kreasi penulis. Setiap karakter, tempat, dan peristiwa adalah produk dari fiksi dan karangan belaka."

■□■□■□■□

Audrey berdiri di depan gedung apartemen, raut wajahnya terlihat gelisah. Ia melihat sekelilingnya yang sekarang sudah dipenuhi oleh wartawan dan warga setempat. Nafasnya terasa terengah-engah. Pikirannya berkecamuk dalam kekacauan, dipenuhi oleh ketidakpastian dan keraguan yang membelenggunya.

Dia merasakan detak jantungnya semakin cepat, hampir tak tertahankan. Seakan-akan seluruh dunia ini mengamati setiap gerakan dan kata-katanya. Ketika Arga dan Saga datang, dia menata keduanya dengan mata yang penuh kecemasan. "Kenapa kalian yang kesini?" gumam Audrey dengan suara yang terdengar serak. Mereka hanya menggeleng, dan suasana terasa semakin tegang.

"Saya menyuruh Rama dan Mahesa bukan kalian!" Ucap Audrey sambil menarik tangan Saga yang akan masuk ke dalam gedung.

"Tolong jangan egois dengan penyelidikan ini! Kita juga terlibat, mohon kerjasamanya." Kesal Arga.

"Kami juga mengenal Bima Sakti, kami juga ingin memastikan jika ini ulah dia." Jelas Saga.

"Jangan masuk dulu, biarin tim forensik yang ngurus." Perintah Audrey lalu melepas tangan Saga.

Mereka bertiga pun berdiri didepan gedung dengan cemas. Saga tak sengaja melihat seseorang yang mencurigakan di balik kerumunan warga setempat. Orang itu mengenakan jaket hitam panjang lalu masker dan topi hitam. Tangannya ditutup oleh sarung tangan hitam. Matanya tak sengaja bertemu langsung dengan mata Saga.

"Siapa dia?" Lirih Saga.

Orang itu terlihat sedang menggerakkan tangannya, Saga langsung terfokus ke tangan orang tersebut.

"Bahasa isyarat? Hidup kita hanya sekedar tontonan bagi seseorang yang berkuasa lebih tinggi." Saga terlihat kebingungan dengan apa yang orang itu coba sampaikan. Saat kakinya hendak melangkah menuju orang tersebut, tiba-tiba saja terdengar suara ledakan dari arah rooftop dibarengi pohon tumbang di area tempat parkir.

Semua orang langsung berteriak histeris, Arga dan Audrey langsung mengevakuasi semua orang di sana keluar dari area gedung. Sementara itu, Saga melihat orang-orang itu dan tidak menemukan orang misterius tadi.

"Dimana dia?" Ucap Saga sambil melihat sekelilingnya.

"Lo ngapain? Cepetan masuk ke dalam gedung!" Teriak Arga.

Saga mengangguk lalu berlari masuk ke dalam gedung.

■□■□■□■□■

Mahesa sedang berdiri di depan rumah keluarga korban yang di sebutkan N. Di sana, ia bertemu dengan dua anak laki-laki dan satu wanita. Tanpa berpikir panjang, Mahesa langsung menceritakan semuanya pada wanita tadi.

"Iya suami saya yang membunuh ibu, saya muak karena ibu selalu menuntut agar saya menghemat. Kenapa? Apa karena anaknya tidak memberi dia uang? Bukannya suami saya bekerja untuk saya bukan untuk ibunya!" Kesal wanita itu.

"Anda mengakuinya, anda akan kami tahan." Dua orang polisi langsung memborgol tangan wanita itu dan membawanya ke dalam mobil. Sementara itu, kedua anaknya terus menangis.

"Kalian sementara tinggal bersama nenek dan kakek kalian ya? Om polisi bakal bawa pulang ibu kalian nanti." Ucap Mahesa mencoba menenangkan kedua anak tersebut.

BIMA SAKTI 2 | IT'S NOT OVER YET Where stories live. Discover now